Walaupun Thailand identik dengan pantai, namun ternyata daerah pegunungannya juga tak kalah indahnya. Salah satu buktinya adalah Taman Nasional Doi Inthanon.
Doi Inthanon merupakan salah satu Taman Nasional yang banyak dikunjungi, terutama saat "musim dingin", dimana suhu bisa mencapai -2 derajat celcius.
Puncak tertinggi pegunungan di Thailand ada di Doi Inthanon, dimana ketinggiannya mencapai 2565 meter di atas permukaan laut. Pegunungan ini merupakan bagian dari Pegunungan Himalaya. Karena karakteristik ini, maka Doi Inthanon dijuluki "Atap Thailand".
Lokasinya yang hanya sekitar 100 km dari Chiang Mai, memudahkan orang untuk berkunjung ke sana. Bisa menyewa motor, mobil atau ikut tur. Banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi di sini. Di antaranya Royal Twin Pagoda.
Di sini terdapat 2 buah stupa, yaitu Stupa Pra Mahathart Napamaythaneedol dan Stupa Pra Mahathart Napapoommisiri, yang didedikasikan untuk Raja dan Ratu Thailand.Â
Selain memiliki taman yang indah, tempat ini merupakan tempat yang penting, karena di dalam stupa terdapat relik suci yang berhubungan dengan agama Budha. Tempat lain yang juga menarik dikunjungi adalah air terjun.Â
Ada beberapa lokasi air terjun di sini. Salah satu yang terkenal adalah air terjun Mae Ya, air terjun tertinggi di Doi Inthanon dan juga didapuk sebagai air terjun terindah di Thailand. Mengingat Doi Inthanon merupakan tempat tertinggi di Thailand, sempatkan mampir ke The Summit, yang merupakan titik tertinggi di Thailand.Â
Dan, walaupun disebutkan terakhir, namun kegiatan ini merupakan kegiatan yang menurut saya paling utama dilakukan di Doi Inthanon, yaitu trekking dan hiking.
Ada tiga jalur trekking yang terkenal di sini, yaitu Ang Ka Nature Trail, Pha Dok Siew / Mae Klang Luang Nature trail dan Kew Mae Pan Nature Trail. Dari ketiga trail tersebut, Kew Mae Pan adalah trail terindah, dan trail inilah yang kami coba susuri.
Sebelum memulai trail, pengunjung diminta untuk menuliskan data diri di buku catatan yang disediakan. Kemudian pengunjung akan diperkenalkan dengan pemandu yang akan menemani selama menyusuri trail nanti.
Untuk ini, pengunjung dikenakan biaya 200 baht (=Rp 90.000) per grup (maximal 10 orang per grup). Uang ini langsung diserahkan ke pemandu, yang kesemuanya adalah suku lokal Hmong. Di area masuk juga disediakan tongkat bambu untuk membantu dalam hiking nanti.
Memasuki hutan, pertama-tama kita akan berada di antara pepohanan tinggi yang daun-daunnya rapat membentuk kanopi. Cahaya matahari yang menembus melalui dedaunan, membentuk garis cahaya yang indah.Â
Rimbunnya dedaunan, memberikan pasokan oksigen yang segar. Selepas dari area pepohonan, kita akan memasuki area yang berbeda sama sekali, yaitu padang ilalang luas. Di mana musim yang berbeda memberikan suasana yang berbeda. Untuk kami yang datang di musim kering, kami disambut oleh hamparan ilalang coklat keemasan.
Sepanjang jalur ada beberapa titik perhentian yang menyediakan informasi mengenai ekositem  yang ada di tempat tersebut. Total ada 21 titik perhentian.
Salah satu titik perhentian penting adalah titik kesembilan. Di titik ini disediakan view point platform untuk menyaksikan pemandangan yang luar biasa indahnya. Bila sedang musimnya, bahkan kita bisa menyaksikan lautan awan.Â
Suara-suara hutan, seperti suara gemerisik daun, suara angin dan terkadang suara gemericik air bila kami mendekati sungai. Mencium wangi khas pepohonan. Merasakan segarnya udara yang kami hirup. Menikmati indahnya cahaya yang menembus dedaunan yang padat membentuk kanopi.
Seluruh panca indera kami terbuka dan "dibanjiri" oleh energi positif. Kesemuanya itu memberikan rasa nyaman. Membuat lebih rileks dan menyegarkan tubuh kembali.Â
Menyusuri hutan ini, mengingatkan saya akan Shinrin-Yoku. Sebuah terapi yang ditemukan di Jepang pada sekitar tahun 1980an.
Sesuai dengan namanya Shinrin-Yoku, Shinrin berarti hutan dan Yoku berarti mandi. Shinrin-Yoku dapat diartikan membanjiri tubuh kita dengan atmosfer hutan, membuka indera kita untuk menerima apa yang diberikan oleh hutan.Â
Shinrin-Yoku bukan olahraga, atau hiking atau jogging. Ia sesederhana berada di alam. Berhubungan dengan alam melalui seluruh indera kita. Indera penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan dan rasa. Shinrin-Yoku adalah jembatan antara kita dengan alam.
Manfaat Shinrin-Yoku sudah dibuktikan secara ilmiah. Berdasarkan penelitian, dengan berjalan 2 jam di hutan dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kortisol (hormon pemicu stress) dan meningkatkan konsentrasi serta daya ingat.Â
Dari penelitian juga ditemukan bila pohon mengeluarkan unsur kiniawi yang disebut phytoncides, yang mempunyai efek anti-microbial bagi tubuh manusia, dan meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Sedemikian besar manfaatnya, membuat pemerintah jepang memperkenalkan Shinrin-yoku sebagai program kesehatan nasional. Dokter dapat merekomendasikan terapi ini untuk pasiennya. Terapi ini menjadi landasan bagi kesehatan preventif dan penyembuhan di Jepang.
Shinrin-Yoku menjadi satu pembuktian lagi, bahwa alam selalu menyediakan yang terbaik untuk kita. Apa yang kita perlukan, sebenarnya alam sudah menyediakan. Kita hanya perlu membuka mata hati untuk dapat menemukannya.
Catatan:
- Trail ini berada di ketinggian 2200 meter.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan trail ini berkisar antara 2 sampai 4 jam.
Trail ini akan tutup selama musim hujan, dari 1 Juni sampai 31 Oktober karena khawatir licin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H