Prasangka lain yang menghantui diskusi tentang feminisme adalah bahwa feminisme sebenarnya berusaha mencapai women supremacy atau superioritas perempuan. Pada kenyataannya, superioritas perempuan justru adalah antitesis dari feminisme itu sendiri. Inti dari feminisme adalah kesetaraan, bukan supremasi.Â
Feminisme menginginkan laki-laki dan perempuan mendapatkan hak yang sama, bukan malah saling mengalahkan. Sejarah sudah mencatat bagaimana jadinya dunia ini dengan adanya hegemoni gender, dan oleh karena itulah feminisme berupaya mencegah hal tersebut untuk terjadi lagi, meskipun yang menjadi hegemon nantinya adalah perempuan—kelompok yang saat ini mereka perjuangkan haknya.
Feminisme, terlepas dari berbagai kontroversi yang melingkupinya, sejatinya adalah gerakan yang sifatnya membebaskan dan memberdayakan manusia. Baik laki-laki dan perempuan mendapat keuntungan dari feminisme.Â
Jika patriarki berhasil dikalahkan, maka semua orang dapat hidup dengan bebas tanpa harus terikat pada batasan 'tradisional'. Tidak akan ada lagi diskriminasi berbasis gender, dan keadilan bagi semua manusia akan dapat tercapai. Maka dari itu, ini adalah gerakan yang dapat dan harus dilakukan oleh semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H