Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika Pekerja Muda Putus Asa, Gen-Z Jualan Sesuai Mood di Era Sad Fishing

17 Oktober 2024   14:06 Diperbarui: 17 Oktober 2024   14:10 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerja (Feepik.com/Freepik)

Di zaman sekarang, banyak pekerja muda, terutama Gen Z, yang merasakan tekanan hidup yang cukup berat. Mungkin kamu juga merasakannya, bukan? Tagar "desperate" di LinkedIn jadi semakin populer, mencerminkan betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan di era sekarang. Tapi, di tengah semua kesulitan ini, ada sesuatu yang menarik: banyak dari mereka yang mulai berjualan produk yang sesuai dengan mood mereka. Ini adalah cara yang unik untuk mengatasi keputusasaan dan menemukan kebahagiaan dalam proses berjualan.

Sad Fishing: Apa Sih Itu?

Bagi yang belum tahu, sad fishing adalah perilaku di mana seseorang membagikan kesedihan atau kekecewaan di media sosial dengan harapan mendapatkan perhatian atau dukungan dari orang lain. Untuk Gen Z, ini sering kali menjadi saluran untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka dengan keadaan.

Media sosial, bagi banyak dari mereka, bukan hanya tempat untuk berbagi kebahagiaan, tetapi juga tempat untuk curhat tentang perasaan yang tertekan. Ada sisi positif dari ini: mereka bisa membangun dukungan emosional dari teman-teman online. Namun, ada juga dampak negatifnya---seperti stigma di sekitar pencarian kerja yang bisa membuat mereka merasa tidak berharga.

Mengapa Tagar "Desperate" Muncul di LinkedIn?

Tagar "desperate" makin banyak digunakan di LinkedIn, dan alasannya cukup jelas. Banyak pencari kerja merasa terjebak dalam kompetisi yang ketat untuk posisi yang terbatas. Tekanan dari media sosial dan harapan dari orang-orang di sekitar mereka membuat situasi ini semakin menekan.

Ketika melihat banyak orang berbagi pengalaman mereka mencari pekerjaan---sering kali dengan nada putus asa---sulit untuk tidak merasa down. Tapi, alih-alih menyerah, beberapa dari mereka memilih untuk merespons dengan cara yang berbeda. Mereka mulai berjualan produk yang sesuai dengan suasana hati mereka.

Jualan Sesuai Mood: Mengubah Keputusasaan Jadi Peluang

Banyak Gen Z yang memanfaatkan suasana hati mereka untuk berjualan. Ini bukan hanya tentang mencari uang tambahan, tetapi juga cara untuk mengekspresikan diri. Misalnya, ketika seseorang merasa sedih, mereka mungkin akan menjual barang-barang vintage yang membuat mereka merasa lebih baik---seolah menghidupkan kembali kenangan indah. Sebaliknya, saat mereka merasa bahagia, mereka bisa menawarkan produk-produk ceria, seperti pakaian berwarna-warni atau aksesori unik.

Jadi, ketika mereka berjualan, mereka tidak hanya menjual produk; mereka juga menjual cerita dan emosi. Ini bisa jadi cara yang ampuh untuk meredakan stres dan menemukan kebahagiaan dalam prosesnya.

Gen-Z (Dok.Pribadi)
Gen-Z (Dok.Pribadi)

Statistika Menarik: Apa Kata Data?

Berdasarkan survei oleh Pew Research Center, sekitar 60% Gen Z merasa tertekan oleh ekspektasi dunia kerja dan media sosial. Namun, menariknya, 47% dari mereka juga mencoba menjual produk secara online sebagai cara untuk mengatasi stres dan mengubah suasana hati. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka menghadapi banyak tekanan, ada harapan dan kreativitas di dalam diri mereka untuk mengubah keadaan.

Membangun Komunitas: Dukungan Emosional Itu Penting

Satu hal yang menarik dari semua ini adalah bagaimana Gen Z saling mendukung. Mereka membangun komunitas yang saling memberdayakan, memahami bahwa tidak ada yang sempurna. Saat mereka berbagi pengalaman, muncul rasa empati yang kuat.

Produk yang mereka jual sering kali terinspirasi dari pengalaman pribadi mereka. Ini menciptakan hubungan yang lebih dalam dengan pelanggan dan membuat mereka merasa lebih terhubung satu sama lain. Dalam dunia yang penuh tekanan ini, saling mendukung bisa jadi kekuatan yang besar.

Kesimpulan

Jadi, di tengah semua tantangan yang ada, Gen Z menunjukkan keberanian dan kreativitas dalam menghadapi keputusasaan. Dengan berjualan sesuai mood, mereka tidak hanya menemukan cara untuk mengatasi stres, tetapi juga menciptakan peluang baru bagi diri mereka sendiri. Meskipun dunia kerja semakin keras, semangat untuk berbagi pengalaman dan menciptakan produk yang mencerminkan diri mereka adalah langkah positif menuju masa depan yang lebih cerah.

Ketika kita mendukung mereka dalam perjalanan ini, kita sebenarnya sedang membangun dunia yang lebih baik untuk kita semua. Mari kita terus saling mendukung dan berbagi harapan, bahkan di saat-saat tersulit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun