Memang kegigihannya patut diacungi jempol. Si gadis mendengarkan sambil menikmati pemandangan di luar jendela angkutan. Sedikit perjalanan yang sebentar itu, ia sudah mendapatkan pelajaran hidup dari kisah sederhana seorang supir angkutan yang tidak mau bergantung pada orang lain, yang tidak menjadikan usia sebagai kelemahannya dalam menafkahi keluarga kecil yang tersisa. Di rumahnya hanya tersisa istrinya sebagai anggota, anak-anaknya telah berkehidupan sendiri di kota besar.
"Sudah nyoblos, Pak?" tanya pria muda itu.
"Ya, sudah, Mas. Tadi mampir sebentar ke pondokan sebelum narik," jawab sang supir.
"Wah semangat demokrasi, ya, Pak?"
"Iya. Ya satu suara sangat berarti bagi mereka, Mas. Saya sudah beberapa kali melewati hal-hal seperti ini, pemilihan legislatip, bupati, gubernur, presiden."
"Apa yang beda, gak, Pak, dari pilkada yang lalu? Harapannya apa sih, Pak, kepada pemimpin daerah yang terpilih nanti?"
Sang supir terbatuk sebentar, sekali-kali ia sering terbatuk karena penyakit tuanya.
"Ya, saya gak berharap muluk-muluk. Cukup jadi pemimpin yang amanah, tidak korupsi, bikin tenteram masyarakatnya, itu sudah cukup. Selebihnya, pembangunan infrastruktur seperlunya, yang penting pembenahan. Jalan-jalan berlubang itu kan perlu diperhatikan. Itu terutama yang di daerah plosok, pedesaan, gini, Mas. Atau di daerah gunung itu sama pesisir, Mas, saya lihat masih belum semaju di daerah pusat. Kalau ditanya apa keluhan masyarakat, ya, pasti banyak, tapi kan pertahap. Pemimpin harusnya tahu mana prioritas, tahu apa saja yang paling bermanfaat bagi masyarakat. Itu pemimpin yang diharapkan rakyat," jelas pak supir.
Meski pun seorang supir, tetapi pengalaman menjadi bukti dan saksi kelangsungan beberapa masa kepemimpinan telah dia lewati dan banyak yang dipelajari.
Tidak terasa angkutan sampai di tempat lokasi, sekeluarga itu memasukki halaman TPS dan mendaftarkan diri dan menunggu setiap nama dipanggil untuk bergantian memasukki bilik suara pencoblosan.
Satu per satu pun anggota keluarga itu dipanggil berurutan, satu per satu menempatkan diri di balik bilik suara yang berjarak semeter dari bilik suara lainnya. Kartu suara mulai dibuka, paku ditancapkan hingga membuat lubang pada kolom paslon yang dikehendaki dapat menjadi pemimpin daerahnya.