Sehabis melakukan kegiatan arkeologi terhadap benda-benda peninggalan mertua tadi malam (biar serasa Indiana Jones...hahaha), diantara berbagai benda-benda yang membuat terkaget-kaget saya dan suami, seperti guci kecil lucu-lucu, patung keramik Napoleon dan asbak-asbak keramik Cina yang membuat mata suami berbinar-binar saking senangnya ada 'big asbak' saat kongkow-kongkow dengan suami, kutemukan sebuah benda, yang boleh dibilang, sekarang hampir menjadi sejarah. Ya, sebuah celengan.Â
Lebay-kah saya. Mungkin itu komentar anda pertama kali yang merupakan generasi Baby Boomers ke belakang seperti saya, tapi coba tanya ke Millenials dan Gen Z, pasti jawaban mereka, "Celengan????.....serius???? mending pakai e-money atau e-wallet?? bisa dibawa-bawa dan banyak diskon. Kuno ach pakai celengan, bikit repot dan nyusahin aja kalau pas perlu..." Itu jawaban yang anda akan terima.Â
Seperti saya, yang langsung nginyem dan gak berkomentar lagi. Langsung ngeloyor dan menaruh sang "Celengan" ke tempat tertinggi di lemari pajangan, mungkin 10 tahun dari sekarang, ia akan menjadi benar-benar benda sejarah dan bernilai tinggi untuk dijual, di toko online saya, agar uangnya bisa masuk ke e-wallet. Lumayan..
Berbicara tentang celengan, sejarahnya sama panjang sejak manusia mengenal uang, sebagai alat bayar dan alat pertukaran. Membaca pada situs sejarah celengan di Indonesia, penemuan celengan di situs Trowulan erat dikaitkan dengan perkembangan celengan sejak abad 13 dan 15 masa kerajaan Majapahit dengan berbagai bentuk seperti anak kecil, binatang (babi, gajah, kura-kura atau guci).Â
Menurut situs yang lain, penamaan celengan berasal dari kata 'Celeng" (bahasa jawa: binatang babi), sehingga tidak heran bentuk celengan memang terbanyak berbentu binatang babi lucu dengan perutnya yang gendut untuk memuat banyak koin atau uang kertas didalamnya.Â
Apakah ini ada kaitannya dengan mitos 'babi ngepet' yang sering mencuri harta kekayaan orang lain? Khusus yang ini saya belum lakukan riset kecil-kecilan, daripada dibilang ngasal, mending tidak saya bahas.Â
Jika membaca lebih jauh lagi, di negara Inggris, celengan disebut 'Piggy Bank" yang awalnya diambil dari kata 'pygg' diucapkan 'pug' yang merupakan sejenis tanah liat, karena memang celengan banyak dibuat dari tanah liat dan kemudian ada yang terbuat dari kayu dan keramik.Â
Asalnya dari mana sich celengan ini? Sulit dikatakan, ada yang menyatakan dari Indonesia, ada dari Eropa. Saat itu di Indonesia memang banyak menggunakan uang kepengan untuk bertransaksi saat jaman penjajahan, sehingga menyimpan uang kepengan agak sulit untuk itu diperlukan suatu media penyimpanan.
 Masih ingatkan anda semua yang seumuran dengan saya, saat kecil menabung di celengan dan waktu mau jajan kita harus mengorek-ngorek dulu entah dengan sunduk konde milik ibu, atau dengan peniti.Â
Dan rasanya senang tak terkira jika yang keluar dari lubang celengan adalah koin dengan nilai terbesar atau uang kertas ratusan. Perasaan senang yang mungkin tidak akan dirasakan oleh Millenials dan Gen Z.
Mengapa jaman sekarang celengan banyak ditinggalkan, karena ke-tidakmudah-annya untuk dibawa-bawa (berat pastinya..hahaha), tidak memberikan return berupa pendapatan bunga bank dan juga kalau uang kertas jadi gak rapi ya, karena harus dilipat-lipat kecil baru dimasukkan dalam celengan (supaya mudah juga kalau mau dikeluarkan...hahaha). Bisa dikatakan effort untuk menggunakan celengan sama ribetnya seperti saat kita akan menggunakan uang dari dalam celengan kita.
Bagaimana perkembangan e-money dan e-wallet bisa mengalahkan celengan? Sebelum itu ada baiknya saya sarikan beberapa artikel tentang e-money dan e-wallet.Â
Yang jelas kedua-duanya sekarang menggunakan media HP (handphone) dan jelas yang smartphone ya. E-money umumnya berbentuk ATM atau sekarang juga ada e-money yang digunakan untuk membayar toll atau membeli bensin dan beberapa gerai penjualan  barang/makanan.Â
E-money digunakan melalui aplikasi yang ada di mesin-mesin ATM atau mesin-mesin EDC yang akan men-scan dan menarik atau menambah dana pada e-money.Â
Secara investasi karena ini adalah bentuk lain dari buku tabungan maka tentu saja ada biaya dminsitrasi dan juga ada pendapatan bungannya. Walaupun sekarang sepertinya orang tidak terlalu memikirkan bunga tabungan karena sangat kecil sekali nilainya.Â
Nach jika e-wallet gampangnya pengganti dompet yang sering kita bawa-bawa dalam bentuk aplikasi yang ada di perangkat handphone kita. Transaksi pembayaran dapat dengan menscan barcode (QRIS) dari aplikasi e-money yang kita miliki.Â
Keuntungan yang kita dapatkan umumnya berupa promo potongan harga, ongkir, cashback dari transaksi pembelian atau top-up saldo e-wallet kita. Biaya administrasi?? Tentu saja ada, tapi seringkali terutama saya...hahaha...jarang memperhatikan berapa sich biaya yang dikenakan oleh para pengelola e-wallet.Â
Jumlah pengguna e-money sendiri sejak tahun 2021 mengalami peningkatan yang luar biasa di Indonesia menjadi 5,5 juta penggguna T-cash yaitu platform e-money yang menggunakan Telkomsel sedangkan platform Dana sebuah platform e-wallet yang dimiliki oleh BUMN mencatat ada 70 juta pengguna. Data saya peroleh dari internet, dan bisa dibaca di referensi yang saya lampirkan di bawah.
Jadi back to celengan, apakah celengan akan menjadi benda arkelogi di era digital ini. Bisa jadi. Situs Trowulan Majapahit menunjukkan suatu periode kapan celengan mulai dikenal masyarakat Indonesia, dan sekarang kita berdiri di periode yang akan mengembalikan celengan sebagai suatu temuan purbakala kembali.Â
Sayup-sayup saya masih ingat lagu Titik Puspa, penyanyi era 70-an...bang..bing...bing...yok kita nabung, tang...ting..tung..yok, jangan dihitung, tiap bulan pasti kita dapat untung.Â
Nabung...semua orang suka nabung...namun kali ini media menabung kita menjadi lebih kecil, tipis, dapat dibawa kemana-mana, aktivasi dengan sederetan angka-huruf PIN (bayangkan jika ada punya 20 e-money, berapa banyak PIN yang harus anda hapal...hahaha), dengan imbal hasil yang tidak selalu berbentuk nilai uang tapi diskon, promo dan lainnya.Â
Apakah hidup kita semakin kaya dengan pengalaman?? Satu yang jelas saya bilang, hidup makin kompleks...tapi seperti tulisan di gambar celengan di atas, mengucap syukur dalam segala perkara, maka biarpun era celengan berlalu...kekompleks-an e-money semoga tidak membuat anda dan saya sakit kepala.....
Referensi:
Pengguna Mobile Wallet Tumbuh Pesat di Indonesia (detik.com) https://inet.detik.com/telecommunication/d-1670904/pengguna-mobile-wallet-tumbuh-pesat-di-indonesia#:~:text=Jakarta%20-%20Pengguna%20layanan%20transaksi%20electronic%20money%20%28e-money%29,pengguna%20T-Cash%20terus%20tumbuh%20mencapai%205%2C5%20juta%20pelanggan.
Pengguna E-Wallet Naik 63,5 Persen, Sementara Transaksi ATM Turun Selama Pandemi - Ekbisbanten.com https://ekbisbanten.com/pengguna-e-wallet-naik-635-persen-sementara-transaksi-atm-turun-selama-pandemi/
untung rugi e-wallet dan atm - Search (bing.com) https://www.bing.com/search?q=untung+rugi+e-wallet+dan+atm&cvid=6795249bce66463ab21e03bdcd2d5aa1&aqs=edge..69i57.7018j0j9&FORM=ANAB01&PC=ASTS
8 Kelebihan dan Kekurangan E-Wallet yang Perlu Diketahui - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/kelebihan-dan-kekurangan-e-wallet
Untung Rugi Belanja Pakai Dompet Digital (E-Wallet) (momsmoney.id) https://www.momsmoney.id/news/untung-rugi-belanja-pakai-dompet-digital-e-wallet
Alkisah Celeng, Celengan dan Babi Ngepet dari Zaman Majapahit - Historia https://historia.id/kuno/articles/alkisah-celeng-celengan-dan-babi-ngepet-dari-zaman-majapahit-vJdwy/page/1
Sejarah asal usul celengan - uangindonesia.com https://uangindonesia.com/sejarah-asal-usul-celengan/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H