Mohon tunggu...
Syuhada Surya Wicaksono
Syuhada Surya Wicaksono Mohon Tunggu... -

Apalah yang lebih indah selain dari idea, keseimbangan dan kebahagiaan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ilusi Terbesar di Dunia itu Bernama Uang Fiat dan Kredit

5 September 2011   19:21 Diperbarui: 28 Januari 2016   22:55 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selama ini mayoritas dari kita seringkali berpikir bahwa ilusi adalah sesuatu yang kita lihat melalui indera tetapi tidak seperti apa yang kita lihat. Dan bertahun-tahun sejak sulap dan berbagai atraksinya marak di televisi maka atraksi ilusi yang ditampilkan oleh ilusionis sepertinya lebih familiar di benak kita.

Menurut KBBI Online:
ilu·si 1 n sesuatu yg hanya dl angan-angan; khayalan; 2 n pengamatan yg tidak sesuai dng pengindraan; 3 a tidak dapat dipercaya; palsu

Tapi pernah tahukah anda tentang sebuah ilusi yang telah bertahun-tahun (berabad-abad lebih tepatnya) dilakukan di depan mata kita, didengar oleh telinga kita, dicerap oleh pemikiran dan angan kita, dibaui oleh hidung kita, dapat diraba dan dikecap setelah dikonversi ke dalam bentuk ternikmat yang kita mau, diterima dan dilakukan kepada hampir semua penduduk di bumi ini tetapi mayoritas tetap tidak mengetahui bahwa itu adalah sebuah ilusi yang memabukkan dan sedemikian hebatnya ilusi tersebut sampai-sampai hampir tidak ada dari kita yang ingin tersadar dan terbangun dari buaiannya...

Ya, ilusi itu adalah sistem uang fiat dan segala produk turunannya.

Dalam Buku “Modern Money Mechanics” yang diterbitkan oleh Federal Reserve Bank of Chicago, sejarah pencetakan uang kertas dan logam seperti yang kita ketahui sekarang ini bermula dari Para Pengrajin Emas (Goldsmith).

 

Pengrajin Emas (Goldsmith) ini disebutkan sebagai “early bankers”, karena merekalah yang pertama kali berinisiatif untuk menyediakan jasa penyimpanan emas dan logam. Awalnya mereka hanya menerima upah dari jasa penyimpanan emas dan logam. Jadi setiap pelanggan yang datang dapat menitipkan emas atau logam berharga yang dimilikinya, sebagai bukti penitipan mereka akan diberikan selembar kertas sertifikat (deposit receipt). Sewaktu-waktu mereka memerlukan emas atau logam berharga yang dititipkan kepada Goldsmiths maka mereka cukup menunjukan sertifikat tersebut dan menerima kembali emas atau logam berharga mereka. Sertifikat ini yang kemudian dikenal sebagai notes lama kelamaan diakui sebagai uang karena siapa saja yang memegang notes tersebut dapat pergi ke Goldsmiths (yang kemudian dikenal sebagai Bankers) dan menukarkannya dengan “Uang Logam” (metallic money) mereka. Dan orang-orang pun mulai menyadari bahwa notes ini dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang praktis dan efisien. Inilah awal mula lahirnya uang kertas modern.

 

Selanjutnya Bankers menyadari bahwa mereka dapat memberikan pinjaman dengan cara memberikan notes kepada orang yang membutuhkan pinjaman, walaupun tidak ada emas ataupun logam berharga yang diwakili oleh notes tersebut. Dengan cara inilah Bank mulai mencetak uang (create money). Untuk jasa peminjaman tersebut Bank meminta biaya (fee) peminjaman uang. Dan inilah cikal bakal munculnya bunga (interest) atau kredit atau pinjaman. Satu hal yang terpenting dari sistem ini agar dapat berjalan adalah Bank harus memiliki rasio emas atau logam berharga yang cukup untuk berjaga-jaga apabila ada pelanggan yang melakukan penarikan (redeem) emas atau logam berharga mereka. Ini untuk menjaga kepercayaan pengguna bahwa Bank memang memiliki cadangan yang cukup dan sama besar dengan notes yang mereka terbitkan. Walaupun pada kenyataannya tidak.

 

Bagaimana Bank modern bekerja ternyata memiliki konsep dan pola yang sama seperti Bankers tersebut hanya saja dalam konteks modern. Cadangan emas dan logam berharga pada era Goldsmiths digantikan dengan Bank Reserve atau Federal Reserve System. Di era modern, Bankers tersebut digantikan oleh Bank Sentral sebagai otoritas pembuat kebijakan pencetakan uang. Dan pelanggan mereka dalam era modern ini adalah Negara. Sementara notes yang diterbitkan oleh Bankers saat ini dikenal sebagai uang kartal dan giral.

 

Federal Reserve adalah uang kartal (currency) yang disimpan dan diperhitungkan secara legal sebagai deposit (reserve balance) di Federal Reserve Bank (Bank Sentral). Cadangan ini yang akan digunakan bila sewaktu-waktu pengguna uang melakukan penarikan (redeem) untuk menjaga kepercayaan pengguna atas uang yang mereka terbitkan bahwa Federal Reserve Bank memiliki jaminan yang cukup atas semua uang yang mereka cetak dan edarkan. Ini dilakukan untuk menghindari hilangnya kepercayaan dan terjadinya Bank Run. Yaitu suatu keadaan dimana pemegang uang atau deposito menarik uang mereka secara bersama-sama dalam jumlah besar cadangan (bank reserve) uang kartal mereka di Bank karena ketidakpercayaan bahwa Bank mampu menjamin nilai uang yang beredar.

 

Mekanisme pencetakan uang modern adalah sebagai berikut:

 

Federal Reserve Bank (Bank Sentral, di Indonesia adalah Bank Indonesia) membeli Security yang diterbitkan negara (Surat Utang Negara) melalui Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operations). Misalnya nilai Sekuritas Negara yang dibeli oleh Bank Sentral adalah 10.000.000.000.000,00- Selanjutnya Bank Sentral akan menerbitkan Cek yang dicairkan secara online. Misalkan Bank yang ditunjuk adalah Bank B. Bank Indonesia telah mencatat nilai 10 Trilyun  tersebut sebagai aset atas Sekuritas Negara, dan sebesar 10 Trilyun Rupiah akan dicatat sebagai kewajiban Reserve Account Bank B. Sementara Bank B yang menerima Cek tersebut akan mencatat Reserve di Bank Sentral sebagai aset dan mencatat Customer Deposit sebagai kewajiban. Disinilah terjadinya proses pencetakan uang (walaupun tidak selalu dengan pencetakan uang kartal secara fisik).

 

Atas pembelian Sekuritas tersebut Bank Sentral mendapatkan kupon , yang artinya atas pencetakan uang itu Bank Indonesia mendapatkan fee. Sementara bila rasio cadangan minimum adalah 10% maka atas uang sebesar 10 Trilyun yang tersimpan di Bank B, dapat dicetak uang dalam bentuk pinjaman dan kredit hingga mencapai 100 Trilyun Rupiah (sebanding proporsional dengan rasio cadangan minimum), dan atas pinjaman atau kredit yang disebarkan ke masyarakat itu Bank meminta bunga karena bagi Bank, uang adalah modal, dan modal yang diinvestasikan memiliki resiko, atas resiko itu harus ada return sebagai imbalannya. Dan bunga atas pinjaman dan kredit adalah return bagi Bank. Dan harus dipahami bahwa pemberian pinjaman dan kredit adalah salah satu pencetakan uang tanpa bentuk fisik. Akun deposito nasabah dan angka-angka digital yang tersimpan di server Bank adalah bentuk dari pencetakan uang tersebut.

 

Jadi jangan bayangkan bahwa mencetak uang berarti mencetak uang kertas dan logam secara fisik, di era modern ini dimana angka digital yang tercetak di rekening online atau buku tabungan anda adalah uang itu sendiri. Kredit yang anda ajukan lalu disetujui kemudian dibukukan di rekening online atau dicetak di buku tabungan anda adalah salah satu bentuk pencetakan uang. Dan Bank dapat mencetak uang melebihi kemampuan backup nilai uang yang beredar yang sesunguhnya.

 

Lalu dimana letak ilusinya? Sejak uang tidak lagi melakukan fungsi utamanya sebagai alat tukar dan pemecah satuan nilai, sejak uang diperlakukan sama sebagai modal, sejak uang memiliki kemampuan untuk menyimpan kekayaan dan melipatgandakan kekayaan, sejak uang memiliki kemampuan untuk dibungakan atas pencetakannya dalam bentuk kredit, maka sejak itulah uang telah menipu kita.

 

Hukum permintaan dan penawaran tidak hanya berlaku dalam pasar komoditas tetapi juga dalam pasar uang. Dengan sistem yang ada sekarang kecenderungan uang yang ada dan beredar dalam bentuk M1, M2 atau M3 adalah bertambah. Ketika secara kuantitas uang bertambah sementara pertumbuhan ekonomi dan transaksi tidak bertambah sepesat penambahan uang beredar (kredit yang dikucurkan) maka ketika itulah nilai uang (daya belinya) akan melemah.

 

ilustrasi:

Misalkan di sebuah negara hanya ada 10 bola sepak, uang yang beredar di negara tersebut misalnya KA$ 10, artinya untuk membeli satu unit bola tersebut maka harus ditebus dengan harga KA$ 1 per bolanya.

Nah, bila sekarang negara tersebut dapat mencetak uang tanpa dibackup emas (ngga ada cadangan emas yang ditambahkan untuk menandingi uang yang dicetak dan misalnya pertumbuhan ekonomi tidak mengimbangi, misalnya bola sepaknya tetap 10 unit bola tidak bertambah) misalnya dicetak lagi KA$ 10 sehingga total uang yang beredar sekarang adalah KA$ 20, artinya sekarang harga bola tersebut per unitnya jadi $2. artinya harga bola makin tinggi (inflasi) dan nilai uang (daya belinya) makin jatuh.

Nah, belum lagi bank saat menerbitkan KA$ 10 itu disebarkan ke masyarakat dalam bentuk pinjaman. Apa artinya? Dalam sistem modern, Bank PASTI akan meminta bunga atas pencetakan uang (pengucuran kredit). Misalnya 1%, artinya masyarakat secara agregat harus mengembalikan KA$1 tambahan. dari mana asalnya KA$ 1 tersebut? padahal yang dicetak cuma KA$ 10? jawabnya dari aset peminjam yang gagal bayar.

Artinya, dengan sistem perbankan saat ini siap2lah mengalami inflasi abadi, atau kalau mau kembali ke kondisi normal, siap2lah bangkrut para multi milyuner dan orang2 kaya karena dengan sistem ini inflasi dan krisis ekonomi adalah kepastian, tinggal tunggu waktunya aja, dan kegagalan akan bersumber di pasar derivatif dan pasar modal.


Bukan menakut-nakuti tetapi dengan sistem ekonomi global yang berlaku sekarang siap-siaplah bertahun-tahun mendatang anak cucu kita secara sistem akan terserap kekayaan natural yang dimilikinya dan mungkin terlahir tanpa memiliki rumah untuk bernaung atau pakaian yang melekat yang dimiliki secara utuh (kalaupun ada mungkin sudah menjadi bagian dari kredit yang harus diangsur).
Dan siapa yang suka terbangun dari ilusi ini lalu kehilangan kekayaan, pertumbuhan ekonomi (yang tidak nyata dan harus dibayar mahal suatu ketika nanti) dan pencapaian peradaban semu yang tidak pernah dicapai oleh bangsa-bangsa sebelumnya... sepertinya hampir tidak ada diantara manusia hidup yang eksis di dunia saat ini mau (kalaupun mau mungkin tidak cukup kuat)... bahkan hampir seperti sihir atau ilmu sirep... mayoritas kita sadarpun tidak...
Shame on us...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun