Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perundungan di Tempat Kerja, Haruskah Quiet Quitting Jadi Jalan Keluar?

20 Oktober 2024   05:15 Diperbarui: 20 Oktober 2024   06:04 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bullying (freepik.com/freepik)

Quiet Quitting: Apa Itu?

Quiet quitting adalah istilah yang muncul untuk menggambarkan sikap karyawan yang memilih untuk melakukan pekerjaan minimal yang diperlukan tanpa memberikan lebih dari itu. Dalam konteks perundungan, ini bisa menjadi cara untuk menghindari konflik atau tekanan yang dihadapi di tempat kerja. Beberapa alasan mengapa karyawan memilih quiet quitting meliputi:

  • Menghindari Konflik: Karyawan merasa bahwa berusaha lebih hanya akan membuat mereka menjadi target perundungan lebih lanjut.

  • Menjaga Kesehatan Mental: Dengan tidak terlibat secara emosional, karyawan berharap dapat melindungi diri dari stres tambahan.

  • Meminimalkan Dampak Negatif: Dengan melakukan pekerjaan minimal, karyawan merasa dapat menghindari perhatian negatif dari atasan atau rekan kerja.

Apakah Quiet Quitting Solusi yang Baik?

Meskipun quiet quitting mungkin tampak sebagai solusi jangka pendek untuk menghindari perundungan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • Tidak Menyelesaikan Masalah: Quiet quitting tidak menyelesaikan akar masalah perundungan. Ini hanya mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar.

  • Dampak Jangka Panjang: Sikap ini dapat berujung pada stagnasi karir dan kehilangan peluang untuk berkembang di dalam perusahaan.

  • Budaya Kerja yang Buruk: Jika banyak karyawan memilih untuk quiet quitting, ini dapat menciptakan budaya kerja yang negatif, di mana karyawan merasa tidak termotivasi untuk berkontribusi.

Apa yang Harus Dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun