Mohon tunggu...
Cermin Berembun
Cermin Berembun Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nama asli: Vivi Suriani. Hoby menulis tapi bukan penulis. Guru TK. Pecinta puisi. Senang Fotografi. Seorang pembelajar yang belum pintar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

FiksiMini: Dialog Adik-Kakak

23 Juli 2014   17:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:28 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Kenapa kakak ga tau? Ayolah kak, aku yakin kakak punya jawaban...”

“Adek yang baik, dalam hidup ini kita seringkali terlalu cepat menilai dan mengukur sebelum selesai diperhitungkan. Bahkan kadang kala tanpa sengaja kita telah mendahului takdir.”
“ Maksud kakak?”

“Seseorang itu belumlah dapat dikatakan terpuji sebelum ia diuji. Dan sebaliknya, seseorang belum dapat dikatakan tercela sebelum ia dicoba. “

“Aku makin ga ngerti, Kak...”

“Jokowi terpilih sebagai Presiden kita saat ini belum menjamin bahwa ia terpuji. Kakak katakan terpilih ya, bukan menang. Karena hakikat pemenang hanya dapat kita lihat di akhir hidupnya. Husnul khatimahkah ia atau Su’ul khotimah. Nah, Jokowi baru akan memulai ujiannya. Mampukah ia memimpin negeri tercinta ini 5 tahun ke depan. Dan beliau baru akan dikatakan menang jika di akhir masa jabatannya nanti, kepemimpinannya berakhir Husnul Khotimah. Artinya, semua visi dan misinya membangun bangsa lebih baik lagi berhasil tercapai, rakyat sejahtera, semua program dapat diimplementasikan dengan baik serta dapat merangkul semua kalangan menjadi satu meski ketika Pilpres kemarin berbeda pilihan. Ya, paling tidak kepemimpinannya nanti harus lebih baik dari pemimpin sebeumnya. Baru dapat dikatakan menang.”

“Lalu gimana dengan Prabowo, Kak?”

“Naah, kalau yang terpilih belum dikatakan terpuji sebelum diuji maka yang tidak terpilih juga belum tentu tercela sebelum ia dicoba. Kegagalan beliau hari ini adalah sarana Allah untuk mencoba. Bagaimana beliau menyikapi kegagalan? Bagaimana beliau memandang masa depan bangsa? Bagaimana beliau harus memilih jalan lain untuk memperbaiki bangsa dengan cara yang lebih baik? Seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma. Maka pasti banyak jalan untuk berkontribusi memperbaiki negeri tercinta ini. Atau seperti kata D’massive, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pasti akan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hamba-Nya yang sabar dan tak pernah PUTUS ASA. Jangan menyerah! “

“Benar juga ya, Kak. Bahkan lewat lagu kita bisa mengambil hikmah.”

“Ya, benar sekali. Intinya, jangan menyerah karena kegagalan adalah...”

“ ...adalah keberhasilan yang tertunda. “

“Hehee, pintar. Sayangnya, kita-kita yang bukan kategori kandidat Pilpres kemarin justru lebih aktif mencela. Lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkomentar buruk atas kandidat yang tidak kita sukai. Seolah kita sudah mengukir banyak prestasi untuk negeri ini. Seolah kita sudah begitu banyak berkontribusi atas kemakmuran pertiwi. Maka jadilah kita komentator paling ulung melebihi komentator sepak bola di piala dunia. Bahkan yang sangat disayangkan, tidak sedikit dari kita justru kehilangan teman baik, kehilangan hubungan persahabatan hanya karena berlebihan membela jagoan masing-masing sehingga muncul saling cela, saling hina dan saling sindir. Tanyakanlah diri kita sendiri, siapakah yang sesungguhnya tercela? Mungkin saja kita.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun