Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Gak Keren Kalau Gak Membaca!

6 September 2020   01:16 Diperbarui: 6 September 2020   19:36 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pexel.com

Buku adalah jendela dunia. Begitu kata pepatah. Tetapi menurut saya, tergantung bukunya. Buku apa yang dibaca?

Ok lah buku apapun yang dibaca, ternyata itu menambah pengetahuan. Entah pengetahuan apa, yang jelas pembaca pasti memilih bacaannya sendiri yang paling cocok. Jika membaca karena dipaksa, itu mungkin dalam rangka menghadapi ujian, sehingga mau tidak mau harus membaca buku.

Selain menambah pengetahuan, membaca juga dapat menghibur, misal saat membaca kisah-kisah yang disajikan dalam bentuk cerpen, cerbung, novel, atau apapun itu bentuknya. 

Dengan membaca juga, membuat kita terangsang untuk berpikir kritis. Mungkin ada banyak hal yang tidak terpikirkan oleh kita karena memang belum pernah mengalami suatu pengalaman yang membuat kita belajar sesuatu dari pengalaman itu. 

Membaca, meskipun belum pernah mengalami, kita jadi tahu hal-hal yang tak terpikirkan tersebut, dan dapat belajar sesuatu dari situ. Jadi suatu saat kita mengalami hal yang sama, kita sudah lebih siap menghadapinya. Kalaupun bukan kita yang mengalaminya, setidaknya kita dapat lebih bijak menanggapi atau memberikan saran-saran pada orang lain yang meminta saran kita.

Dan masih banyak lagi keuntungan membaca.

Di zaman sekarang ini, bacaan bermutu tidak hanya berbentuk buku yang berisi lembar-lembaran kertas, tetapi bisa juga e-book, artikel-artikel di website, tulisan-tulisan singkat yang disebarkan lewat media sosial, group WhatsApp, dll. Secara umum kita sebut saja tulisan.

Namun sayangnya, minat baca orang Indonesia ternyata tergolong sangat rendah dibandingkan dengan negara lain. Menurut penelitian UNESCO, dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang membaca. 

Memang sih, perpustakaan umum di Indonesia kurang populer. Bahkan bertahun-tahun saya tinggal di Jakarta, saya baru tahu ada perpustakaan umum di satu tempat saja. Apa saya yang kurang gaul ya?

Padahal, saya paling rajin mengunjungi toko buku, walaupun kadang tidak membeli. Bahkan ketika masih sekolah dulu, saya 'belajar' di toko buku, dengan cara membaca ditempat sampai mengerti isi buku dan kemudian menghafal diluar kepala, karena dimana-mana ada tulisan 'dilarang mencatat'. Besoknya balik lagi untuk membaca buku yang sama :D. 

Itu dulu, waktu belum punya uang untuk membeli buku sendiri. Setelah bekerja dan punya uang sendiri, yang dibaca adalah bagian belakang buku atau ringkasan isi buku, jika menarik baru dibeli.

Di Bandung, sepertinya lebih baik (yang saya tahu). Kebetulan di dekat rumah orangtua saya ada lapangan olahraga, dan sekarang lapangan olahraga itu dilengkapi dengan gedung perpustakaan. 

Meskipun tidak besar dan koleksi bukunya kurang beragam, namun ruang perpustakaan itu cukup nyaman. Sayangnya di jam istirahat karyawan, perpustakaan itu tutup dan semua pengunjung harus keluar. Satu lagi perpustakaan yang saya temukan di Bandung, ada didekat kantor Dinas Kependudukan (DisDukCapil). 

Cukup besar. Meskipun saya belum sempat menjelajah, namun kelihatannya koleksi bukunya lebih banyak dan tempatnya lebih nyaman. Sepintas, tidak kalah dengan perpustakan umum di Singapura yang ada disekitar rumah penduduk atau di mal.  

Oh ya, ada juga 'perpustakaan' mini di sebuah taman, masih disekitar rumah orangtua saya di Bandung. 

Secara tidak sengaja, saya membaca tulisan 'perpustakaan', maka saya tahu itu adalah perpustakaan, tepatnya perpustakaan anak. Jika tidak ada tulisan itu, mungkin saya tidak akan menyadari kalau tempat kecil itu adalah sebuah perpustakaan. 

Sepertinya perpustakaan itu hanya untuk meminjamkan buku dan tidak untuk dibaca ditempat. Karena saya tidak melihat ada tempat untuk membaca. 

Atau, mungkin karena dikhususkan untuk bacaan anak-anak saja, maka membacanya diluar ruangan, yaitu di taman dimana ruang perpustakaan itu berada. Namun buku-bukunya nya pun kelihatannya hanya beberapa saja.

Mengapa minat baca orang Indonesia tergolong rendah, padahal di group-group whatsapp, telegram, dimana ada lebih dari satu nomor HP yang 'berkumpul' secara online, lebih sering dipenuhi forward-forward-an tulisan-tulisan singkat yang entah darimana asalnya. Kadang kalau sempat dibaca, ada juga tulisan-tulisan bagus, namun hoax juga banyak. 

Lucunya kalau tulisan hoax ini ditanggapi, yang mengirim akan balik menganggapi, 'Saya tidak tahu, saya hanya forward dari group lain'. Jadi yang forward ini mungkin memang hanya asal kirim saja tanpa dibaca, atau dibaca tetapi tidak mengerti, atau memang percaya-percaya saja. 

Belum lagi kalau sedang musimnya pembicaraan politik. Semua orang di media sosial sepertinya berganti profesi menjadi politikus, pengamat politik, komentator, dan sejenisnya. Tetapi kalau masalah politik, sepertinya bukan di Indonesia saja. 

Beberapa teman orang asing dari negara yang berbeda-beda, juga bercerita bahwa dalam satu keluarga saja bisa ribut kalau membicarakan politik. Sama sepertinya ya.....di negara kita juga.

Pernahkah kita perhatikan orang-orang disekitar kita yang sibuk dengan gadgetnya? Atau mungkin kita sendiri sibuk dengan gadget. Kira-kira apa yang dilakukan? Membaca e-book? Main game? Membaca dan mengomentari status-status warga dunia maya? 

Kalau saya, terus terang lebih untuk membaca dan main game. Kalau untuk menulis, saya lebih memilih gadget berukuran besar seperti laptop atau Ipad. 

Dan saking banyaknya bacaan bertebaran di dunia maya, kadang-kadang memang bosan juga membaca berita yang sama dimana-mana. Paling asyik memang membaca Kompasiana, karena artikel-artikelnya beragam dan gaya menulis masing-masing penulis pun berbeda.  

Jadi sebenarnya apa penyebab minat baca orang Indonesia sangat rendah? Padahal membaca berita-berita yang bertebaran di media sosial, koran-koran online, forward-forward-an tulisan dari satu group WA ke group WA lain sangat lancar. 

Apa karena trend saja? Karena sekarang zamannya media sosial, maka supaya kelihatan update dengan berita-berita terbaru, jadi sering membagikan tulisan, pasang status yang mengomentari berita-berita terbaru di jagad maya.

Ada satu lagi yang ngetrend juga di kalangan orang Indonesia, selama pandemi ini, selain tentang masker yang dibuat senada dengan baju yang dipakai. Apakah itu? Zoom-zoom-an! 

Setiap group, entah itu group teman TK, SD, SMP, SMA, Kuliah, teman kost jaman baheula, dll, mesti mencoba zoom meeting walau sekedar haha....hihi...yang penting sudah pernah Zoom meeting. Anehnya, kalau ditawarkan menggunakan tool lain, mayoritas maunya menggunakan Zoom saja, karena yang ngetrend hanya Zoom-zoom-an.

Jadi kesimpulan, minat baca mungkin bisa ditingkatkan dengan menjadikan membaca adalah gaya hidup jaman now. Gak keren kalau gak membaca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun