Tetapi mungkin itulah gaya hidup mereka, di luar itu, mereka biasa saja, bekerja professional, berteman dengan siapa saja, ramah, baik hati, dan tidak sombong.
Ketika saya tinggal di Singapura, teman-teman Indonesia banyak juga yang peminum, laki-laki maupun perempuan. Saya tidak terlalu kaget lagi, namun tetap pada prinsip saya sendiri.Â
Saling menghormati baik yang suka minum sampai mabuk, yang minum tidak sampai mabuk, maupun yang tidak minum-minuman beralkohol sama sekali. Kadang saya ikut nongkrong, dan lagi-lagi saya cuma pesan kopi atau orange jus ketika teman-teman lain pesan minum-minuman beralkohol.Â
Kalau mereka mentertawakan saya, saya cuma bilang, "Teman yang muslim dan vegetarian saja kita perhatikan kalau kita makan bareng. Mengapa kalian mentertawakan saya karena saya tidak minum-minuman beralkohol?".
Kadang malah sesama orang Indonesia yang justru minum untuk gaya-gayaan dan memanas-manasi orang yang tidak ikut minum. Namun saya pikir semuanya tergantung diri sendiri. Orang lain tidak berhak mendikte kita untuk melakukan hal-hal yang dianggap trend.
Kalau teman-teman bule, mereka malah biasa-biasa saja, menawari tetapi tetap menghormati jika kita katakan bahwa kita tidak minum. Tidak ada keharusan untuk ikut minum ketika kita nongkrong bersama mereka.
Dikemudian hari, saya tahu, ada bir yang tidak beralkohol, dan ada juga minuman beralkohol rasa coklat, dan agar alkoholnya tidak berasa terlalu panas ditenggorokan, lebih baik diminum dengan cairan minuman keras tadi, yaitu es batu.
Terlepas dari apakah minuman beralkohol itu baik atau tidak, sebaiknya pasang rambu-rambu masing-masing. Segala sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik. Makan kebanyakan juga bisa jadi masalah. Olahraga yang katanya bagus untuk kesehatan juga bisa menimbulkan penyakit kalau terlalu berlebihan.
Jika dilarang oleh agama, maka sudah seharusnya sebagai umat mengikuti aturan agamanya dan tidak usah kompromi dengan alasan cuma menghormati tamu, social drinker, cuma mencicipi, dsb. Sebaliknya mereka yang tidak dilarang pun tidak perlu memanas-manasi.
Bagaimana jika sudah ketagihan atau ketergantungan? Apakah RUU minuman beralkohol bisa menghilangkan ketagihan (addiction) itu?
Jangan-jangan malah mereka membuat sendiri minolnya secara sembunyi-sembunyi tanpa mengetahui apakah bahan-bahan yang dipakai berbahaya atau tidak.