Pernahkah kamu merasa bingung dengan sikap pasangan atau teman yang sering menarik diri saat hubungan mulai mendekat? Mungkin mereka termasuk dalam kategori orang dengan attachment style avoidant. Attachment style atau gaya keterikatan adalah pola emosional yang terbentuk sejak masa kecil dan berpengaruh pada hubungan kita di usia dewasa. Pada artikel ini, kita akan membahas kebiasaan menarik diri orang avoidant dan alasan di balik kesulitan mereka untuk membuka hati.
Memahami Attachment Style Avoidant
Sebelum kita masuk ke kebiasaan menarik diri, penting untuk memahami apa itu attachment style avoidant. Secara umum, ada empat jenis attachment style: secure, anxious, avoidant, dan disorganized. Orang dengan attachment style avoidant cenderung merasa tidak nyaman dengan kedekatan emosional. Mereka sering kali menghargai kemandirian dan merasa tertekan ketika orang lain berusaha mendekat.
Kebiasaan Menarik Diri
- Menjaga Jarak Emosional
Salah satu kebiasaan utama orang avoidant adalah menjaga jarak emosional dari orang-orang terdekat. Mereka cenderung menghindari percakapan yang mendalam atau intim, sehingga sulit untuk mengenal mereka lebih baik. Hal ini bisa membuat pasangan atau teman merasa tidak diperhatikan atau diabaikan. Mereka sering kali akan lebih nyaman membahas topik yang dangkal atau sepele.
- Menghindari Komitmen
Orang dengan gaya keterikatan avoidant sering kali merasa terjebak ketika hubungan mulai menunjukkan tanda-tanda komitmen. Mereka mungkin akan menarik diri atau berusaha mencari alasan untuk tidak melanjutkan hubungan. Ini bukan berarti mereka tidak mencintai, tetapi lebih kepada ketidaknyamanan mereka terhadap keterikatan yang lebih dalam.
- Respon Terhadap Konflik
Ketika menghadapi konflik, orang avoidant cenderung menghindar daripada berusaha menyelesaikannya. Mereka lebih suka menyendiri dan merenungkan masalah daripada berkomunikasi dengan pasangan. Hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman dan frustrasi di pihak pasangan, yang mungkin merasa bahwa masalah tersebut tidak diperhatikan.
- Menciptakan Jarak Fisik
Selain menjaga jarak emosional, orang avoidant juga sering menciptakan jarak fisik. Mereka mungkin lebih memilih untuk tidak berada di dekat pasangan atau menghabiskan waktu sendirian daripada beraktivitas bersama. Ini bisa dilihat sebagai bentuk perlindungan diri, di mana mereka ingin menghindari rasa cemas yang muncul saat berada dalam situasi yang intim.
- Menggunakan Humor atau Sifat Stereotip
Terkadang, orang dengan attachment style avoidant menggunakan humor sebagai mekanisme untuk menghindari kedekatan emosional. Mereka bisa jadi terlihat santai dan lucu, tetapi ini sering kali merupakan cara untuk mengalihkan perhatian dari perasaan yang lebih dalam. Sifat stereotip ini bisa membuat mereka terlihat seolah-olah tidak peduli, padahal sebenarnya mereka memiliki banyak yang ingin disampaikan.
Kenapa Mereka Susah Buka Hati?
Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa orang avoidant sulit untuk membuka hati. Mari kita lihat beberapa alasan psikologis di balik perilaku ini.
- Pengalaman Masa Kecil
Seringkali, gaya keterikatan ini berakar dari pengalaman masa kecil. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana kebutuhan emosional mereka tidak dipenuhi, cenderung mengembangkan attachment style avoidant. Mereka belajar bahwa menunjukkan emosi atau bergantung pada orang lain tidak aman, sehingga memilih untuk menyimpan perasaan mereka sendiri.
- Ketakutan akan Keterikatan
Orang dengan gaya keterikatan avoidant sering kali memiliki ketakutan mendalam terhadap keterikatan. Mereka merasa bahwa jika mereka terlalu dekat dengan seseorang, mereka akan kehilangan kemandirian atau bahkan mengalami rasa sakit saat hubungan berakhir. Hal ini membuat mereka cenderung menarik diri saat hubungan mulai menunjukkan kedalaman.
- Rasa Cemas yang Terpendam
Di balik sikap tenang mereka, orang avoidant sering kali menyimpan kecemasan yang mendalam. Mereka takut akan penolakan atau pengabaian, sehingga lebih memilih untuk tidak membuka diri. Dengan menarik diri, mereka merasa bisa melindungi diri dari potensi rasa sakit yang mungkin muncul.
- Persepsi Negatif terhadap Hubungan
Orang avoidant cenderung memiliki pandangan negatif terhadap hubungan. Mereka sering melihat hubungan sebagai sumber stres dan ketidakpastian, bukan sebagai sumber dukungan dan kebahagiaan. Ini membuat mereka lebih memilih untuk menjauh daripada berusaha untuk terlibat.
- Kesulitan dalam Menyampaikan Perasaan
Terakhir, banyak orang avoidant mengalami kesulitan dalam menyampaikan perasaan mereka. Mereka mungkin tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan emosi atau bahkan merasa malu untuk melakukannya. Hal ini membuat mereka lebih memilih untuk tetap diam dan menarik diri daripada mengambil risiko membuka diri kepada orang lain.
Menyikapi Kebiasaan Menarik Diri
Jika kamu berinteraksi dengan orang yang memiliki gaya keterikatan avoidant, penting untuk memahami kebiasaan mereka. Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan:
- Beri Ruang yang Cukup
Memberikan ruang bagi mereka untuk bernafas dan tidak merasa tertekan adalah langkah awal yang penting. Jangan paksakan untuk membuka diri; biarkan mereka melakukannya dengan kecepatan mereka sendiri.
- Fokus pada Komunikasi yang Sehat
Usahakan untuk selalu terbuka dalam berkomunikasi. Sampaikan perasaanmu tanpa menuntut agar mereka melakukan hal yang sama. Ini bisa membantu mereka merasa lebih nyaman untuk berbagi ketika mereka siap.
- Pahami Bahwa Ini Bukan Salahmu
Ingatlah bahwa kebiasaan menarik diri ini bukanlah refleksi dari kurangnya rasa sayang atau perhatian terhadapmu. Mereka sedang berjuang dengan ketakutan dan rasa tidak aman yang mungkin tidak sepenuhnya kamu pahami.
- Sabar dan Beri Dukungan
Kesabaran adalah kunci. Dukung mereka untuk berbagi perasaan tanpa merasa tertekan. Beri mereka waktu untuk memproses emosinya.
- Jaga Kesehatan Emosionalmu Sendiri
Saat menghadapi seseorang dengan gaya keterikatan avoidant, penting untuk tetap menjaga kesehatan emosionalmu. Jangan terlalu terjebak dalam kebiasaan mereka yang menarik diri. Berikan perhatian pada dirimu sendiri dan apa yang kamu butuhkan dalam hubungan.
Kebiasaan menarik diri orang avoidant bisa jadi tantangan dalam hubungan. Memahami alasan di balik perilaku ini adalah langkah pertama untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki cara tersendiri dalam berhubungan, dan menghargai perbedaan ini dapat membantu kamu dan pasangan tumbuh bersama. Ketika kamu berusaha untuk lebih memahami, komunikasi menjadi lebih lancar, dan hubungan dapat berkembang dengan cara yang lebih positif. Jadi, bersabarlah dan tetap berkomitmen pada proses, karena cinta memang butuh waktu dan usaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H