Mohon tunggu...
Vivi Aisalwa
Vivi Aisalwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa baru di UMM

Blog ini akan sebagian diisi untuk pemenuhan tugas sebagian lagi tulisan saya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sudah Berkembang Sampai Mana Perkembangan di Indonesia?

11 Mei 2022   07:56 Diperbarui: 11 Mei 2022   08:01 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika membahas tentang perkembangan, maka hal tersebut tidak akan ada habis-habisnya. Karena sedikit kemungkinan ada perkara yang tidak mengalami perkembangan, baik itu yang memberikan dampak positif ataupun negatif. 

Tapi tentunya, sebuah perkembangan lebih banyak mengarah ke dampak positif daripada negatif. Ya, namanya saja perkembangan. Sebuah hal yang merubah sesuatu menjadi bentuk yang lebih baik.

Tak terkecuali dengan pendidikan. Semakin pesatnya perkembangan zaman, semakin banyak pula perkembangan yang akan terjadi. Kita dapat meninjau kilas balik perkembangan pendidikan dari zaman ke zaman, dimulai dari adanya sekolah untuk penduduk tanah jajahan yang ditangani oleh Nederlands Zendelingen Genootschap atau NZG sebagai maskapai yang membiayai pendidikan hingga VOC mendirikan sekolah yang pada awalya hanya diberi pelajaran yang melekat dengan agama kristen. 

Supriadi (2003) menyampaikan keterangan bahwa pada masa itu pendidikan tradisional sebenarnya sudah ada, terutama pendidikan berbasis agama Islam yang tidak tersentuh oleh VOC. Materi pelajaran lebih ditekankan pada kemampuan untuk menulis, berhitung, dan membaca dalam bahasa Melayu yang menjadi bahasa perdagangan sehari-hari masa itu.

Hingga VOC bubar, pemerintahan berganti, sistem pendidikan pun ikut terganti. Pemerintahan terganti di pimpin oleh Daendels. Pada masa pemerintahan Daendels, ia mengarahkan beberapa bupati-bupati di Jawa untuk mengorganisir sekolah-sekolah untuk anak-anak yang berasal dari/pribumi dengan suatu kurikulum yang mencakup kultur Jawa dan agama sehingga anak-anak itu akan tumbuh hingga menjadi anak Jawa yang baik.

Lalu pendidikan berubah lagi dibawah pimpinan Jepang. Suatu hal yang menarik dalam kebijakan pendidikan pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) adalah meskipun waktunya singkat, terjadi perubahan yang sangat penting dalam kebijakan pendidikan di Indonesia. 

Dimulai dari kebijakan nama sekolah berganti menjadi berbahasa Indonesia maupun Jepang yang sebelumnya berbahasa Belanda, bahasa Indonesia menjadi bahasa wajib di sekolah, Kepala sekolah tidak lagi orang Belanda melainkan orang Indonesia yang dianggap senior, para siswa dan guru hampir setiap hari latihan baris berbaris model tentara Jepang.

Begitu masuk pada zaman kemerdekaan (1945-1949), suasananya masih diliputi oleh perang ataupun revolusi fisik. Baru sejak tahun 1950-an pemerintah Indonesia mulai dapat membenahi pendidikannya dalam keadaan yang lebih tentram. Tetapi tentu saja keterbatasan sumber daya (dana, tenaga, dan sarana) membuat laju perkembangan pendidikan berjalan lamban.

Supriadi (2003) mengatakan pada zaman Demokrasi Terpimpin (Orde Lama), sebetulnya secara kuantitatif pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang berarti. Tetapi secara kualitattif pendidikan bangsa Indonesia saat itu mengalami kemandekan karena konflik-konflik/pertentangan ideologi, yang menempatkan persekolahan sebagai wahana ideologisasi dan proses internalisasi sosialiskomunisme.

Di era reformasi, semangat anti Orde Baru begitu membara di awal reformasi. Tujuannya adalah sistem pemerintahan yang secara fundamental akan berubah dari sistem super-sentralistik menjadi sistem yang super-desentralistik. Ironisnya, gerakan reformasi dan kebangkitan otonomi daerah telah meningkatkan angka putus sekolah sejak dini. 

Secara nasional rata-rata untuk semua jenjang SD dan SMP hingga SMA  dari tahun 1997 sampai 2000 adalah 5%. Pemerintah  memang berusaha untuk tidak mengabaikan sektor pendidikan, namun rata-rata 12% setiap tahunnya dalam masa krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun