"Kalau bingung gimana ngomong Inggrisnya, campur saja dengan bahasa Batak atau bahasa Sunda, toh dia gak akan ngerti juga", begitu kata ayah saya dulu ketika saya berkeluh kesa gara-gara belum fasih berbahasa Inggris, padahal saya sudah bekerja di perusahaan asing dengan atasan langsung bule asal UK.
Kalau dipikir-pikir, benar juga sih saran bapak saya itu. Daripada diam bengong atau a i u e o gak jelas, minimal kelihatan lebih percaya diri dalam berbicara, hahaha.....
Sejak saat itu, saya juga berusaha keras belajar bahasa Inggris, sampai-sampai mencari teman chat yang native speaker.Â
Zaman itu belum ada kursus-kursus bahasa Inggris online seperti sekarang, jadi agak susah mencari waktu jika harus ambil kursus bahasa Inggris.Â
Lagipula kalau cuma sekadar conversation class, rasanya sudah lewat untuk saya. Saya butuh yang lebih dari sekedar conversation class.
Dan akhirnya, mimpi bekerja di luar negeri terwujud dan saya tinggal satu rumah dengan orang-orang dari negara lain.Â
Saya tergolong yang paling ramah nampaknya. Setiap ada orang baru, saya memperkenalkan diri, "Hi, I am Veronika from Indonesia."
Efeknya saya menjadi orang yang paling dekat dengan para penghuni lain yang juga ramah atau yang membutuhkan bantuan.Â
Salah seorang teman baik saya adalah seorang wanita berkebangsaan Australia yang besar di Australia namun kakek neneknya masih asli dari Hong Kong.Â
Kami sering jalan pagi bersama setiap weekend dan saling menelepon pada jam kantor ketika bosan melanda.Â
Suatu hari teman ini bercerita tentang perjalanan dinasnya ke India. Dan iseng saya bertanya, selama di India apakah ia menginap di hotel.