Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maaf, Kami Tidak Menyediakan Kantong Plastik!

28 Agustus 2019   00:19 Diperbarui: 28 Agustus 2019   00:53 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bawa kantong belanja sendiri (telegraph.co.uk)

"Maaf, kami tidak menyediakan kantong plastik", kata mba kasir. Dan kalimat itu kami dapat nyaris di semua toko yang kami kunjungi di Bali, minggu lalu.

Setuju! Kurangi penggunaan plastik. Jangan pakai plastik jika ada alternatif lain.

Menurut beberapa artikel yang saya baca, katanya plastik itu sulit dihancurkan dan menjadi sampah terbesar di dunia. Pernah juga dengar dari seorang teman, katanya sekarang sudah ada teknologi yang dapat menghancurkan plastik. Entahlah mana yang benar. Biarlah itu menjadi bahan diskusi dan dijelaskan oleh para ahli di bidangnya.

Namun, saya juga membaca kalau di supermarket-supermarket di Thailand, sekarang mereka menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan atau sayuran untuk menggantikan plastik.

Saya juga membaca dan mendengar kalau sampah plastik di laut sering menimbulkan 'kecelakaan' yang mengorbankan penghuni laut. Sampah plastik yang mengalungi leher singa laut dan mengakibatkan mereka terluka, binatang-binatang laut yang tidak sengaja menelan sampah plastik mengakibatkan mereka terluka atau bahkan mati, dan laut yang tidak lagi bersih bagi para penyelam pecinta alam bawah laut, dll.

Bahkan saking banyaknya, sampah-sampah plastik itu dapat menutupi perairan dan membentuk 'pulau'. Ini tentu bukan pemandangan yang enak dilihat. Sungai lebih enak dinikmati dengan memandang aliran airnya atau dengan berenang diatasnya. Suara aliran air yang menenangkan jauh lebih bermanfaat untuk kesehatan daripada hamparan sampah berbau diatas sungai.

Saya juga tahu saat ini pemerintah Indonesia mulai memberlakukan peraturan pengurangan penggunaan plastik. Bahkan di Bali sepertinya semua toko sama sekali tidak menyediakan plastik. Mereka hanya memberikan alternatif bawa tas belanja sendiri atau beli tas belanja non plastik.

Di beberapa kota seperti Jakarta dan Bandung (yang saya tahu), supermarket masih menyediakan plastik berbayar dan alternatif bawa tas belanja sendiri atau membeli tas belanja dari kain yang bisa dipakai berkali-kali. Namun di warung-warung kecil, mereka masih menyediakan kantong plastik gratis untuk membawa belanjaannya. 

Nampaknya peraturan pemerintah ini tidak diterapkan di semua kalangan. Hanya toko-toko besar yang memberlakukan plastik berbayar. Itu pun lebih banyak konsumen yang merasa lebih baik beli kantong plastik daripada bawa sendiri dari rumah. Di warung-warung tradisional, kadang -kadang saya dengar omelan-omelan jika tidak diberikan plastik untuk membungkus barang belanjaannya.

Masih banyak yang berpikir, berapa sih harga plastik koq pelit amat? Kalau dipikir-pikir, negara-negara lain yang lebih kaya saja bisa diedukasi tanpa mengkait-kaitkan sesuatu dengan harga murah atau mahal, lha ini yang sering mengaku negara berkembang, negara miskin masih bisa bilang, berapa sih harganya....koq pelit amat :D

Sekarang orang Indonesia sudah mulai 'rajin' membawa-bawa botol minuman sendiri. Sudah ada kemajuan. Saya teringat beberapa tahun lalu, ketika baru kembali ke Indonesia, di beberapa kelompok, saya sering menjadi satu-satunya orang yang membawa botol minuman sendiri. Kata teman-teman saya kan berat bawa-bawanya. Lagian berapa sih harga minuman, kan murah :D

Namun apakah anjuran mengurangi sampah plastik ini, sudah efektif? Tentu harus ada semacam solusi penggantinya jika pemerintah mengharapkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik. Bawa botol minuman sendiri dari rumah dapat mengurangi kemungkinan membeli minuman dalam botol plastik seperti air mineral kemasan, dsj.

Tetapi, jika aktivitas kita membutuhkan waktu beberapa jam diluar rumah, air minum yang dibawa dari rumah mungkin tidak akan cukup sehingga lagi-lagi terpaksa harus membeli air minum kemasan yang kemasannya akan menjadi sampah (plastik).

Alangkah bermanfaatnya jika tempat-tempat umum baik indoor maupun outdoor menyediakan mesin air minum (drinking water fountain) agar orang dapat mengisi ulang botol minumannya, alangkah baiknya jika dalam acara kumpul-kumpul panitia menyediakan dispenser air minum dan tamu-tamu dihimbau untuk membawa botol minuman sendiri.

Kalaupun harus menggunakan air minum kemasan untuk alasan praktis, adakah cara untuk membuat kemasan-kemasan plastik itu tidak hanya menjadi sampah? Dapatkah para ahli di bidang ini ikut turun mendidik masyarakat dalam penanganan sampah plastik?

Beberapa hari yang lalu, ketika saya makan di A&W, saya mencari sedotan untuk minuman root beer dingin saya. Namun saya tidak menemukannya. Saya malah menemukan tulisan yang kira-kira isinya,'Say no to straw' (Katakan tidak pada sedotan). Setuju!. Saya pernah mendengar dari seorang dokter ahli saraf bahwa minum menggunakan sedotan bisa mengakibatkan perut kembung, karena ada kemungkinan yang kita hirup adalah angin yang masuk ke sedotan.

Banyak informasi tentang ketidak baikan sampah plastik ini, banyak cara untuk mengurangi penggunaan plastik yang akhirnya bakal jadi sampah, namun rupanya tidak semua golongan masyarakat dapat menerima dan mengikuti.

Sebaiknya disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan baik oleh para pihak berwenang dan bukan cuma berlaku untuk kalangan tertentu saja. seperti no plastic di supermarket/pasar modern tapi tetap pakai plastik di pasar-pasar dan warung traditional. Alangkah baiknya jika setiap bepergian kita selalu siapkan kantong belanja non plastik yang bisa dilipat, sehingga jika tiba-tiba perlu membeli sesuatu, kita sudah siap dengan kantong belanja sendiri.

Dan alangkah baiknya jika masyarakat Indonesia juga dididik untuk tidak asal mengkait-kaitkan sesuatu dengan harga mahal atau murah. Himbauan atau peraturan untuk mengurangi plastik dibuat untuk kebaikan bersama, tidak ada sangkut pautnya dengan uang kecil atau uang besar, mahal atau murah.

Sekalipun kebanyakan masyarakat Indonesia tidak keberatan membayar harga kantong plastik, namun kita tetap harus mengurangi produksi sampah, terutama sampah plastik yang (katanya) sulit dihancurkan sehingga menjadi masalah besar saat ini hampir di seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun