Mohon tunggu...
Vivanti Ayu Damarsasi
Vivanti Ayu Damarsasi Mohon Tunggu... -

bekerja sebagai corproate communication di salah satu operator ke-3 terbesar di Indonesia. penyuka makanan jepang, menulis, sepeda-an bersama buah hati dan tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aib, Topeng dan ke-Nista-an

16 Desember 2010   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:40 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Greg serta merta membusungkan dadanya dan berteriak lantang " Tenang.. gue berani terima taruhan yang loe tawarkan.. kalo gue mampu, gue bawa pulang ya scoopy ini, lumayan buat adik gue saat ia butuh kendaraan untuk pergi kuliah" ujarnya dengan sok jumawa.

"Oke deal! teriak si Udin saat itu juga.. " kalo loe ga berhasil meniduri si tante, loe kudu kasih scoopy yang masih gres yang ada di show room Honda yah?" Awas kalau gagal, gue kejar kemanapun jatah gue" tambah Udin sewot. Udin jelas merasa tertohok, karena secara tampang, ia kalah telak... Uding berperawakan kerempeng, muka dipenuhi bintik bintik yang menyerupai jerawat yang tak kunjung sembuh walau ia sudah berkunjung dari satu dokter ke dokter yang lain.  Sementara Greg, dari namanya saja orang juga sudah menduga bahwa ia ada keturunan blasteran, entah darimana tapi memang tampangnya kebule-bule-an.

Selang beberapa bulan, Greg dengan pongahnya melintasi segerombolan kawan-kawannya dengan menggandeng tante Joyce yang terlihat mesra dan menyenderkan separuh beban tubuhnya yang sexy itu ke badan Greg yang tegap.  suit suit nyaring pun terdengar bersahutan mengiringi langkah mereka serta berpuluh-puluh pandangan mata yang melongo saat Greg mencium bibir penuh Joyce dengan penuh gairah membara.

Ya, Greg mampu memenangi taruhan dan mendapatkan sepeda motor cantik itu sebagai hadiah  untuk adik tercinta nya dan mematahkan pikiran kerdil temannya.  Greg akhirnya berhasil menyandang gelar Don Juan di kampus tercintanya dan menghapus segala julukan bahwa ia homo. Greg normal dan sukses besar mengantarkan ia bekerja di kantor forex sebagai treasury di bilangan segitiga emas, berkat bantuan tante Joyce saat ia menamatkan kuliah dan menyandang gelar sarjana.

Greg bisa berbangga hati saat ia mampu menunjukkan jati dirinya di mata orangtua serta adik-adiknya bahwa ia tidak mengecewakan harapan mereka, ia mampu menamatkan kuliah pas lima tahun,  langsung bekerja di perusahaan yang bonafid dan yang  sangat dibanggakan, ia mampu menutupi dirinya sebagai penyuka sesama jenis serta menikahi gadis tetangga rumahnya sebagai istrinya.

Joane nama gadis tetangga itu, tak ubahnya seperti perempuan pada umumnya, hanya lebih lugu serta ceria karena senyum yang selalu menghiasi bibirnya.  Ia menyukai Joane karena kepolosannya. Mungkin ia tidak pernah menyangka atau mungkin tidak pernah terlintas di benaknya sedikitpun bahwa suami-nya adalah pemuja lelaki.

Harus diakui bahwa permainan lakon Greg selama ini perfect, bila ia berhadapan dengan Joane, ia bersikap layaknya gentleman sejati, menjemputnya, membukakan pintu mobil untuknya, membelikan bunga hingga membuahinya serta memberikan sepasang bayi kembar untuk menemani hari-hari Joane di rumah.

Kepolosannya itulah yang membuat Greg bangga karena ia tentu tidak mengetahui niat terselubung dibalik itu, semua berjalan lancar. Greg jelas butuh istri untuk menutupi kebobrokan dirinya sebagai homosexual, semua tindak tanduknya makin samar dimata umum.

Perkawinannya tidak membuat bahagia,  bathinnya terus tersiksa, selalu bermain sandiwara untuk menutup semua aib dimata orang banyak dan kedua orangtua serta rekan bisnisnya.

Dibalik itu,  saat Greg dinas keluar kota, kedoknya terbuka dengan liar.. ia tidak malu mengakui bahwa dirinya homo. Ia dengan gampangnya keluar masuk dari bar homo ke bar yang lain untuk mencari mangsa. Keterlenaannya membuat dirinya lengah, ia bercumbu dengan lelaki yang berperawakan kekar, memuaskan seluruh energi nya yang selama ini dipendamnya. Tak dipedulikan lagi keadaan disekelilingnya,  saat sang kekasih lelakinya memberikan serbuk putih dan menaruhnya di tepi hidungnya pun ia hirup, fly bersamanya membuat kebebasan Greg terbuka lapang. Sesekali ia menuangkan cairan alkhohol ke mulutnya untuk menambah rasa nikmat dan melayang terayun-ayun di langit ketujuh.

Fly, terlena, mabuk oleh asmara serta ciuman yang bertubi-tubi ia berikan pada lelaki itu sebagai bentuk kemenangan untuk merayakan kebebasan yang dapat ia raih,  begitu bebas melampiaskan seluruh kelaki-laki-an-nya dengan sang kekasih hingga tanpa sadar dengan mata yang berat serta tubuh yang lelah, lunglai antara sadar dan tidak aku menatap nanar pada sosok yang sangat kukenal serta kukagumi selama ini. Ayahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun