Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mencetak Generasi yang Berpikir Kritis

13 Desember 2019   02:20 Diperbarui: 17 Desember 2019   04:13 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
latihan berpikir kritis (photo: www.mindmeister.com)

Untuk mata pelajaran yang akan diujiankan, guru kami membentuk kelompok-kelompok dan memberi latihan-latihan soal untuk dikerjakan bersama di rumah. Disekolah hanya tinggal membahas saja, untuk memastikan bahwa siswa mengerti maksud dari soal-soal itu.

Khusus untuk matematika, guru matematika sering mengambil jam pelajaran lain untuk tambahan waktu, seijin guru yang diambil jam pelajarannya. Dan saya masih ingat betul, omelan guru-guru dari kelas 3 sampai kelas 6 SD. Harus memperhatikan dulu guru menerangkan agar mengerti, jangan sambil mencatat.

Kalian bisa mendengar sambil menulis kalau sudah di bangku kuliah, dan itu masih lamaaaaaa

Kalau kalian sudah mengerti, sampai kakek-kakek pun kalian pasti ingat!

Begitu kata mereka. Benar juga. Mata pelajaran seperti Matematika dan IPA itu bukan untuk dicatat atau disalin, tapi dimengerti. Bahkan sampai kuliah pun ternyata tetap harus mengerti dulu, baru mencatat. Kalau masih belum mengerti juga, dicatat dulu dengan menambahkan tanda tanya :D

Mata pelajaran lain, memang harus menghapal. Karena kalau tidak menghapal atau minimal membaca, dapat menimbulkan pengertian yang kurang benar. Memahami dan mendapatkan esensi dari sebuah tulisan adalah langkah selanjutnya.

Ujian kelulusan SD ada dua, EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) dan EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional). Soal-soal EBTA dibuat oleh sekolah, sementara soal-soal EBTANAS dibuat oleh pemerintah. 

Nilai akhir kelulusan dinamakan NEM (Nilai Ebtanas Murni). Kami mendaftar ke jenjang selanjutnya, yaitu SMP, menggunakan NEM ini. 

Ketika itu, hampir semua orang tua ingin anaknya masuk ke sekolah negeri. Karena biayanya murah. Jadi kami harus mencari sekolah negeri yang kira-kira NEM kami bisa diterima. 

Sebenarnya, keputusan diterima atau tidaknya tergantung jumlah pendaftar. Semua pendaftar diurutkan berdasarkan NEM, dan diambil jumlah siswa sesuai kapasitas. Maka ada istilah NEM terendah yang diterima di SMP A, B, C,...

Selanjutnya, adik-adik kami harus giat belajar untuk mendapatkan NEM tinggi agar dapat diterima disekolah negeri. Acuan memilih sekolah jenjang selanjutnya adalah, tahun lalu NEM terendah yang diterima di sekolah itu adalah sekian. Sisanya ya untung-untungan. Kalau kebetulan sekolah favorit tidak ada yang mendaftar, bisa jadi yang NEM nya tidak terlalu tinggi juga bisa masuk.

Namun sayangnya, di tingkat SMA, kebetulan kakak saya saat itu sedang proses lanjut ke SMA, tetangga kami koq bisa mendapatkan soal-soal EBTANAS sebelum ujian. 

Tetangga kami itu akhirnya lulus dengan NEM tinggi, dan kemudian mendaftar di SMA favorit. Ketika giliran saya di SMA pun begitu, ada kebocoran soal-soal EBTANAS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun