Mohon tunggu...
V Prio
V Prio Mohon Tunggu... Lainnya - ....

......

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembali Rayakan Misa di Gereja St. Petrus Sambiroto

8 November 2020   09:30 Diperbarui: 8 November 2020   09:48 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Didalam Buku pedoman sudah diterangkan, sebelum ke Gereja Umat harus sudah mempersiapkan kelengkapan dan syarat-syarat yang menyertainya. Syarat yang pertama yang harus dipatuhi Umat, adalah Keyakinan dan Kejujuran bahwa Umat dalam kondisi prima atau sehat demi kebaikan semuanya, setelah itu melengkapi diri dengan kelengkapan standar protokol: baju rapat, celana panjang dan baju lengan panjang (jika memungkinkan), harus menggunakan masker, membawa hand sanitizer masing-masing, serta tidak boleh lupa membawa ID Card atau kartu QR code sebagai syarat untuk bisa masuk mengikuti perayaan pada jadwal yang sudah ditentukan.

Ada yang berubah dalam tata tertib, Umat harus datang 20 menit lebih awal sebelum perayaan guna mendapatkan pelayanan yang maksimal protokol kesehatan dari Tim Gugus dan tidak terburu-buru, Pada hari Minggu pagi tanggal 8 November 2020 Misa biasa minggu ke XXXII kami antri dengan teratur sebelum masuk gereja, mengenakan masker, menunjukkan ID Card. Petugas kemudian mengecek suhu dengan thermogun tepat di gerbang Gereja, mengarahkan setiap kendaraan. 

Ada banyak petugas dari Tim Gugus Tugas di gerbang Gereja yang nampak sibuk, hanya beberapa bersiap didalam area parkiran. Tanda dan rambu semua telah dipersiapkan dengan baik di parkiran termasuk tanda lokasi putar balik. Sebelum masuk Gedung Gereja oleh petugas jaga Umat diminta cuci tangan, hand sanitizer dan diarahkan menuju tempat duduk.

Umat duduk dengan tertib, nampak kursi panjang telah diatur dan diberi tali untuk pembatas antar umat, telah dipersiapkan juga kursi plastik yang akan dipakai tanpa Umat boleh menggeser kursi sekehendak hati karena sudah diperhitungkan distancing dan kecukupannya dengan tanda di lantai selasar. Kolekte yang biasanya dilakukan pada saat perayaan dengan diedarkan, kali ini dilakukan menjelang masuk Gereja sebelum perayaan Ekaristi atau ketika keluar seusai perayaan.

Sebelum perayaan petugas membacakan lagi tata tertib pelaksanaan sesuai protokol. Selama perayaan tidak ada sikap berlutut yang lazim selalu dilakukan pada perayaan, hal ini dimaksudkan supaya distancing tetap terjaga, sikap berlutut diganti dengan berdiri atau duduk. Kondisi ini sedikit banyak mungkin mempengaruhi Umat. Umat yang sudah terbiasa berlutut dengan khusuk kali ini harus bisa mematuhi pengaturan baru. Perangkat perayaan juga dikurangi, tidak ada Putra Altar dan Pemazmur.  

Petugas yang membacakan Bacaan Pertama (Lektor 1) menderaskan masmur tanggapan tanpa dinyanyikan dan Petugas yang membacakan Bacaan Kedua (Lektor 2) langsung mengidungkan Bait Pengantar Injil (bukan oleh Imam) sehingga Lektor 2 wajib bisa bernyanyi. Proses pengedaran kotak kolekte dan Perarakan Persembahan juga dihilangkan. Kidung Kudus tetap dinyanyikan sedangkan Doa Bapa Kami pada pedoman diminta dideraskan, tidak dinyanyikan, namun mungkin dengan pertimbangan tertentu pada Misa Minggu ini tetap dinyanyikan. Salam Damai yang biasanya Umat saling berjabat tangan kali ini tidak perlu dilakukan.

Penerimaan Komuni sebagai puncak dari perayaan Misa Ekaristi diatur sedemikian rupa, Prodiakan yang membagikan Hosti Kudus mengenakan masker dan face shield dan hand sanitizer. Prodiakon menerima komuni dari Imam dengan antri distancing. Lokasi penerimaan komuni Umat dari Prodiakon tidak banyak berubah, Prodiakon tetap sendiri tidak dibantu oleh prodiakon yang telah selesai. Komuni wajib melalui tangan tidak boleh diletakan Prodiakon langsung ke lidah Umat. Umat dari deret kursi di satu sisi Prodiakon menerima terlebih dulu sampai selesai dengan antri satu jalur dan tetap menjaga distancing kemudian dilanjutkan Umat dari deret kursi sisi yang lain di sebelahnya. Sesuai pedoman Umat yang tidak bisa hadir di Gereja menyanyikan kidung Komuni Rohani selama penerimaan Komuni.

Menjelang Pemberkatan penutup, petugas membacakan lagi tata tertib meninggalkan Gereja sesuai protokol yang telah disusun. Pada ritus penutup, sesudah menerima berkat dan perutusan dari pemimpin Ekaristi, Umat meninggalkan tempat duduk, keluar terlebih dahulu dari urutan yang paling pinggir atau dekat pintu terlebih dahulu atau urutan paling belakang. Umat diminta kesabarannya dan saling pengertian. Umat diminta langsung pulang dan tidak berkerumun.

Perayaan Ekaristi hari Minggu pagi tanggal 8 November 2020 jam 06.00 di Gereja Santo Petrus Sambiroto Semarang telah dipersiapkan dengan sangat baik. Tim Gugus melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi dan sepenuh hati, melayani Umat mengobati kerinduan untuk merayakan secara bersama Misa Ekaristi di Gereja, mendengarkan bacaan Injil pagi ini tentang perumpaan Kerajaan Allah, karena itu berjaga-jagalah, kita tidak tahu hari dan saat itu terjadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun