Sebelum kegiatan asistensi mengajar selesai mahasiswa melaksanakan sebuah proker yang berbentuk perlombaan. Perlombaan tersebut meliputi short movie dan desain poster yang wajib diikuti oleh setiap kelas. Siswa yang mengikuti perlombaan tersebut akan mendapatkan sertifikat sebagai peserta, dan siswa yang menang akan mendapatkan piala serta sertifikat tertulis sebagai pemenang. Semua sertifikat yang diberikan sudah mendapatkan tandatangan oleh pihak Universistas Negeri Malang. Proker ini kami laksanakan di penghujung masa asistensi mengajar tepatnya di minggu 13.
Selama saya mengikuti program ini di sekolah ini, sangat banyak hal-hal positif dan ilmu yang saya dapatkan yang sangat berguna untuk saya manfaatkan dalam realisasi jurusan yang saya pilih terkhusus dalam dunia pendidikan formal. Dari banyaknya perkembangan yang saya dapatkan dalam bidang softskill salah satunya adalah etika dalam berkomunikasi antar pihak inter maupun luar sekolah. Saya belajar tentang tata cara dalam menyambut tamu, menghubungi pihak yang akan dikunjungi dan juga mengarahkan tamutamu sesuai dengan tujuan kunjungan. Selain itu, saya juga ikut membantu proses pembelajaran didalam kelas.
Selain etika dalam berkomunikasi saya juga belajar bagaimana menjadi seorang guru, bagaimana sikap seorang guru terhadap siswa, apa saja yang dilakukan seorang guru. Kami juga belajar secara langsung membuat modul ajar yang berisi tujuan, media, model, strategi dan seterusnya, yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran dikelas. Secara tidak langsung juga belajar bagaimana pengkondisian kelas, pengkondisian siswa yang sangat aktiv. Jadi selama kegiatan asistensi mengajar ini kami belajar banyak yang dapat menjadi bekal mahasiswa untuk nantinya.
Saya sangat tersanjung dan bangga dengan sekolah ini, dimana tidak ada bentuk pembedaan, seperti contoh golongan antar ras. Namun sekolah ini berusaha untuk selalu menjaga solidaritas dan simpati terhadap sesama. Salah satu contohnya adalah didalam satu kelas, siswa yang berkebutuhan khusus digabung dengan siswa lainnya. Secara tidak langsung hal ini membuat siswa yang berkebutuhan khusus merasa dirinya tidak di spesialkan dan tidak dibedakan dengan siswa lainnya sehingga mereka tidak merasa diasingkan tetapi diratasamakan dengan teman-teman lainnya dalam hal belajar, ekstrakurikuler dan berbagai kegiatan lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H