karenanya gelisah,
karenanya patah,
karenanya bahagia,
karenanya cinta,
karenanya tawa.
aku melihat dari jendela mataku,
tersayup sayup wajah,
ia bercahaya.
matanya sendu membelai kalbu dan ragaku
seperti melihat bunga kan mekar indah dalam dirinya
tak ada yang bisa pergi dari untaian wajahnya
terngiang siang malam, terbawa mimpi
wajah penuh senyuman
namun ia diam, tak bertuan
ia bagaikan hempasan angin
suaranya begitu hangat,
namun ia seperti air yang baru saja lahir dari perut gunung,
begitu dingin.
namun ia juga petir,
kadang menyambar di tengah pelupuk mata pelangi
pelangi diam bertahan memeluk awan
banyak daun tumbuh, banyak daun gugur
seperti semua karenanya
senyuman begitu indah
senyuman begitu menggoda
senyuman itu punya siapa ?
pelangi sungguh ingin menggapainya.
mengapa engkau terlalu melambung jauh ke atas ?
kulihat engkau begitu sendiri
mencari jalanmu, yang kau buat berliku
tapi kudengar kau mempunyai kisah disana
engkau tak sendiri
engkau hanya menutup diri
lalu siapa dirimu itu ?
siapa senyuman itu sebenarnya ?
bolekah aku mengenalnya ?
bagimana jika ku jatuh ?
bagaimana jika ia tak memberi tempat untukku ?
bagaimana ?
Ya sudahlah !
_Malang, 23 Okt 2018, 18:06_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H