Mohon tunggu...
Vivi Nurwida
Vivi Nurwida Mohon Tunggu... Lainnya - Mom of 4, mompreneur, penulis, pengemban dakwah yang semoga Allah ridai setiap langkahnya.

Menulis untuk menggambarkan sempurnanya Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bunuh Diri Jadi Tren, Jaminan Kesehatan Mental Dipertanyakan

9 Desember 2024   17:59 Diperbarui: 9 Desember 2024   18:03 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahirnya masalah kesehatan mental merupakan faktor internal yang dipengaruhi oleh cara pandang tertentu. Mental yang lemah rupanya dikarenakan pandangan hidup sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan.

 Akibatnya, masyarakat mengalami krisis identitas dan krisis keimanan yang membuat keimanan seseorang mudah goyang, dipimpin oleh nafsu sesaat, gampang tersulut emosi, hingga pikirannya menjadi kalut. Lemahnya iman ini yang sedang menjangkiti masyarakat, hingga kesehatan mentalnya pun terganggu.

Buah Penerapan Kapitalisme 

Selain karena mental yang lemah, tren bunuh diri ini juga dipengaruhi oleh faktor yang lain. Beban hidup dalam sistem kapitalisme-sekulerisme telah membuat seseorang memandang sesuatu dengan tolak ukur materi, serta jauh dari aturan agama. Kehidupan sekuler ini tidak lagi memandang bahwa bunuh diri merupakan tindak kejahatan dan dosa besar.

 Masyarakat dalam sistem sekulerisme tidak memandang adanya kehidupan setelah mati. Tak hanya itu, masyarakat sekuler hanya melihat segala persoalan dari beratnya beban yang dibawanya. Mereka lupa bahwa Allah  tidak akan membebani seseorang di luar kesanggupannya. 

Masyarakat hari ini juga tak lagi segan meminjam uang untuk memenuhi gaya hidup. Bahkan, tak jarang mereka memaksakan diri menjalani kehidupan yang tidak sejalan dengan pendapatannya. Ini merupakan salah satu gaya hidup hedonistik yang dijajakan ideologi kapitalisme, yang kini menggejala dengan perilaku, salah satunya adalah flexing.

Selain itu, banyak orang yang akhirnya terlibat pinjol dan judol demi memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin mahal. Mirisnya, pada saat yang sama, tidak ada jaminan negara untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negaranya.

Karenanya, ketika masalah datang dan ia merasa tidak mampu lagi menanggung nya, bunuh diri dijadikan solusi instan untuk menyelesaikan permasalahan. Inilah buah dari penerapan sistem kapitalisme yang rusak dan merusak.

Teguran Keras

Meningkatnya angka kasus bunuh diri dari tahun ke tahun sekaligus menjadi teguran keras bagi penguasa, bagaimana selama ini penguasa mengurusi urusan umat. Terlebih ketika umat dijauhkan dari akidah Islam, maka individu akan dengan mudah terjangkiti penyakit mental. Alhasil, manusia tidak lagi memahami bahwa hidupnya begitu berharga. Jaminan negara akan kesehatan mental rakyatnya perlu dipertanyakan.

Hukum kapitalistik yang berasas sekuler nyatanya tidak mampu menyelesaikan persoalan hingga akarnya. Banyak sekali kebijakan yang diambil oleh pemerintah hanya sebatas bimbingan konseling, akibatnya tidak mampu menyelesaikan persoalan bunuh diri yang kini begitu marak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun