Mohon tunggu...
VIVI ANGELIA SARI
VIVI ANGELIA SARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Emosi Prososial dan Penanaman Sejak Dini

14 November 2022   12:58 Diperbarui: 14 November 2022   13:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: youtube deddy corbuzier 

Berita yang banyak dibicarakan pada minggu ini mengenai mayden yang menjadi salah satu narasumber di podcast deddy combuzier yang dimana podcast itu tidak jadi tayang karna permintaan mayden ada sensitif di situ. Habis itu deddy mengundang narasumber lagi dengan mas bebek bukan fokus ke bintang tamu yang ada, malah berubah menjadi suasa gunjingan. Mayden tidak kuasa menahan air mata sambil berkata "lu penah kelam yang dimana lu hampir menjual harga diri demi makan sama biaya kuliah karna di tinggal orang tua". 

Kalimat yang menggambarkan penderitaan tapi yang nggak semua orang rasakan tapi kita bisa memposisikan diri betapa pedihnya masa lalu, ketika masa lalu yang membuat kita terpuruk harus berubah menjadi fitnahan dan dijadikan topik bercandaan di tambah rasa pedih itu di sembunyikan di balik tawa yang palsu guna menghargai mereka yang melontarkan candaan tidak lucu tapi disisi lain deddy juga ikut membuat klarifikasi menyatakan kecawa dengan netizen yang menyerangnya tampa tahu wawancara yang selengkapnya. 

Bisakah manusia tidak saling memahami jika mereka tidak merasakan penderitaan yang sama? Manusia bisa saling memahami jika kita menyelami mencoba memposisikan diri kita seperti orang lain rasakan ataupun rasa empati. Makanya itu perlunya rasa prososial pada diri seseorang, telah banyak peneliti yang membahas mengenai prososial.

Memahami prososial menurut para ahli 

Menurut Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock, 2007) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan memiliki perilaku prososial bila dirinya memiliki kepedulian terhadap keadaan dan hak orang lain, perhatian dan empati pada orang lain serta berbuat sesuatu yang memberikan manfaat bagi orang lain. Perilaku prososial dapat memberikan pengaruh bagaimana individu melakukan interaksi sosial. 

Sears (1991) memberikan pemahaman mendasar bahwa masing-masing individu bukanlah semata-mata makhluk tunggal yang mampu hidup sendiri, melainkan sebagai makhluk sosial yang sangat bergantung pada individu lain, individu tidak dapat menikmati hidup yang wajar dan bahagia tanpa lingkungan sosial. Seseorang dikatakan berperilaku prososial jika individu tersebut menolong individu lain tanpa memperdulikan motif-motif si penolong, timbul karena adanya penderitaan yang dialami oleh orang lain yang meliputi saling membantu, saling menghibur, persahabatan, penyelamatan, pengorbanan, kemurahan hati, dan saling membagi. (Wilson dan Petruska dalam Dayakisni & Hudaniah, 2006). 

Penelitian Sabiq dan Djalali (2012) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku prososial adalah kecerdasan emosional yang dimiliki oleh individu. Bahwa kecerdasan emosi dan empati sangat mempengaruhi perilaku prososial seseorang. Seseorang yang secara emosional cerdas akan cepat dapat mengenali emosi yang sedang dialaminya, dan dengan segera dapat mengelola emosi yang muncul. Potensi tersebut akan berdampak pada kemampuan menyelesaikan permasalahan dengan baik dan memaksimalkan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan. Sedangkan tidak adanya kompetensi tersebut dapat menyebabkan kekacauan dalam kejiwaan yang dapat berupa depresi 

Mengapa prososial itu penting untuk perkembangan emosi?

Menurut Samuel Bowles, Herbert Gintis dari jurnal institut santa fe mengatakan kepatuhan terhadap norma sosial ditanggung tidak hanya oleh pengejaran kepentingan pribadi yang dimediasi secara kognitif, tetapi juga oleh emosi. Rasa malu, bersalah, bangga, menyesal, gembira, dan reaksi mendalam lainnya memainkan peran sentral dalam mempertahankan hubungan kerja sama, termasuk transaksi yang berhasil tanpa adanya kontrak yang lengkap. Emosi prososial berfungsi seperti emosi dasar, "rasa sakit", dalam memberikan panduan untuk tindakan yang melewati proses pengoptimalan kognitif eksplisit yang terletak pada inti model perilaku standar dalam ekonomi. 

Perilaku prososial mengacu pada tindakan sukarela yang secara khusus dimaksudkan untuk memberi manfaat atau meningkatkan kesejahteraan individu atau kelompok individu lain. Contoh perilaku tersebut termasuk membantu, berbagi, menghibur, bekerja sama, dan melindungi seseorang dari potensi bahaya. Dari perspektif evolusioner, perilaku prososial mungkin telah berevolusi dari adaptasi biologis menjadi hidup dalam masyarakat. Perkembangan perilaku prososial penting selama tahun-tahun awal karena tindakan ini terkait dengan kompetensi sosial dan emosional selama masa kanak-kanak (misalnya penerimaan teman sebaya, empati, kepercayaan diri, dan keterampilan pengaturan emosi). Selanjutnya, perilaku prososial dikaitkan dengan prestasi akademik, dan pengembangan kompetensi kognitif, seperti pemecahan masalah dan penalaran moral.

Seperti masalah tentang deddy dan meyden yang dimana ketika dia memiliki emosi prososial yang tinggi meski tidak saling memahami jika mereka tidak merasakan penderitaan yang sama, tapi manusia bisa saling memahami jika kita menyelami mencoba memposisikan diri kita seperti orang lain dan memiliki rasa empati yang tinggi.

Pentingnya penanaman emosi prososial pada anak usia dini 

Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, Dr. Moji Aghajani dan rekannya menunjukkan bahwa remaja dengan bentuk Gangguan Perilaku (CD) yang parah dengan emosi prososial yang terbatas membutuhkan kapasitas otak yang luar biasa besar untuk membaca wajah emosional. Efek ini ditemukan dibandingkan dengan remaja CD tanpa emosi prososial terbatas dan teman sebaya kontrol yang sehat. Dengan demikian tampak bahwa remaja CD merekrut proses kognitif tambahan untuk mengkompensasi keterbatasan sosial-emosional mereka.

Conduct Disorder (CD) adalah gangguan mental serius yang relatif umum terjadi pada anak-anak dan remaja tetapi terkenal sulit diobati. Statistik Gangguan Mental (DSM-5) menambahkan specifier untuk CD yang menjelaskan karakteristik "emosi prososial terbatas", yang berarti bahwa seseorang menunjukkan sedikit empati, penyesalan, atau rasa bersalah. Remaja dengan CD yang juga memenuhi spesifikasi ini menunjukkan perilaku antisosial yang jauh lebih parah yang sering bertahan hingga dewasa.

Jadi pentingnya emosi prososial dapat memberikan pengaruh terhadap individu dalam melakukan interaksi sosial. Emosi prososial sendiri dapat berarti berperilaku baik kepada orang lain serta memiliki sikap mementingkan kepentingan orang lain terlebih dahulu. Dengan menananmkan rasa prasosial pada anak akan tertanamnya perilaku empati, kepedulian dan kerja sama. Maka perlunya orang tua atau guru untuk menanamkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun