Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jika Penampilan dan Gaya Hidup Dianggap Modal Kerja

2 Oktober 2021   23:31 Diperbarui: 4 Oktober 2021   14:47 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Boros dalam berbelanja bisa mengganggu kondisi keuangan secara keseluruhan. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Seorang teman wanita, yang menurut saya termasuk orang yang boros, mengatakan pada saya bahwa sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia marketing, penampilan sangat penting. 

Tidak seperti orang teknik, yang masih menurut dia, bekerja hanya menggunakan kaos butut pun jadi....he..he..he..

Setuju untuk pernyataan penampilan penting, terutama untuk orang-orang yang jenis pekerjaannya harus bertemu dengan banyak orang, bukan hanya bertemu dengan komputer atau mesin.

Masih menurut dia, penghasilannya harus besar, karena modal untuk penampilan yang ok pun besar. Setuju!

Tapi apakah perlu sampai harga lipstick diatas 1 juta, tas branded puluhan juta? Belum lagi sepatu-sepatu mahal berpasang-pasang yang harganya cukup wow. 

Ketika itu saya pikir, mustinya penghasilannya cukup ok karena gaya hidup yang 'high class' dengan barang-barang mewah ditambah kebiasaan makan ditempat mahal.

 Tetapi, suatu hari, dari sebuah pembicaraan, tanpa sengaja dia membuka sendiri jumlah penghasilan bulanannya. Ternyata tidak setinggi yang saya kira. Tapi koq bisa dia belanja barang-barang mahal? Kalau dihitung-hitung, mustinya dia nombokin besar sekali.

Di lain waktu, kami jalan-jalan ke mall, dan dia masuk kedalam sebuah toko pakaian. Karena menurut saya dia terlalu lama di toko itu, maka saya berkeliling sendiri ke toko-toko lain. 

Dan ketika kembali ke situ, saya lihat dia sudah selesai memilih beberapa pakaian dan sedang menuju ke kasir. 

Namun, akhirnya kami keluar dari toko tanpa dia membawa belanjaanya. Ketika saya tanya, ternyata kartu kreditnya tidak dapat dipakai untuk membayar belanjaannya, sehingga dia tidak jadi belanja dan hanya menaruh sejumlah uang agar barang-barang yang sudah dia pilih tidak dijual ke orang lain. O..ow!

sumber: i0.wp.com/nairametrics.com
sumber: i0.wp.com/nairametrics.com

Saya dengar teman ini juga pernah berusaha meminjam uang kepada beberapa teman.

Kesimpulan saya, penampilan ok untuk profesi dia memang penting, namun bagaimana jika tidak didukung oleh isi dompet yang memadai. 

Maka akan terjadilah, hutang sana sini, mulai dari hutang kartu kredit, hutang kepada teman, menuntut pasangan menyediakan uang lebih sesuai kebutuhan dia, dll. 

Kalau begitu, penampilan ok yang dibutuhkan oleh profesinya itu, artinya tidak membuat dia berpenghasilan "cukup". Karena kenyataannya penghasilan dibanding pengeluaran masih lebih besar pengeluaran. Berarti tidak balik modal!

Jika penampilan dan gaya hidup adalah modal kerja, mestinya seseorang sadar kalau dia harus mencari pekerjaan yang dapat memberinya penghasilan yang lebih daripada modal kerjanya. 

Jika tidak ada pekerjaan yang dapat memberinya penghasilan minimal sejumlah pengeluaran rutinnya, maka harus dipertanyakan, "Salah siapa? Apa yang salah?" Dan yang terpenting, "Bagaimana solusinya?"

Solusi pertama, menurut saya, jika tidak mau menurunkan modal kerja, maka dia harus mencari pekerjaan lain yang dapat memberinya penghasilan bulanan minimal sama dengan pengeluaran rutin bulanannya. 

Pertanyaannya adalah, apakah pekerjaannya sesuai dengan penghasilan yang diharapkan?

Solusi kedua, kerja serabutan untuk mendapatkan total penghasilan yang dapat menutup seluruh pengeluaran rutinnya. 

Tetapi, artinya tidak akan ada waktu untuk menunjukan gaya hidup, bahkan mungkin akan cepat lelah, sehingga pekerjaan utama jadi tidak maksimal dikerjakan. Wajah menjadi kurang segar walau ditutup kosmetik tebal.

Solusi ketiga, menurunkan jumlah pengeluaran, untuk segala sesuatu yang dianggap modal kerja, tanpa menurunkan kualitas modal kerja. 

Artinya penampilan tetap ok, dompet tetap aman, pekerjaan lancar. Hal ini bisa dilakukan kalau rajin browsing, mencari barang-barang berkualitas dengan harga murah. Tentunya bukan barang dengan merk terkenal.

Solusi keempat, menyesuaikan standar penampilan dan gaya hidup, yang dianggap modal kerja itu, dengan penghasilan yang didapat. Menurut saya ini yang paling benar. 

Mana ada pekerjaan yang cuma memberikan sekian tetapi menuntut modal kerja lebih daripada penghasilan yang ditawarkan. Kecuali ada tunjangan-tunjangan khusus untuk menunjang penampilan yang diharapkan.

Kesimpulan, apapun pekerjaannya, sesuaikan pengeluaran dengan penghasilan, bukan sebaliknya. Kecuali Anda sanggup mendapatkan pekerjaan yang penghasilannya menyesuaikan dengan pengeluaran Anda. 

Selain itu, akan terjadi besar pasak daripada tiang yang biasanya permasalahannya jadi nyambung kemana-mana, misal berhutang. Berhutang ini dapat mengakibatkan hubungan pertemanan, persaudaraan, menjadi rusak. 

Belum lagi pertengkaran rumah tangga juga sering dipicu oleh masalah ekonomi akibat besar pasak daripada tiang. Demikian pula dengan kebangkrutan yang sering dipicu oleh hutang. (VRGultom)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun