Di zaman sekarang, banyak pekerja muda, terutama Gen Z, yang merasakan tekanan hidup yang cukup berat. Mungkin kamu juga merasakannya, bukan? Tagar "desperate" di LinkedIn jadi semakin populer, mencerminkan betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan di era sekarang. Tapi, di tengah semua kesulitan ini, ada sesuatu yang menarik: banyak dari mereka yang mulai berjualan produk yang sesuai dengan mood mereka. Ini adalah cara yang unik untuk mengatasi keputusasaan dan menemukan kebahagiaan dalam proses berjualan.
Sad Fishing: Apa Sih Itu?
Bagi yang belum tahu, sad fishing adalah perilaku di mana seseorang membagikan kesedihan atau kekecewaan di media sosial dengan harapan mendapatkan perhatian atau dukungan dari orang lain. Untuk Gen Z, ini sering kali menjadi saluran untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka dengan keadaan.
Media sosial, bagi banyak dari mereka, bukan hanya tempat untuk berbagi kebahagiaan, tetapi juga tempat untuk curhat tentang perasaan yang tertekan. Ada sisi positif dari ini: mereka bisa membangun dukungan emosional dari teman-teman online. Namun, ada juga dampak negatifnya---seperti stigma di sekitar pencarian kerja yang bisa membuat mereka merasa tidak berharga.
Mengapa Tagar "Desperate" Muncul di LinkedIn?
Tagar "desperate"Â makin banyak digunakan di LinkedIn, dan alasannya cukup jelas. Banyak pencari kerja merasa terjebak dalam kompetisi yang ketat untuk posisi yang terbatas. Tekanan dari media sosial dan harapan dari orang-orang di sekitar mereka membuat situasi ini semakin menekan.
Ketika melihat banyak orang berbagi pengalaman mereka mencari pekerjaan---sering kali dengan nada putus asa---sulit untuk tidak merasa down. Tapi, alih-alih menyerah, beberapa dari mereka memilih untuk merespons dengan cara yang berbeda. Mereka mulai berjualan produk yang sesuai dengan suasana hati mereka.
Jualan Sesuai Mood: Mengubah Keputusasaan Jadi Peluang
Banyak Gen Z yang memanfaatkan suasana hati mereka untuk berjualan. Ini bukan hanya tentang mencari uang tambahan, tetapi juga cara untuk mengekspresikan diri. Misalnya, ketika seseorang merasa sedih, mereka mungkin akan menjual barang-barang vintage yang membuat mereka merasa lebih baik---seolah menghidupkan kembali kenangan indah. Sebaliknya, saat mereka merasa bahagia, mereka bisa menawarkan produk-produk ceria, seperti pakaian berwarna-warni atau aksesori unik.
Jadi, ketika mereka berjualan, mereka tidak hanya menjual produk; mereka juga menjual cerita dan emosi. Ini bisa jadi cara yang ampuh untuk meredakan stres dan menemukan kebahagiaan dalam prosesnya.