Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Administrasi - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler Teknologi untuk semua orang, karena semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cek Digocek! Rating Bintang Lima Hanya untuk Kualitas Bintang Lima!

23 Februari 2021   14:59 Diperbarui: 23 Februari 2021   17:35 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada uang ada barang, ada uang ada rasa. Tetapi bagaimana rasanya membeli makanan murah tetapi akhirnya tak termakan akibat rasa tak karuan? Itu artinya uang hilang, walau relatif tak seberapa, namun gondok juga pastinya. Apalagi kalau sudah menunggu cukup lama hingga perut benar-benar kelaparan.

Begitulah ketika kita membeli makanan dari suatu tempat yang belum tahu kualitasnya. Foto-foto yang terpampang di dinding rumah makan atau buku menu, begitu menggoda, apalagi jika ada label "best seller" atau "chef recommendation", "new menu", atau label lain yang membedakan suatu menu makanan dari menu lainnya yang tak berlabel.

Di dunia online, foto-foto penampakan makanan, label best seller, chef recommendation, new menu, dlsb, ditambah rating pembeli, memegang peranan penting. Apalagi ditambah promo-promo lainnya, seperti free ongkos kirim, potongan harga mulai dari 5% s/d 99%, beli makanan gratis minuman, dst tentu menarik perhatian calon pembeli. Apalagi ratingnya pun bintang lima. Bisa jadi rasa bintang lima juga!

Dunia belanja makanan online memang mengangkat makanan kaki lima yang rasanya belum tentu bintang lima kepada setidaknya rating bintang lima. Tidak hanya makanan kaki lima, tetapi makanan rumahan yang tidak dijajakan dikaki lima pun, yang hanya bermodalkan  spanduk yang digantungkan dipagar rumah, atau malah hanya tulisan tangan yang ditulis besar-besar ditempel ditembok, bisa dibawa kepada rating bintang lima.

Namun ternyata rating bintang lima belum tentu rasa bintang lima!

Ternyata banyak konsumen belanja online memberi penilaian segera setelah barang diterima. Kemasan, pelayanan, waktu pengiriman yang dianggap ok, dan request dari kurir untuk memberikan bintang lima, membuat konsumen segera memberi nilai.

Bahkan saking tidak pedulinya, si konsumen tidak peduli apakah ratingnya untuk makanannya atau untuk kurirnya. Selama tidak berceceran, mas/mba kurir ramah full senyum, waktu pengiriman cepat, bintang lima langsung diberikan. Ketika bungkusan dibuka, dimakan, dan ternyata isi dan rasa tidak memuaskan, apalah daya, tak bisa edit rating dari bintang lima menjadi bintang tujuh.

Selain aplikasinya tidak menyediakan menu edit rating, ternyata rating hanya sampai bintang lima saja. Itu sudah maximal. Padahal lidah yang tidak puas, rasa rugi sudah mengelurkan uang untuk makanan yang kurang berkualitas dari berbagai segi, rasa lapar yang tidak terpuaskan membuat kepala pusing mencari puyer bintang tujuh.

Jika konsumen melahap makanan dimana penjual juga berada disitu, tentunya bisa protes. Bahkan makanan yang belum habis, jika ternyata keasinan entah karena chef nya lupa atau sengaja, makanan bisa dikembalikan minta ditukar dengan yang baru. Tapi kalau online? Mengembalikannya saja sudah repot.

Karena itu, jika harus membeli makanan matang online, lebih baik membeli makanan dari toko yang sudah diketahui kualitasnya, atau minimal sudah pernah membeli dan merasa cocok dengan rasanya. Kalaupun foto-foto yang ditampilkan begitu menggoda, sebaiknya cari informasi dulu tentang toko tersebut.

Paling gampang, cari label seperti yang dipakai oleh produk jamu: "Berdiri sejak ...". Logikanya yang berdiri lebih lama, pasti adalah yang paling kuat bertahan. Jika rasa tidak ok, mana bisa bertahan lama seperti jamu Nyonya Meneer.

Belakangan, saya tahu dari teman yang seorang chef, chef recommendation itu biasanya trik memanfaatkan sisa makanan, daripada terbuang karena basi atau expire, diolah lagi sedemikan rupa dan diberi label chef recommendation, agar cepat laku dan habis sebelum masa expire. 

Kalau best seller atau paling laku, logikanya itu pasti makanan favorit pengunjung di tempat tersebut. Jika favorit, tentunya banyak pembelinya. Maka perhatikan jumlah pemberi ratingnya. Jika jumlah pemberi rating hanya sedikit, kemungkinan toko itu adalah toko baru dan  jumlah rating masih kurang untuk mengira-ngira rasa.

Untuk para pedagang, sebaiknya tingkatkan selalu kualitas masakan Anda. Bagaimanapun untuk dapat bertahan berdiri lama seperti jamu Nyonya Meneer, pasti kualitasnya harus bagus baik dari segi rasa, besarnya porsi, kualitas pelayanan, kemasan, dan kecepatan pengiriman. 

Setiap pembeli tentunya mengharapkan membeli barang yang sesuai dengan harga/uang yang dikeluarkan. Tidak ada pembeli yang berencana membeli makanan dengan harga tertentu tetapi kualitas lebih rendah dari harga tersebut. Bahkan kalau bisa mereka membeli dengan harga kaki lima tetapi rasa bintang lima. Kecuali memang para pembeli yang berniat bersedekah.  

Untuk para konsumen, berikan rating yang jujur setelah makanan disantap, agar tidak menyesatkan pembeli lain. Jangan lupa selalu cek dan gocek dengan teliti rating pembeli lain.

Rating bintang lima hanya untuk kualitas bintang lima!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun