Seperti teori gunung es. Kesuksesan bisa diibaratkan seperti bagian atas gunung es yang muncul di permukaan laut. Sementara, proses untuk mencapai sukses adalah bagian bawah gunung es yang jauh lebih luas dari bagian atasnya. Namun, bagian ini tidak terlihat karena posisinya berada di bawah permukaan laut.
Kesuksesan adalah sebuah hasil. Ia diraih lewat serangkaian proses panjang yang tidak gampang. Ketika menyaksikan kesuksesan para tokoh terkenal dunia, mungkin yang terlihat hanya yang enak-enak saja. Padahal, itu baru bagian atas gunung es. Kita tidak tahu bagaimana bagian bawah gunung es dari kisah mereka. Kita tidak tahu bahwa dulunya mereka sempat menghadapi masa-masa sulit saat mengejar mimpi.
Berbagai macam pengorbanan telah mereka lakukan. Bahkan, penolakan dan kegagalan sudah menjadi makanan mereka. Hingga akhirnya, akumulasi dari pengorbanan, penolakan, dan kegagalan tersebut berhasil mengantarkan mereka menuju puncak kesuksesan.
Siapa sajakah tokoh-tokoh tersebut?Â
Untuk lebih lengkapnya, berikut kisah singkat empat tokoh terkenal dunia yang pernah gagal dan terpuruk sebelum sukses.
Steven Spielberg
Sutradara peraih tiga Academy Awards ini dianggap sebagai the Master of Blockbuster. Karya-karyanya hampir selalu mendapat sambutan positif dari para penikmat film di seluruh penjuru dunia. Namun, siapa sangka kalau sutradara film Jurassic Park dan Ready Player One ini pernah ditolak dua kali oleh the University of Southern California's School of Cinematic Arts.
Akhirnya, seperti dilansir dari lifehack.org, melihat kesuksesan Spielberg, universitas tersebut membangun sebuah gedung sebagai bentuk penghormatan terhadapnya.
Walt Disney
Ternyata, di balik kesuksesannya membangun salah satu kerajaan animasi terbesar, Walt Disney pernah dipecat dari pekerjaannya. Yang lebih mengejutkan, seperti dilansir dari businessinsider.com, Walt dipecat karena dianggap kurang imajinatif oleh editornya di the Kansas City Star.
J.K Rowling
Namun, kesuksesan J.K Rowling tidak luput dari berbagai kesulitan dan kegagalan yang pernah ia alami. J.K Rowling pernah hidup dalam keadaan ekonomi yang memprihatinkan. Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan statusnya sebagai seorang single parent yang kewalahan menghidupi anaknya.
Naskah Harry Potter pertama bahkan sempat ditolak berkali-kali oleh berbagai penerbit di negara asalnya, Inggris. Hingga pada bulan Juni 1997, sebuah penerbit di London bernama Bloomsbury menerbitkan seri Harry Potter perdana, Harry Potter and the Philosopher Stone.
Oprah Winfrey
Karirnya di industri media berawal saat ia menjadi host sebuah acara talk show di sebuah stasiun TV di Baltimore. Namun di acara TV pertamanya ini, Oprah pun merasakan pahitnya kegagalan. Seperti dilansir dari businessinsider.com, Oprah dipecat di depan publik karena dianggap terlalu emosial saat membawakan acara talk show tersebut.
Kisah dari ke empat tokoh ini membuktikan bahwa sakitnya kegagalan bukanlah penghambat langkah mereka. Kegagalan justru menjadi pemicu yang memompa semangat mereka untuk terus maju. Proses jatuh bangun dari kegagalan itulah yang akhirnya membuat mereka merasakan betapa manisnya buah usaha dan kerja keras. Dan buah itulah yang kita sebut kesuksesan.
Belajar dari kegagalan memang tidak mudah. Bahkan keterampilan ini tidak pernah kita pelajari dalam kurikulum formal di sekolah-sekolah. Orang-orang cenderung belajar sendiri menganggulangi kegagalan mereka masing-masing. Namun, bukan berarti tidak ada media pembelajaran terstruktur yang membantu kita untuk latihan tidak takut gagal. Salah satu media tersebut adalah experiential study tour.
Experiential study tour adalah sebuah program study tour ke kota-kota paling inspiratif dunia seperti London, Tokyo, dan Sydney. Tidak hanya sekedar sightseeing, dalam experiential study tour, para pesertanya akan melewati serangkaian workshop lintas ilmu seperti sains, ilmu sosial, seni, dan olah raga. Dengan belajar langsung dari para ahli di masing-masing disiplin ilmu, para peserta akan memahami potensi sesungguhnya yang mereka miliki.
Tiidak hanya itu, dalam experiential study tour ini, para peserta diajak untuk keluar dari zona nyaman mereka dengan terlibat langsung dalam berbagai aktivitas, baik yang mereka sukai dan tidak mereka sukai. Dengan metode ini, para peserta akan belajar menghargai proses dari sebuah perjuangan dan berlatih untuk melihat sisi positif dari kegagalan dengan menyadari bahwa mereka tidak selalu mampu menyelesaikan setiap aktivitas dengan hasil yang memuaskan.
Untuk informasi lebih lanjur mengenai experiential study tour Vooya, silahkan kunjungi:
www.vooya.id atau follow @thevooyager (Instagram & LINE)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H