Bukan cuma masalah budaya dan kebiasaan-kebiasaan saja, masalah makanan pun bisa berbeda. Yang paling jelas adalah teman kami yang dari India dan vegetarian. Kami sudah mengerti dan membiarkan saja. Membiarkan dalam arti memberikan kebebasan karena menghargai. Kalau ada acara makan bersama, kami pastikan harus ada makanan vegetarian. Â Kalau sehari-hari dia lebih sering membawa sendiri dari rumah tetapi makannya bersama-sama satu meja dengan kami. Tidak ada masalah.Â
Masalah cara berpakaian pun bisa berbeda. Orang India, biasanya pakai baju sari sekalipun itu sedang acara di pantai. Sementara orang Barat, rata-rata pakai pakai tank top kalau ke pantai. Teman yang orang Thailand, mungkin sama seperti kebanyakan orang Indonesia, dimana pun gaya berpakaiannya sama :D
Kalau masalah bahasa?
Karena ketika itu saya tinggal di Singapura, saya juga mencoba bergaul dengan orang lokal. Di Singapura, ada etnik China, Melayu, dan India. Jika mereka bertemu, biasanya bahasa aslinya keluar dan lupa kalau ada orang lain yang tidak berbahasa seperti mereka.Â
Ya maafkan saja, mungkin juga saat mereka berbicara dalam bahasa mereka, mereka memang sedang membicarakan sesuatu yang tidak penting buat orang lain yang tidak berbahasa seperti mereka. Tetapi biasanya ada yang sadar dan mengingatkan agar menggunakan bahasa yang dimengerti semua orang.
Namun demikian, ternyata ada juga hal-hal yang tidak bisa diterima. Jadi bagaimana?
Sebagai contoh, dibeberapa tempat masih ada budaya yang cenderung menganggap derajat pria lebih tinggi daripada wanita. Mungkin karena itulah yang mereka praktekan dalam kehidupan sehari-hari ditempat asalnya, jadi sedikit banyak terbawa ketika mereka bergaul diluar kelompok mereka.Â
Tetapi orang lain yang budayanya berbeda bahkan mungkin bertentangan, tentu tidak akan bisa menerima. Untuk hal-hal seperti ini, sebaiknya dibicarakan terus terang, untuk mendapat jalan tengah. Mungkin orang bersangkutan tidak bisa otomatis besok berubah, sebaiknya diberikan waktu dan diingatkan lagi dan lagi.Â
Apalagi biasanya untuk hal-hal seperti ini, diberbagai organisasi, sudah banyak yang menerapkan aturan yang intinya tidak ada diskriminasi antara pria dan wanita, diskriminasi karena perbedaan warna kulit dan agama. Jadi budaya 'lokal' nya mau tidak mau harus dilepaskan untuk mengikuti budaya dan aturan yang berlaku umum.
Ternyata Bhinneka Tunggal Ika itu bukan cuma untuk orang Indonesia, dan prakteknya susah-susah gampang. Â Kuncinya adalah mengakui dan menghargai perbedaan. Lagipula, bukankah secara individu, setiap orang itu berbeda? Saya dan saudara saya yang dibesarkan bersama-sama juga berbeda. Saya suka singkong, saudara saya suka keju. Sepatu dia beli di Cibaduyut, sepatu saya beli di mall, parfum saya wanginya begini, parfum dia wanginya begono...tidak masalah. Aku begini, engkau begitu, it's ok. Saling menghargai saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H