Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Big Data, Besar Jumlahnya dan Berdampak Signifikan

18 Januari 2020   12:58 Diperbarui: 18 Januari 2020   18:27 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: amazonaws.com

Melalui data, sistem mempelajari "kehidupan" calon customer. Gaya hidupnya, penghasilannya, keluarganya, dll dan kemudian menentukan apakah orang ini akan sanggup mengembalikan pinjaman atau tidak. Itulah kekuatan analisis data. 

Namun untuk hasil lebih akurat tentunya informasi yang terkumpul juga harus sesuai dan itu berasal dari data. Data-data diolah menjadi informasi untuk mendukung pengambilan keputusan. 

Dari mana mereka mendapatkan data-data tersebut? Kemungkinan besar ada kerja sama dengan pemilik data. Dan itu tidak cuma satu. Bagaimana seseorang dapat dianalisis gaya hidupnya? Bisa dari cara dia membelanjakan uang. 

Sekarang hampir semuanya sudah digital. Starbuck punya kartu membership. Transaksi personal di Starbuck jadi tercatat di database mereka.

Transportasi online apalagi, benar-benar digital dan semua data dicatat sampai ke jam transaksi, jumlah transaksi, lokasi transaksi, dll. Belanja online? Dari situ bisa diketahui lho...barang apa saja yang Anda beli secara rutin.

Facebook? He..he..saya punya beberapa teman yang rajin update lokasi sedang makan di mana, belanja di mana, menginap di mana, bahkan bolak-balik ke toilet saja update status di Facebook. 

Traveling ke mana saja bisa dideteksi, apalagi kalau pesan hotelnya lewat platform-platform seperti Agoda, Traveloka, dsj. 

Jika ternyata seseorang berdasarkan analisis sistem (robot), bekerja sebagai teller bank yang menurut data standar gaji lokal, gajinya antara sekian sampai sekian dan ternyata setiap hari ada transaksi belanja online sejumlah sekian, beli kopi di Starbuck sehari tiga kali. 

Juga informasi traveling ke luar negeri sebulan dua kali, dan lebih sering menginap di hotel berbintang lima, yang jika ditotal seluruh transaksi bulanannya melebihi pendapatan standarnya, maka ada kemungkinan orang ini meminjam uang untuk kebutuhan life style. 

Selanjutnya logika business masing-masing fintech (internal) yang berjalan. Apakah jika seseorang mengajukan pinjaman untuk keperluan memenuhi gaya hidup seperti itu akan disetujui atau tidak, dst.

Semua itu memang bukan konsep baru. Secara logika dari dulu juga sudah bisa dideteksi, hanya saja secara data dan informasi masih terpisah-pisah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun