Konflik antara Rusia dan Ukraina yang sedang terjadi saat ini tidak hanya akan mempengaruhi stabilitas kedua negara, namun juga stabilitas global di berbagai sektor, seperti ekonomi, sosial, politik, bahkan keamanan global. Permasalahan ini berkaitan dengan isu global kontemporer yaitu bagian dari isu pertahanan dan keamanan global. Konflik ini mencuat karena Ukraina ingin bergabung dengan NATO (North Atlantic Traety Organization), yang dimana hal tersebut membuat Rusia lumayan khawatir karena menganggap bahwa jika Ukraina bergabung dengan NATO, itu artinya Rusia akan dikepung dari segala arah oleh musuh bebuyutannya, yaitu negara-negara barat. Ukraina-Rusia tidak akan memicu perang dunia ketiga. Apa yang terjadi di Ukraina hanyalah gertak-gertakan Rusia dan Rusia sendiri tidak menginginkan perang.
Kenapa tidak memicu perang dunia ketiga?
Pertama, kemungkinan perang dunia ketiga itu terjadi apabila sebagian besar negara di dunia atau setidaknya beberapa negara-negara kuat (Amerika, Rusia, China, Inggris, Perancis) memutuskan untuk perang satu sama lain. Selama belum ada perang satu sama lain antar kekuatan-kekuatan besar, kemungkinan terjadinya perang dunia ketiga terbilang sedikit dan hampir tidak mungkin terjadi hanya karena Rusia memutuskan untuk menginvasi Ukraina. Apalagi Amerika dan Inggris sudah mengatakan bahwa mereka tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina untuk melawan Rusia, melainkan mereka hanya akan membantu Ukraina dengan mengirimkan senjata-senjata saja.
Selain itu, di saat sedang panas-panasnya karena Rusia memobilisasi tentaranya ke perbatasan Ukraina, negara-negara NATO tidak bereaksi dengan mengirim tentara lebih banyak lagi ke Ukraina. Walaupun ada asistensi militer dengan pengiriman personel militer ke Ukraina, tetapi jumlahnya tidak bisa dibilang untuk perang total.
Kedua, dan bagaimana dengan NATO? Apakah mereka akan membantu Ukraina bila berperang dengan Rusia?Â
Dan sebagaimana kita lihat, ketegangan pun menurun. Rusia menarik sebagian pasukannya menjauh dari perbatasan. Begitu pula Jerman. Jerman hanya menyumbang helm dan peralatan kesehatan untuk Ukraina. Bisnis Jerman terlalu besar dengan Rusia untuk dibatalkan demi mendukung Ukraina, apalagi ada rencana pembangunan pipa gas Rusia-Jerman lewat Laut Utara. Jerman tentu akan menimbang hal tersebut sebelum memutuskan untuk mendukung Ukraina.
Ketiga, Rusia adalah salah satu dari negara yang memiliki nuclear-weapon dengan hulu ledak nuklir terbanyak, dan perang nuklir bisa menjadi opsi terakhir jika Rusia dan Putin sudah merasa sangat tertekan. Dari sini kita bisa melihat bahwa Barat dan NATO sangat berhati-hati untuk tidak akan memulai mendeklarasikan perang terlebih dahulu, kecuali mereka diserang dahulu. Kepemilikan senjata nuklir ini justru yang akan membuat perang dunia ketiga tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Hal ini dikarenakan senjata nuklir jadi daya tawar yang menarik jika ada suatu negara ingin berperang dengan  nuclear-weapon states.
MENINJAU KONFLIK RUSIA-UKRAINA DALAM TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini menjadi bukti bahwa paradigma realisme ini masih bisa berjalan di dunia saat ini. Di dalam paradigma realisme dikenal salah satu aliran yakni defensive structural realism atau realisme defensif yang beranggapan bahwa negara berfokus untuk menjaga keamanan nasionalnya sehingga negara sebagai security maximizers. (Defensive Realism)Â