J.K Rowling
Namun, kesuksesan J.K Rowling tidak luput dari berbagai kesulitan dan kegagalan yang pernah ia alami. J.K Rowling pernah hidup dalam keadaan ekonomi yang memprihatinkan. Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan statusnya sebagai seorang single parent yang kewalahan menghidupi anaknya.
Naskah Harry Potter pertama bahkan sempat ditolak berkali-kali oleh berbagai penerbit di negara asalnya, Inggris. Hingga pada bulan Juni 1997, sebuah penerbit di London bernama Bloomsbury menerbitkan seri Harry Potter perdana, Harry Potter and the Philosopher Stone.
Oprah Winfrey
Karirnya di industri media berawal saat ia menjadi host sebuah acara talk show di sebuah stasiun TV di Baltimore. Namun di acara TV pertamanya ini, Oprah pun merasakan pahitnya kegagalan. Seperti dilansir dari businessinsider.com, Oprah dipecat di depan publik karena dianggap terlalu emosial saat membawakan acara talk show tersebut.
Kisah dari ke empat tokoh ini membuktikan bahwa sakitnya kegagalan bukanlah penghambat langkah mereka. Kegagalan justru menjadi pemicu yang memompa semangat mereka untuk terus maju. Proses jatuh bangun dari kegagalan itulah yang akhirnya membuat mereka merasakan betapa manisnya buah usaha dan kerja keras. Dan buah itulah yang kita sebut kesuksesan.
Belajar dari kegagalan memang tidak mudah. Bahkan keterampilan ini tidak pernah kita pelajari dalam kurikulum formal di sekolah-sekolah. Orang-orang cenderung belajar sendiri menganggulangi kegagalan mereka masing-masing. Namun, bukan berarti tidak ada media pembelajaran terstruktur yang membantu kita untuk latihan tidak takut gagal. Salah satu media tersebut adalah experiential study tour.
Experiential study tour adalah sebuah program study tour ke kota-kota paling inspiratif dunia seperti London, Tokyo, dan Sydney. Tidak hanya sekedar sightseeing, dalam experiential study tour, para pesertanya akan melewati serangkaian workshop lintas ilmu seperti sains, ilmu sosial, seni, dan olah raga. Dengan belajar langsung dari para ahli di masing-masing disiplin ilmu, para peserta akan memahami potensi sesungguhnya yang mereka miliki.
Tiidak hanya itu, dalam experiential study tour ini, para peserta diajak untuk keluar dari zona nyaman mereka dengan terlibat langsung dalam berbagai aktivitas, baik yang mereka sukai dan tidak mereka sukai. Dengan metode ini, para peserta akan belajar menghargai proses dari sebuah perjuangan dan berlatih untuk melihat sisi positif dari kegagalan dengan menyadari bahwa mereka tidak selalu mampu menyelesaikan setiap aktivitas dengan hasil yang memuaskan.