Quiet Quitting: Apa Itu?
Quiet quitting adalah istilah yang muncul untuk menggambarkan sikap karyawan yang memilih untuk melakukan pekerjaan minimal yang diperlukan tanpa memberikan lebih dari itu. Dalam konteks perundungan, ini bisa menjadi cara untuk menghindari konflik atau tekanan yang dihadapi di tempat kerja. Beberapa alasan mengapa karyawan memilih quiet quitting meliputi:
Menghindari Konflik: Karyawan merasa bahwa berusaha lebih hanya akan membuat mereka menjadi target perundungan lebih lanjut.
Menjaga Kesehatan Mental:Â Dengan tidak terlibat secara emosional, karyawan berharap dapat melindungi diri dari stres tambahan.
Meminimalkan Dampak Negatif:Â Dengan melakukan pekerjaan minimal, karyawan merasa dapat menghindari perhatian negatif dari atasan atau rekan kerja.
Apakah Quiet Quitting Solusi yang Baik?
Meskipun quiet quitting mungkin tampak sebagai solusi jangka pendek untuk menghindari perundungan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Tidak Menyelesaikan Masalah:Â Quiet quitting tidak menyelesaikan akar masalah perundungan. Ini hanya mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar.
Dampak Jangka Panjang: Sikap ini dapat berujung pada stagnasi karir dan kehilangan peluang untuk berkembang di dalam perusahaan.
Budaya Kerja yang Buruk: Jika banyak karyawan memilih untuk quiet quitting, ini dapat menciptakan budaya kerja yang negatif, di mana karyawan merasa tidak termotivasi untuk berkontribusi.
Apa yang Harus Dilakukan?