Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Momen Resign Berkesan dengan Kolaborasi Makanan

11 November 2024   01:05 Diperbarui: 11 November 2024   01:07 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sometimes, the end of one journey is the beginning of something greater. Embrace the change, celebrate the moments, and look forward with hope." – Jonathan Lockwood Huie
"Terkadang, akhir dari satu perjalanan adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. Rangkullah perubahan, rayakan setiap momen, dan lihatlah ke depan dengan harapan." – Jonathan Lockwood Huie

Setiap babak baru dalam hidup sering diiringi perayaan, dan momen resign dari pekerjaan bukanlah pengecualian. Banyak orang melihat resign sebagai waktu transisi yang membuka peluang baru, tapi tetap ada perasaan campur aduk—bahagia, haru, bahkan sedikit cemas. Tak heran, perayaan resign semakin populer, dan salah satu cara paling umum untuk merayakannya adalah dengan makanan! Kolaborasi makanan dalam momen resign bukan hanya sekadar makan-makan, tapi juga menciptakan momen kebersamaan, saling mengucap terima kasih, dan menyongsong masa depan dengan semangat.

Artikel ini akan membahas bagaimana makanan dapat mempererat hubungan antara kolega sekaligus menjadi cara kreatif untuk menyampaikan pesan dan perasaan pada momen yang spesial ini. Mari kita mulai dengan menggali alasan di balik tren ini, lalu memahami jenis makanan yang cocok untuk acara resign.

Mengapa Momen Resign Layak Dirayakan?

Dulu, resign seringkali diartikan sebagai perpisahan yang formal dan terkadang dingin. Namun, tren berubah. Semakin banyak orang yang menyadari bahwa resign tak harus sekadar “ucapan perpisahan” tapi juga “ucapan semangat.” Menurut survei oleh Joblist, sekitar 52% responden menyatakan bahwa perasaan dominan ketika resign adalah harapan dan kegembiraan untuk masa depan. Hanya 27% yang merasa cemas atau bersedih.

Dengan semakin tingginya kesadaran akan kesehatan mental dan keseimbangan hidup, resign sering dianggap sebagai langkah menuju karier yang lebih baik atau fase hidup yang lebih bermakna. Acara resign tidak hanya merayakan apa yang telah dicapai di pekerjaan lama, tetapi juga menghargai relasi yang telah dibangun selama ini. Makanan menjadi media yang sempurna untuk mengungkapkan rasa syukur dan saling dukung dalam momen tersebut.

Makanan sebagai Sarana Emosi dan Komunikasi

Makanan bisa dibilang adalah bahasa universal. Dalam konteks resign, kolaborasi makanan dapat berfungsi sebagai "simbol komunikasi" yang kuat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berbagi makanan dapat mempererat hubungan antar individu, bahkan mampu menciptakan perasaan nyaman yang lebih mendalam. Ketika seseorang memilih untuk mengadakan perayaan resign dengan makanan, sebenarnya ada pesan yang tersirat: ucapan terima kasih, apresiasi, harapan baik, atau bahkan sekadar kebersamaan sebelum melangkah ke fase baru.

Beberapa jenis makanan tertentu juga memiliki makna simbolis yang menarik. Misalnya, kue tart sering digunakan untuk simbol perayaan atas pencapaian atau kebahagiaan, sementara makanan seperti nasi kuning atau ayam panggang dalam budaya Indonesia sering dianggap sebagai lambang keberuntungan dan doa untuk masa depan yang lebih baik. Kombinasi makanan ini memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk merayakan sekaligus menyampaikan pesan dengan cara yang manis dan penuh makna.

Merayakan Momen Resign Bisa Jadi Lebih Seru dengan Hidangan yang Pas!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun