Seperti masalah tentang deddy dan meyden yang dimana ketika dia memiliki emosi prososial yang tinggi meski tidak saling memahami jika mereka tidak merasakan penderitaan yang sama, tapi manusia bisa saling memahami jika kita menyelami mencoba memposisikan diri kita seperti orang lain dan memiliki rasa empati yang tinggi.
Pentingnya penanaman emosi prososial pada anak usia diniÂ
Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, Dr. Moji Aghajani dan rekannya menunjukkan bahwa remaja dengan bentuk Gangguan Perilaku (CD) yang parah dengan emosi prososial yang terbatas membutuhkan kapasitas otak yang luar biasa besar untuk membaca wajah emosional. Efek ini ditemukan dibandingkan dengan remaja CD tanpa emosi prososial terbatas dan teman sebaya kontrol yang sehat. Dengan demikian tampak bahwa remaja CD merekrut proses kognitif tambahan untuk mengkompensasi keterbatasan sosial-emosional mereka.
Conduct Disorder (CD) adalah gangguan mental serius yang relatif umum terjadi pada anak-anak dan remaja tetapi terkenal sulit diobati. Statistik Gangguan Mental (DSM-5) menambahkan specifier untuk CD yang menjelaskan karakteristik "emosi prososial terbatas", yang berarti bahwa seseorang menunjukkan sedikit empati, penyesalan, atau rasa bersalah. Remaja dengan CD yang juga memenuhi spesifikasi ini menunjukkan perilaku antisosial yang jauh lebih parah yang sering bertahan hingga dewasa.
Jadi pentingnya emosi prososial dapat memberikan pengaruh terhadap individu dalam melakukan interaksi sosial. Emosi prososial sendiri dapat berarti berperilaku baik kepada orang lain serta memiliki sikap mementingkan kepentingan orang lain terlebih dahulu. Dengan menananmkan rasa prasosial pada anak akan tertanamnya perilaku empati, kepedulian dan kerja sama. Maka perlunya orang tua atau guru untuk menanamkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H