Tetapi jual beli jabatan adalah bentuk lain korupsi. Semoga kita semua lebih bertanggung jawab terhadap diri masing-masing dengan tidak merusak image diri sendiri.Â
Korupsi, jika ketahuan dan akhirnya mendapat hukuman, maka hukuman itu adalah akibat perbuatan, bukan cobaan. Jika tidak ketahuan, itu juga bukan sedang banyak berkat, tetapi tetap saja namanya mencuri uang yang bukan haknya.
Mengapa tidak jadi Head Hunter saja?
Tetapi jangan salah. Jaman sekarang, jabatan memang diperjual belikan antara head hunter/recruiter dengan perusahaan yang membutuhkan.Â
Recruiter akan mencari kandidat-kandidat yang cocok untuk jabatan-jabatan yang diperlukan perusahaan, dan dia mendapatkan uang dari hasil jual beli jabatan itu, dan itu tidak salah.Â
Yang tidak benar adalah jika kandidat dimintai uang agar dapat mengisi jabatan itu, karena itu berarti tidak berdasarkan skill yang dibutuhkan.Â
Memang hal seperti itu bisa saja terjadi. Ada saja recruiter yang memanfaatkan orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. Tetapi untuk kalangan profesional, hal seperti itu bisa dicegah, karena kandidat akan diwawancarai dan ditest berulang kali oleh orang-orang yang berbeda, mulai dari calon pengguna jasa (user), calon atasan langsung, calon atasan tidak langsung, HRD (Human Resource Development).Â
Jadi jika praktek jual beli jabatan terjadi di belakang layar, proses recruitment tetap berjalan dengan objektif.
Jika di pemerintahan ada praktek jual beli jabatan, mengapa oknum-oknum yang melakukannya tidak memilih profesi head hunter saja. Uang yang didapat pasti lebih banyak karena jabatan yang dijual tidak hanya satu dua. Meskipun sekarang jaman Artificial Intelligence, kenyataannya kandidat-kandidat berbakat masih tetap dibutuhkan tetapi sulit dicari.
Kepuasan Dalam Bekerja Bukan Karena Jabatan
Pada akhirnya kepuasan batin dalam bekerja bukan didapat dari jabatan atau uang. Namun itu semua kembali ke orang-orangnya.