Kuukir jejak malam pada asap-asap putih
dan asap-asap itu senantiasa berlari
dipermainkan angin, yang tak pernah diam
Tak ada lagi ilusi bayanganmu
mungkin desah angin telah memapasnya
hingga mataku pun terjatuh
pada rerimbunan heningnya malam
Aku mencoba menghela sedalam mungkin
mengikuti lamunan asap-asap putih
membangkitkan sebagian nalar
yang telah lama terantuk dalam bisunya diam
Entah kenapa, tak sedikitpun penat menjalari tubuh ini
Kuukir jejak malam pada asap-asap putih
dan asap-asap itu senantiasa berlari
dipermainkan angin, yang tak pernah diam
Tak ada lagi ilusi bayanganmu
mungkin desah angin telah memapasnya
hingga mataku pun terjatuh
pada rerimbunan heningnya malam
Aku mencoba menghela sedalam mungkin
mengikuti lamunan asap-asap putih
membangkitkan sebagian nalar
yang telah lama terantuk dalam bisunya diam
Entah kenapa, tak sedikit pun penat menjalari tubuh ini
semua seakan menghujam seluruh aliran darah
untuk mempertahankan kesucian malam
Selintas wajahmu memekik di ujung nalar
itu semua membuatku semakin terhempas
Malang, 2021
dan menghantui kegelisahanku
Saat angin riuh bercengkerama
melintas aromamu bersama hembusan angin
Seakan ingin kau tuangkan segala dusta
pada ruang hampa ini
Jika boleh, ingin kutikam langit malam
agar terbentang cahaya Ilahi
mungkin ini bisa membuatku tegar dan kuat
untuk mengusir aromamu
yang terus menyengat rasa kesendirianku
Biarkanlah kutumpahkan doa-doaku
dalam diam dan tidur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H