Memasuki hutan, pertama-tama kita akan berada di antara pepohanan tinggi yang daun-daunnya rapat membentuk kanopi. Cahaya matahari yang menembus melalui dedaunan, membentuk garis cahaya yang indah.Â
Rimbunnya dedaunan, memberikan pasokan oksigen yang segar. Selepas dari area pepohonan, kita akan memasuki area yang berbeda sama sekali, yaitu padang ilalang luas. Di mana musim yang berbeda memberikan suasana yang berbeda. Untuk kami yang datang di musim kering, kami disambut oleh hamparan ilalang coklat keemasan.
Sepanjang jalur ada beberapa titik perhentian yang menyediakan informasi mengenai ekositem  yang ada di tempat tersebut. Total ada 21 titik perhentian.
Salah satu titik perhentian penting adalah titik kesembilan. Di titik ini disediakan view point platform untuk menyaksikan pemandangan yang luar biasa indahnya. Bila sedang musimnya, bahkan kita bisa menyaksikan lautan awan.Â
Suara-suara hutan, seperti suara gemerisik daun, suara angin dan terkadang suara gemericik air bila kami mendekati sungai. Mencium wangi khas pepohonan. Merasakan segarnya udara yang kami hirup. Menikmati indahnya cahaya yang menembus dedaunan yang padat membentuk kanopi.
Seluruh panca indera kami terbuka dan "dibanjiri" oleh energi positif. Kesemuanya itu memberikan rasa nyaman. Membuat lebih rileks dan menyegarkan tubuh kembali.Â
Menyusuri hutan ini, mengingatkan saya akan Shinrin-Yoku. Sebuah terapi yang ditemukan di Jepang pada sekitar tahun 1980an.
Sesuai dengan namanya Shinrin-Yoku, Shinrin berarti hutan dan Yoku berarti mandi. Shinrin-Yoku dapat diartikan membanjiri tubuh kita dengan atmosfer hutan, membuka indera kita untuk menerima apa yang diberikan oleh hutan.Â