Bagaimana nanti jika ada mahasiswa yang beralasan keluar kelas untuk demo dengan dalih membela kebenaran dan kepentingan masyarakat, padahal alasan demonya cuma comot referensi dari sana sini yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena kuliahnya di metaverse tapi belajarnya cuma ala-ala mahasiswa metaverse. Sementara kenyataannya mereka lebih banyak berselancar di virtual space yang lain, ibarat status mahasiswa tetapi kegiatan lebih banyak nongkrong gak jelas di berbagai tempat.
Bagaimana pula jika seseorang login menggunakan akun orang lain? Apakah akan terdeteksi? Kalau tidak, berarti ujian bisa pakai joki dong. Semoga juga hal-hal seperti ini sudah diantisipasi.
Selanjutnya, apa mungkin demo mahasiswa lewat metaverse juga, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan? Misal yang boleh login ke ruang demo hanya yang benar-benar terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah universitas. Selain itu tidak diberi akses masuk ke ruang virtual.
Apapun itu metaverse, semoga tidak perlu diawali dengan demo. Lebih baik kenali dulu dengan baik, baru putuskan mau hidup berdampingan atau tidak.Â
Jika tidak sanggup hidup berdampingan, cobalah pikirkan suatu tempat di mana metaverse tidak dipakai agar tidak mengganggu kehidupan Anda. Jika tidak ada alternatif untuk pindah tempat, sebaiknya cobalah beradaptasi dengan lingkungan metaverse.Â
Semoga pada saatnya harus diimplementasikan, semua pihak sudah siap, baik dari sisi manusia, infrastuktur, hardware dan software, keamanan sistem, dan lain-lainnya, sehingga implementasinya dapat berguna bagi semua pihak. (VRGultom)
Referensi:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H