Mohon tunggu...
Voril Marpap
Voril Marpap Mohon Tunggu... Karyawan Honorer Pemda KOta Baubau -

Pemuda sederhana, Baik hati dan Tidak sombong

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelanggan Hati, Pedagang Sendal Jepit

27 April 2014   20:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendengar pertakaan itu, ibu Rani tanpa sadaar berteriak kencang bagaikan badai yang menyambar di siang hari.
"Astagfilullahalaziiiiiiiiiiiii,,,mmm.. ia aku kesitu skrang, " jawabnya

Dari nadanya aja aku sudah tau bahwa Ibunya rani sangatlah kaget. spontanseluruh keluarganya segera menuju ke UGD RSUD untuk segara menjenguk Rani.

Tak perlu menunggu lama, tiba-tiba sms dihandphone ku bunyi memberikan isyarat bawa mreka udah ada di rumah sakit umum daearh. Akhirnya mereka pun tiba di depan ruangan UGD, rasa cemas, was-was dan bercampur sedih tumpah ruah di depan kamar UGD. Peristiwa  yang terjadi pada Reni adalah di luar dugaan orang tuanya. Ayah dan Ibunya Rani sangat terpukul dengan peristiwa ini.

Aku mencoba hampiri orang tuanya Rani, lalu aku katakan pada mereka bahwa Rani mengalami kecelakaan tepat di depan mataku yakni kejadian tabrakan dijalan raya depan Rani bersekolah kemudian aku berusaha menolongnya hingga membawanya kerumah sakit. Orang mana yang tidak menangis pada saat mengetahui anaknya sedang mengalami kecelakaan itulahh yang menjadi beban mereka.

Lalu dengan lemah Ibu Rani mengucapkan rasa terimah kasihnya padaku, padahal apa yang terjadi semua adalah kebetulan, saat itu aku sedang beristrahat.
" Nak trimakasih ya telah mengantarkan Rani ke rumah sakit, " ujar ibunya
" Ia bu.. saya, juga tidak tau kalw yang kecelakaan itu Rani, " kataku
" Kalau tidak salah kamu ya... yang selalu lewat depan rumah berjualan sendal, " tanya ibunya
" Ia.. bu ,, manaku Arjun..." Jawabku, Mendengar perkataanku, air mata ibunya Rani berlinang membasahi pipinya.

Aku sadar itu adalah tangisan ibu yang sangat membuat hatinya teriris. Namun apapun yang terjadi semua adalah skenario Allah, keberadaanku di depan halte itu pun tidak terlepas dari arahan dan skenario Allah Swt. sekalipun mengabaikan barang daganannku yang kutinggalkan dihalte. aku menunggu hingga dokter keluar, jujur kawan aku tidak sabar menunggu pemeriksaan dokter.

Setelah 1 jam tiba-tiba dokter keluar dari ruang Ugd dan ingin bertemu dengan keluarga Rani, dengan suara pelan sang dokterpun berkata.
" Syukur pendaraan yang dialami Rani tidak terlalu hebat, dia hanya pingsan kemudian akan segera siuman," katannya.

Mendengar kata-kata dari sang dokter selruh keluarga yang ada di situ termaksud diriku berkata " alhamdullai" dengan. tanpa sadar ibu rani merangkulku dan memeluk dirikku. Aku juga sangat lega kawan apa yang telah terjadi telah membuat aku sadar bahwa kasih sayaang orang tua rani sangat luar biasa.

Sembari menunggu Rani siuman, aku langsung pamit untuk segera kembali kehalte dan mengambil barang dagangannku.
" Ibu aku maw ambil daganganku ya, tadi aku titip di samping kios dekat halte," ujarnya
" Ia nak.. sekali lagi trima kasih ya  nak.." Jawab sang ibu

Tanda saya sadari tiba-tiba Ayah Rani memberikan akuu sebuah amplop yang berisikan uang namun aku tidak menerimanya aku hanya berkata pada ibu rani bahwa ini adalah bagian dari skenario Allah untuk diambil hikmahya..
"terima kasih nak arjun.." ujar ibunya rani
" ia bu... aku pamit dulu ya..." kataku..

Tak butuh beberapa  lama tiba-tiba terderngar suara dari dalam kamar ternyata itu adalah rani..
" Arjun...terima kasih yaa.." katanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun