Mohon tunggu...
Inovasi

Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia 7-12 Tahun

22 November 2016   01:17 Diperbarui: 4 April 2017   16:20 11511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pengertian

Kognitif ialah suatu proses berfikir, yaitu perkembangan mengenai kemampuan individu utuk menghubungkan, menilai, mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.

Pada proses kognitif ini berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai anak dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Ahmad, 2012).

Pada dasrnya perkembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalu pasnca inderanya, sehingga dengan pngetahuan yang didapatkannyatersebut anak dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Adapun proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Piaget berpendapat bahwa pentingnya mengembangkan kognitif pada anak, adalah:

a. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang di lihat, didengar, dan dirasakan, sehingga anak memilki pemahaman yang utuh dan komprehensif.

b. anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah dia alami.

c. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

d. Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar didunia sekitarnya.

e. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan).

f. Agar anak mampu memecahkan masalah hidup yang dihadapinya sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mamou menolong dirinya sendiri.

Menurut Sunaryo Kartadinata, dalam jurnal ilmu pendidikan pedagogia 1 April 2003, menyebutkan bahwa perkembangan otak, struktur otak akantumbuh secara terus menerus setelah lahir. Sejumlah riset emnunjukkan bahwa pengalam usia dini, imajinasi yang terjadi, bahwa yang didengar, buku yang ditunjukkan akan turut mengembangkan dan membentuk jaringan otak.

Pada usia ini daya pokoknya sudah berkembang ke arah berfikikir yang konkret dan rasional (dapat diterima oleh akal). Piaget menamakannya sebagai masa operasi konkret, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berfikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata).

Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru yaitu, mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka). Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah yang sederhana. Kemampusa intelektual pada masa ini sudah cukup menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Dalam mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal baru ini guru seyogianya memberikan kesempatan kepada kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran.

Pada tahap operasional konkret, anak memiliki pemahaman yang lebih baik dalam hal :

a. Konsep spasial (terkait jarak) dan sebab akibat

Dua kemampuan dalam menggunakan peta danmodel serta kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi spesial akan berkembang seiring dengan pertambahan usia (Gauvin, 1993). Penilaian tentang hubungan sebab akibat akan berkembang, ketika anak usia 5-12 tahun diminta untuk memperkirakan hasil penimbangan benda pada kondisi yang berbeda. Anak mengerti tentang pengaruh atribut fisik (jumlah objek pada setiap sisi timbangan) lebih dulu daripada mengenali pengaruh dari faktor spasial (jarak antara objek dengan pusat skala) (Amsel, Goodman, Savoie, & Clark, 1996).

b. Kategorisasi

yakni kemampuan anak untuk mengkategorisasikan membantu untuk meningkatkan logika. Meliputi mengurutkan rangakaian, menyimpulkan dengan lengkap, dan menginklusi kelas.

c. Penalaran induktif dan deduktif

Menurut piaget, anak pada tahapni hanya menggunakan penalaran induktif. Yakni dimulai dengan observasi megenai sebagaian anggota kelas dari manusia, hewan, objek atau peristiwa, mereka menyimpulkan semuanya secara menyeluruh. Penalaran deduktif pada masa iini tidak akan berkembang sampai awal masa remaja.

d. Konservasi

Dalam mengatasi berbagai macam permasalahan konservasi, anak ditahap ini dapat mengolah jawaban dikepala mereka, mereka tidak perlu megukur atau menimbang objek.

e. Angka (Jumlah dan Matematika)

Pada usia 6-7 anak dapat menghitung menggunakan tangan mereka. Mereka juga belajar penjumlahan, mungkin membutuhkan waktu 2-3 tahun lagi untuk memahami pengurangan, tetapi pada usia 9 tahun anak sudah mampu berhitung mulai dari angka kecil sampai angka besar atau sebaliknya untuk mendapatkan jawaban yang benar. (Resnick, 1989).

B. Pengaruh Perkembangan Neurologis, Budaya dan Sekolah

Piaget menyebutkan bahwa peruahan dari pemikiran anak kecil yang kurang logis dan kaku menjadi pemikiran anak yang lebih dewasa, lebih logis, dan fleksibel bergantung pada perkembangan neurologis dan pengalaman dalam adaptasi dengan lingkunga.dukungan terhadap pengaruh perkembangan ini diukur melalui pengukuran kulit kepala dari aktivitas otak pada saat tugas-tugas konservasi. Dengan hal ini dapat menunjukkan bahwa kemungkinan mereka menggunakan otak yang berbeda untu mengerjakan tugas (Stauder, Molenaar, & Van der Molen, 1993). pemahaman konservasi dapat muncul tidak hanya dari pola-pola baru dari organisasi mental tapi juga pengalaman yang dibentuk oleh budaya dengan dunia fisik.

C. Penalaran Moral

Piaget (1932; Piaget &Inheldar, 1969) menyatakan bahwa penalaran berkembang dalam tiga tahap

1. Tahap pertama yakni (usia sekitar 2-7 tahun) berdasarkan kepatuhan yang kaku pada perintah

2. Tahap kedua (usia 7 atau 8 sampai 10 atau 11) ditandai dengan peningkatan fleksibilitas. Saat anak berinteraksi dengan banyak orang mreka akan mulai sadar bahwa tidak ada suatu aturan yang absoluttentang benar dan salah. Mereka akan mengembangkan pemikiran mereka sendiri berdasarkan kebaikan dan keadilan.

3. Tahap ketiga sekitar usia 11-12 anak mulai memiliki kemampuan penalaran formal dan dalam hal ini tanda dimulainya tahap ketiga dari perkembangan moral. Munculnya kepercayaan bahwa setiap orang harus diberlakukan sama sesuai dengan prinsip keadilan, dalam segala situasi. Seiring bertambah usia maka penilaian tidak akan fokus pada kejadiannya akan tetapii pada niat dari pelakunya.

D. Pendekatan Pengolahan Informasi

Menurut Diane E. Papalia dalam buku pertamanya edise ke 12, meyatakan bahwa saat anak masuk sekolah, mereka membuat perubahan yang stabil terkait kemampuan mereka dalam mengatur dan memusatkan atensi, mengolah dan menyimpan informasi serta merencanakan dan memonitor perilaku mereka. Semua perkembangan ini saling berhubungan dan memunculkan fungsi eksekutif, kontrol kesadaran dalam berfikir, emosi dan tindakan untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan masalah. Dalam hal tersebut harus ada perencenaaan, atensi, dan memori.

1. Perencanaan

Anak usia sekolah mengembangkan kemampuan mereka dalam perencanaan dengan jalan membuat keputusan tentang aktivitas mereka sehari-hari. Praktik pegngasuhan mempengaruhi kecepatan anak pada saat anak diizinkan untuk melakukan hal tersebut. pada studi lingkungan yang dilakukan selama 3 tahun yang melibatkan 79 ras Eropa Amerika, dari hal tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab dalam perencanaan aktivitas informal anak berpindah dariorang tua ke anaknya, dan perubahan ini ditunjukkan lewat peningkatan kemampuan dalam pengaturan rencana kerja kelas (Gauvin & Perez, 2005)

2. Atensi yang selektif

Anak usia sekolah yang mampu berkonsentrasi lebih lama daripada anak yang lebih muda dan dapat fokus pada informasi yan mereka butuhkan dan yang nereka inginkan smbil memilah informasi yang tidak relevan. Mislanya saja dalam kelas 5 ereka bisa memilah informasi memiliki kemampuan yang lebih baik daripada anak kelas 1 dalam mencegah masuknya informasi yang tidak dibutuhkan ke dalam memori dan persingan antar materi untuk memperebutkan perhatian (Harnisfeger & Pope, 1996).

peningkatan kapasitas untuk atensi afektif kemungkinan disebabkan pematangan neurologi dan merupakan salah satu alasan perkembangan memori pada pertengahan masa anak-anak (Bjorklund & Harnishfeger, 1990; Hanishfeger & Bjorklund, 193). Anak yang lebih tua mungkin membuat kesalahan yag lebih sedikit daripada anak yang lebih muda karena mereka mampu memisahkan mana yang ingin mereka ingat dan mana yang ingin mereka lupakan (Lorsbach & Reimer, 1997).

3. Memori kerja

Efisiensi dari memori keraj meningkat tinggi pada pertengahan masa anak-anak, menyebabkan peningkatan jangkauan ketrampilan kognitif.pada sebuah studi 120manak di Inggris brusia 6-10 tahun diminta umtuk mengikuti ujian jangkauan memori yang kompleks, meliputi komputerisasi visual dan gambaran verbal. Perkembangan pada kecepatan dalam memproses dan kapasitas penyimpanan ditemukan sebagai hal mendasar perkembangandari memori kerja kelompok usia ini(Bayliss, Jarrold, Baddeley, Gunn, & Leigh, 2005).

Peningkatan memori akan membantu meguasai tugas-tugas konservasi. Memori kerja pda anak kecil sangat terbatas sehingga mereka tidak mampu menginagt semua informasi yang relevan ( Siegler & Richards, 1982).

E. Pendekatan Psikometrik, pengukuran Intelegensi

Intelegensi anak sekolah dapat diukur melalui tes psikometrik baik secara idividual maupun kelompok. Tes individual yang paling banyak menggunakan Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC-IV). Tes ini untuk anak usia 6-16 tahun dengan jalan mengukur kemampuan verbal dan performa.hasil dapat dipisahkan untuk skor yang bagus dari tes verbal tapi tes performa jelek maka anak tersebut mungkin lambat dalam hal persepsi atau perkembangan motorik. Dan begitu juga sebaliknya.

1. Kontroversi IQ

Dari sisi positif tes IQ terstandarisasi dan digunakan secara luas, ada banyak informasi tentang norma, validitas, dan reablitas.

Dari pihak lain, sebuah kritik menyatakan bahwa “tess tersebut meremehkan intellegansi untuk anak memiliki gangguan kesehatan yakni saat mengerjakan tugas yang sedang dalam keadaan tidak memungkinkan kesehatan yakni saat menegrjakan tugas, dalam KONDISI BAIK”.

2. Pengaruh Pada Intelegensi

Pada perkembangan otak

Penelitian pada citra otak menunjukkan korelasi moderat antara kemampuan dalam menyelesaikan masalah (Gray & Thompson, 2004)

Penalaran, pemecahan masalah, fungsi eksekutif berhubungan dengan korteks prafrontalis, tetapi bagian otak yang memiliki pengaruh yang besar secara genetis pada karakter intelegensi. Begitu pula dengan kecepatan dan realiabilitas penghantaran pesan diotak. Faktor lingkungan seperti keluarga, sekolah, dan budaya memegang peranan penting pada periode awal kehidupan, tetapi warisan intelegensi (perkiraan bahwa tingkat intelegensi seseorang dipengaruhi oleh genetis sehingga satu orang berbeda dengan yang lainnya) meningkat secara drastis seiring dengan pertambahan usia dan seiring dengan cara pemilihan atau penciptaan lingkungan yang sesuai dengan kecenderungan genetis yang mereka miliki (Davis, Hawort, & Plomin, 2009).

a. Pengaruh Sekolah Terhadap IQ

Sekolah sepertinya mampu meningkatkan hasil tes intelegensi (Ceci & Williams, 1997; Neisser dkk., 1996). Anak yang masuk sekolah terlambat secara signifikan. Misalnya di Belanda pada zaman pemerintahan Nazi, terjadi penurunan IQ sebesar 5 pon setiap tahunnya, dan beberapa di antaranya tidak bisa naik kembali (Ceci & Williams, 1997).

b. Pengaruh Ras / Etnis dan Status Sosial Ekonomi Pada IQ

Tentang faktor genetis substansial, sudah ada pendapat kuat yang menyatakan pengaruh genetis pada perbedaan individu dalam intelegensi, tetapi tidak ada bukti langsung yang menunjukkan bahwa perbedaan IQ antara etnis, budaya, atau kelompok ras diwariskan atau tidak. Dilain pihak ada yang menyatakan bahwa perbedaan IQ pada masing-masing etnis dipengaruhi lebih besar oleh ketidaksetaraan lingkungan (Nisbett, 1998, 2005) terkait pemasukan, gizi, kondisis tempat tinggal, kesehatan, praktik pengasuhan, perawatan diri pada anak, stimulasi intelegensi, sekolah, budaya, atau kondisi lainnya yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri, emosi, motivasi, performa akademis.

c. Teori Gardner menegenai Intelegensi Jamak

Intelegensi yang tinggi pada satu era tidak perlu disertai kecerdsaan yang tinggi pada area yang lain.

Menurut Gardner 1996 akan menguji aku tiap kecerdasan secara langsung dan merencanakan observasi pada produk hasil seberapa baik seorang anak. Metode Gardner dapat menjelakan dengan akurat. Kritik Gardner dapat menyatakan bahwa teori intelegensi jamak yang dibuatnya lebih tepat disebut dengan bakat atau kemampuan dan menegaskan bahwa intelegensi hubungan erat dengan ketrampilan yang berkaitan dengan prestasi sekolah.

3. Teori Intlegensi Triarchik dari strenger

Teori Intlegensi Triarchik dari strenger (1985, 2004) mengidentifikasi 3 eleman atau aspek dari intelegensi :

a. Komponen makna adalah aspek analisis dari intelegansi, menentukan seberapa efisien kemampuan pengolahan informasi seseorang

b. Eleman pengalaman

Wawasan dan kretivitas, menentukan seseorang memberi pendekatan pada tugas-tugas yang umum atapun yang baru

c. Eleman konsteptual

Praktik, artinya seseorang dapat menentukan bagaimana sesorang berkepribadian terhadap lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

LN, Syamsu Yusuf. 2006. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Fajar Interpratama Offsite.

Marotz, Lynn R.2010. Profil Perkembangan Anak. Jakarta: PT Indeks.

Papalia, Diane E. Edisi 12-Buku 1, 2014. Experience Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun