Salam Sepakbola Bangkit!!!
Temen Ane tiba-tiba datang waktu Ane lagi nulis di kanal Kompasiana.
Temen   : "Prex, ngapain sih Lu jadi sering banget nulis soal bola Indonesia di Kompasiana?.  Sepakbola carut marut aja dibela-belain..."
Ane      : "Gue peduli dengan perkembangan sepakbola nasional Cuy.  Bukan seperti mereka yang cuman jadi suporter kumatan, cuman dukung kalo Timnas lagi menang aja."
Temen   : "Oke... oke... Tapi kan sekarang emang bener-bener menyedihkan prestasi bola kita, kalah mulu.  Sampe-sampe lawan Palestina yang dulu kita bantai 4-1 aja kita kalah."
Ane     : "Dulu kan kita menang di kandang sendiri, di lapangan rumput, kondisi keamanan terjamin, didukung penuh suporter kita, dukungan finansial baik.  Tapi sayangnya empat gol yang dicetak Indonesia dihasilkan oleh pemain-pemain yang umurnya di atas 30 tahun, terlalu tua untuk bisa terus bersaing di dunia internasional, terlalu tua untuk bisa dikembangkan kemampuannya lebih jauh lagi".
Temen  : "Ehm... (bergumam sepertinya sedang berpikir atau ragu) Iya juga sih."
Ane     : "Cuy, lu pernah ga tidur di tengah-tengah hutan?.  Gimana rasanya?.  Gue pernah tidur di dalam mobil di tengah hutan karena ponton untuk nyeberang baru bisa jalan jam 3 pagi, ga ada losmen apalagi hotel di situ.  Padahal beberapa hari sebelumnya diberitakan salah satu pekerja di situ mati diseret harimau saat tertidur menjaga alat beratnya.  Sampai pagi Gue ga bisa tidur Cuy.  Kurang lebih mungkin itu yang dirasakan punggawa Timnas saat main di Palestina.  Bisa saja tiba-tiba di tengah lapangan ada granat meledak dan mereka menjadi korban.  Apa lu bisa maen bagus dalam kondisi seperti itu?.  Itu belum soal rumput sintetis yang ga pernah seorang pemain Timnas pun yang merasakan atmosfernya."
Temen   : "Tapi pemain Palestina kan juga merasakan hal yang sama?"
Ane      : "Kalau pemain Palestina mati saat bertanding itu dihormati, dan dianggap telah berjihad.  Lha kalau pemain kita, bukan cap jihad yang didapat, tapi malah diolok-olok oleh kubu sebelah."
Temen   : "Tapi, sebelumnya kita juga kalah lawan Brunei...."
Ane      : "Itu kan usia 21.  Biasanya kita malah ga pernah lolos dari putaran grup AFF U21, padahal kita 2x jadi tuan rumah.  Kalau ga percaya coba neh Gue bukain situs AFF (sambil membuka link situs AFF)"
Temen   : "Sebelumnya kita juga kalah terus di kualifikasi Piala Dunia 2014, malah kalah sampai 10-0 lawan Bahrain"
Ane     : "Ini adalah penampilan pertama Indonesia di putaran ke-3 kualifikasi Piala Dunia, sebelumnya udah rontok duluan.  Kan udah Gue bilang tadi pemain kita udah terlalu tua untuk bisa dikembangkan lagi.  Lawannya Iran, Bahrain dan Qatar yang banyak didominasi pemain U23.  Jadi, kalau pemain kita menit 60 udah ga bisa lari, mereka udah 90 menit malah masih pengen lari.  Secara peringkat kan mereka juga jauh di atas kita."
Temen  : "Tapi, kita pernah menang lawan Bahrain dan Qatar 2-1..."
Ane     : "Coba diingat-ingat lagi, kita menang lawan Bahrain dan Qatar di pertandingan pertama grup Piala Asia.  Mungkin saja Qatar dan Bahrain buta dengan permainan Indonesia dan sedikit menganggap remeh waktu itu.  Tapi, secara historis partai pertama Indonesia di Piala Asia memang tidak pernah kalah, setelah itu baru..... panen.  Kemarin pas lawan Iran di pertandingan pertama kan bisa menahan Iran sampai menit 60-an tuh.  Itulah pemain kita, hanya perkasa di partai pertama, selanjutnya akan terus menurun grafiknya"
Temen   : "Di Piala AFF kemarin kan ciamik tuh permainan Timnas kita?, kurang beruntung aja waktu final"
Ane      : "Nah, itu bukti lagi tuh.  Indonesia bisa menggilas Malaysia 5-1 di pertandingan pertama, habis itu terus menurun grafik permainannya.  Dan perlu Lu catet ya beberapa poin penting, pertama bahwa sepanjang Piala AFF, Indonesia hanya sekali kalah, yaitu lawan Malaysia di kandang Malaysia dengan skor 3-0.  Kedua, 3 gol itu tercipta dalam waktu kurang dari 12 menit, ini rekor kemasukan terburuk Indonesia, terutama di level ASEAN.  Ketiga, kekalahan ini sekaligus penyebab gagalnya Indonesia meraih gelar perdana di AFF.  Keempat, kekalahan atas Malaysia ini adalah satu-satunya pertandingan yang digelar di luar kandang selama AFF Cup, artinya mental pemain Indonesia memang masih memble kalau main di luar kandang.  Kelima, nasib Indonesia tidak berbeda jauh dengan nenek moyang sepakbolanya, Belanda, yang beberapa bulan sebelumnya juga kembali menjadi runner up untuk ketiga kalinya di Piala Dunia 2010.  Indonesia berapa kali jadi runner up di AFF Cup? 3x juga kan?.  Keenam, PSSI waktu itu rela mengeluarkan sejumlah kompensasi kepada Filipina agar menggelar laga home-nya di Jakarta, biar langkah ke Final lebih mulus.  Tuh kan dari awal emang ga pede kalau main di luar kandang, padahal baru kelas ASEAN lho.  Masih yakin kalau AFF kemarin adalah penampilan terbaik Timnas kita?, hati-hati menghadapi propaganda media.  Kata pepatah, buku adalah jendela dunia, tapi menurut Gue Buku juga bisa jadi jendela akhirat, tinggal pilih aja akhirat yang damai atau akhirat yang ramai?.  Kalau mau akhirat yang ramai, maen sono di ISL.... (Ane sambil ngakak)"
Temen Ane terdiam, terpaku, baru beberapa menit kemudian nyengir terus ngeloyor pergi. Â Dalam hati Ane bilang, kayak KPSI aja Ente, bikin rusuh terus tiba-tiba ngilang.....
Salam Sepakbola Bangkit!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H