Paus, begitu dipanggilnya, ialah sebutan bagi Uskup Roma, yang secara historis dan hierarkis, memimpin seluruh Uskup di seluruh dunia. Dengan demikian, Paus menjadi kepala seluruh yurisdiksi gerejawi, yang kemudian mengepalai seluruh umat Katolik di seluruh dunia, yang kini mencapai 1,4 milyar jiwa.
Bagi umat Katolik, sosok Paus, atau yang kerap dipanggil secara informal sebagai "Bapa Suci", tentu melekat dan memiliki kesan yang berbeda-beda dan unik di setiap umat beriman Katolik. Sosok ini tentu juga melekat pada diri saya, sebagai seorang Katolik.
Sejak kecil, saya tumbuh dan berkembang dalam berbagai lingkungan Katolik. Pendidikan formal saya, dari TK hingga SMA dihabiskan di lembaga pendidikan di bawah naungan yayasan Katolik. Sebelum sekolah pun, saya rajin ikut sekolah minggu, sebuah sekolah pendalaman iman yang diselenggarakan di paroki-paroki, di mana paroki saya -- Paroki Kedaton - Gereja Santo Yohanes Rasul -- termasuk aktif dalam pengembangan iman umatnya sedari usia belia.
Di lingkungan-lingkungan tersebut, yakni di sekolah dan gereja, kami dengan sangat mudah menemui potret "Bapa Suci". Di sekolah, potret-potretnya mudah ditemui di lorong antar kelas dan di ruang guru, sementara di lingkungan gereja, potretnya dipajang di pastoran, sakristi, hingga ruang-ruang lainnya. Saya rasa, tujuan penempatan potret-potret tersebut tentu tidak lepas dari usaha Gereja dalam mengedukasi umatnya mengenai pimpinan gerejawinya, serta secara tidak langsung menegaskan kesatuan umat Katolik di seluruh dunia.
Boleh saya katakan, Bapak saya ialah seorang yang turut aktif dalam kegiatan Gereja. Beliau selama bertahun-tahun menjadi seorang Ketua Lingkungan -- sebuah unit terkecil dalam lingkup hierarki Gereja Katolik -- di paroki saya. Beliau turut antusias dalam mengenalkan saya pada sosok "Bapa Suci" dan turut sedikit banyak mengajarkan sejarah kepausan yang terbentang panjang selama dua ribu tahun.Â
Suatu pagi di tahun 2013, ketika baru saja bangun dari tidur, Bapak saya memberitahu secara antusias bahwa sudah terpilih "Bapa Suci" yang baru. "Paus Fransiskus namanya, dari Argentina" begitu kata-kata yang kurang lebih diucapkan oleh Bapak saya, setelah semalaman mengikuti proses konklaf yang disiarkan di televisi. Sebagai seorang remaja yang baru duduk di bangku SMP, saya sangat excited dengan kabar ini. Berbekal smartphone lama saya dan beberapa gigabytes kuota internet yang saya miliki, saya menelusuri berita-berita seputar Paus baru, dan mengunduh banyak foto-foto perdana Paus Fransiskus. Di waktu itu, momen tersebut menjadi momen yang sangat berkesan dan membahagiakan bagi saya.
Paus Fransiskus, yang saat itu baru terpilih sebagai Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik, tentu menjadi "angin segar" bagi umat Katolik di seluruh dunia. Setelah diumumkan dari balkon Basilika Santo Petrus di Vatikan dengan frasa ikonik yang amat populer "Habemus papam", beliau tampil dengan gaya yang teramat sederhana, berbanding terbalik dengan para pendahulunya. Tak heran, sebagai Paus pertama dari tarekat Yesuit, beliau sudah terbiasa hidup sangat sederhana, lebih ekstrem ketimbang Imam atau klerus Katolik lainnya. Beliau juga menjadi Paus pertama dari Amerika Latin dan dari belahan bumi bagian Selatan.
Paus Fransiskus cukup menarik perhatian umat Katolik Indonesia, ketika berbagai media yang membagikan latar belakangnya menyebutkan bahwa Ia lahir di sebuah lingkungan kecil di kota Buenos Aires, Argentina, bernama "Flores". Sontak, umat Katolik Indonesia, terkhusus umat Katolik NTT terkejut, karena tempat lahir beliau memiliki kesamaan nama dengan salah satu wilayah basis Katolik terbesar di Indonesia, yaitu Pulau Flores.Â
Peranan seorang Paus tentu amat krusial bagi umat Katolik. Sebagai gembala tertinggi, seorang Paus dianggap sebagai seseorang yang dipilih oleh Roh Kudus untuk memimpin Gereja Katolik, meneruskan kepemimpinan Santo Petrus, dan menjadi Wakil Kristus di dunia. Oleh karena itu, sebagai seorang Uskup, Paus tetap mengemban tiga tugas utama yakni sebagai Nabi, Imam, dan Raja, namun tidak hanya bagi umat di suatu keuskupan, melainkan bagi seluruh umat Katolik di semua keuskupan yang tersebar di seluruh dunia.