Mengapa jaman sekarang celengan banyak ditinggalkan, karena ke-tidakmudah-annya untuk dibawa-bawa (berat pastinya..hahaha), tidak memberikan return berupa pendapatan bunga bank dan juga kalau uang kertas jadi gak rapi ya, karena harus dilipat-lipat kecil baru dimasukkan dalam celengan (supaya mudah juga kalau mau dikeluarkan...hahaha). Bisa dikatakan effort untuk menggunakan celengan sama ribetnya seperti saat kita akan menggunakan uang dari dalam celengan kita.
Bagaimana perkembangan e-money dan e-wallet bisa mengalahkan celengan? Sebelum itu ada baiknya saya sarikan beberapa artikel tentang e-money dan e-wallet.Â
Yang jelas kedua-duanya sekarang menggunakan media HP (handphone) dan jelas yang smartphone ya. E-money umumnya berbentuk ATM atau sekarang juga ada e-money yang digunakan untuk membayar toll atau membeli bensin dan beberapa gerai penjualan  barang/makanan.Â
E-money digunakan melalui aplikasi yang ada di mesin-mesin ATM atau mesin-mesin EDC yang akan men-scan dan menarik atau menambah dana pada e-money.Â
Secara investasi karena ini adalah bentuk lain dari buku tabungan maka tentu saja ada biaya dminsitrasi dan juga ada pendapatan bungannya. Walaupun sekarang sepertinya orang tidak terlalu memikirkan bunga tabungan karena sangat kecil sekali nilainya.Â
Nach jika e-wallet gampangnya pengganti dompet yang sering kita bawa-bawa dalam bentuk aplikasi yang ada di perangkat handphone kita. Transaksi pembayaran dapat dengan menscan barcode (QRIS) dari aplikasi e-money yang kita miliki.Â
Keuntungan yang kita dapatkan umumnya berupa promo potongan harga, ongkir, cashback dari transaksi pembelian atau top-up saldo e-wallet kita. Biaya administrasi?? Tentu saja ada, tapi seringkali terutama saya...hahaha...jarang memperhatikan berapa sich biaya yang dikenakan oleh para pengelola e-wallet.Â
Jumlah pengguna e-money sendiri sejak tahun 2021 mengalami peningkatan yang luar biasa di Indonesia menjadi 5,5 juta penggguna T-cash yaitu platform e-money yang menggunakan Telkomsel sedangkan platform Dana sebuah platform e-wallet yang dimiliki oleh BUMN mencatat ada 70 juta pengguna. Data saya peroleh dari internet, dan bisa dibaca di referensi yang saya lampirkan di bawah.
Jadi back to celengan, apakah celengan akan menjadi benda arkelogi di era digital ini. Bisa jadi. Situs Trowulan Majapahit menunjukkan suatu periode kapan celengan mulai dikenal masyarakat Indonesia, dan sekarang kita berdiri di periode yang akan mengembalikan celengan sebagai suatu temuan purbakala kembali.Â
Sayup-sayup saya masih ingat lagu Titik Puspa, penyanyi era 70-an...bang..bing...bing...yok kita nabung, tang...ting..tung..yok, jangan dihitung, tiap bulan pasti kita dapat untung.Â
Nabung...semua orang suka nabung...namun kali ini media menabung kita menjadi lebih kecil, tipis, dapat dibawa kemana-mana, aktivasi dengan sederetan angka-huruf PIN (bayangkan jika ada punya 20 e-money, berapa banyak PIN yang harus anda hapal...hahaha), dengan imbal hasil yang tidak selalu berbentuk nilai uang tapi diskon, promo dan lainnya.Â