Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Oktober dan Kisah Hidup Si Merah Muda yang Kontroversial

11 Oktober 2019   12:55 Diperbarui: 11 Oktober 2019   20:58 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Oktober adalah bulan breast cancer awareness. Gerakan ini identik dengan pita warna merah muda (pink ribbon). Merah muda, yang sekarang lebih sering disebut pink, adalah Warna yang menurut saya,"kontroversial".

Bayangkan, seorang anak laki-laki pernah di-bully di sekolahnya karena memakai kemeja warna pink. Kejadian ini memicu gerakan anti-bullying, yang diprakasai oleh David Shepherd dan Travis Price, dengan cara membagi-bagikan kemeja warna pink. Gerakan anti-bullying ini menggema. Dan dibuatlah hari anti-bullying.

Hari anti-bullying ini dirayakan berbeda-beda tanggalnya di berbagai Negara. Di Canada sendiri, tempat dimulainya gerakan ini, anti-bullying dirayakan setiap Kamis kedua di bulan September. Pada perayaan ini, banyak orang akan mengenakan baju warna pink sebagai simbol menentang bullying.

Mengapa anak laki-laki tersebut sampai di-bully hanya karena mengenakan baju warna pink? Banyak anggapan bahwa warna pink adalah warna feminin.

Warna perempuan. Walaupun hal ini tidak bisa menjadi alasan untuk mem-bully (tepatnya tidak ada satu alasan pun bagi seseorang untuk mem-bully). Sebetulnya bila kita melihat sejarah warna pink, dulunya tidak ada pembedaan gender untuk warna ini. Kita bisa melihat dari berbagai bukti sejarah.

Dalam dunia seni, contohnya. Warna pink sendiri mulai terlihat di karya seni sejak abad pertengahan. Salah satunya, lukisan "Virgin with Child", karya Duccio, dimana kanak-kanak Jesus digambarkan memakai baju pink. Contoh lainnya, pada lukisan "Kiss of Judas", karya Giotto, tampak laki-laki mengenakan jubbah warna pink.

Sedangkan untuk dunia fashion, warna ini mulai ada sejak tahun 1700. Awalnya warna ini digunakan oleh kalangan aristrokat di Eropa, baik laki-laki maupun perempuan.

Warna pink yang digunakan adalah warna pink muda dan menjadi simbol kemewahan dan kalangan kelas atas.  Warna pink ini sempat mengalami "kejatuhan". Dari warna yang berhubungan dengan aristrokrat, menjadi warna yang dianggap vulgar dan digunakan oleh pekerja seksual.

Hal ini berhubungan dengan industri yang menemukan pigmen warna magenta yang murah, sehingga menghasilkan warna pink yang lebih "berani". Bukan lagi warna pink yang lembut. Citranya kembali membaik setelah beberapa tokoh terkenal memakai warna pink, mulai dari Jackie Kennedy sampai Marilyn Monroe.

Bila di jaman sekarang, bayi laki-laki biasanya diberi baju warna biru dan bayi perempuan diberi warna pink, pada jaman dulu, semua anak biasanya dipakaikan baju warna putih. Warna pink malah sebetulnya dianggap lebih pas untuk anak laki-laki, karena warna pink dilihat sebagai versi lembutnya warna merah. Warna merah dianggap memiliki unsur "maskulin".

Warna ini dihubungkan dengan warna planet Mars, dan Mars adalah dewa perang, dan perang identik dengan unsur maskulin. Jadi, pria dewasa mengenakan warna merah, dan anak laki-laki mengenakan warna pink.

Mulainya warna pink mengalami asosiasi dengan perempuan dan femininitas adalah sejak pertengahan abad ke-19. Dimana pada masa ini, laki-laki mulai lebih menggunakan warna gelap. Dan warna-warna pastel yang lembut, termasuk pink, lebih banyak digunakan oleh perempuan. Namun pada masa ini, belum ada garis batas jelas.

Contohnya, pada tahun 1918, ada artikel mengenai pink untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan. Karena pink dianggap warna yang lebih kuat (karena berasal dari warna merah) dan biru dianggap lebih lembut.

Di Amerika, pada tahun 1920-an, saat dimana industri pewarna sedang berkembang pesat, produsen dan toko mulai mempunyai ide untuk menjual pakaian anak laki-laki dan perempuan berdasarkan warna. Mereka memilih biru dan pink.

Namun uniknya, pemilihan warna ini belum terbagi. Tergantung dari produsen dan toko yang menjualnya. Seperti Department Store Marshall Field di Chicago menggunakan pink sebagai warna anak laki-laki dan biru untuk perempuan. Sedangkan Department Store Macy's di Manhattan menggunakan pink sebagai warna anak perempuan.

Salah satu peristiwa yang dianggap memberi "sumbangan" dalam menjadikan biru sebagai warna anak laki-laki, adalah pembelian lukisan "The Blue Boy" karya Thomas Gainsborough pada tahun 1921 oleh seorang milioner Amerika, Henry Huntington. Pembelian lukisan ini mendapat liputan luas. Sehingga orang jadi melihat image "laki-laki memakai baju biru".

Sebegitu kuatnya image ini, banyak gerakan yang berhubungan dengan isu perempuan, menggunakan warna ini. Salah satu contohnya adalah breast cancer awareness. Walaupun sebetulnya, awalnya warna yang digunakan adalah peach.

Adalah Charlotte Hayley, seorang penderita kanker payudara, yang menggerakan cancer awareness ini, karena prihatin dengan minimnya budget dari pemerintah bagi pencegahan kanker.

Ia membagikan kartu yang diberi pita warna peach untuk membagikan informasi tentang hal ini. Yang dilakukan oleh Charlotte Hayley menarik perhatian Alexander Penney, seorang editor majalah yang ingin mengangkat isu tersebut dimajalahnya, Self Magazine.

Namun ajakan Alexandra untuk bekerja sama ditolak oleh Charlotte karena terlalu komersial menurutnya, dan Alexandra tidak dapat menggunakan pita peach karena sudah menjadi "milik" Charlotte.

Akhirnya, Self Magazine memutuskan menggunakan pita warna pink untuk mengangkat isu tentang breast cancer awareness. Contoh lainnya adalah "Gulabi Gang". Salah satu organisasi di India, juga menggunakan pink sebagai identitas.

Gulabi Gang adalah organisasi yang berjuang membantu kalangan terpinggirkan di India. Melindungi mereka dari ketidakadilan dan memastikan mereka mendapatkan hak-haknya. Kelompok ini terutama membantu dalam kekerasan dalam rumah tangga, melawan penindasan dan ketidakadilan terhadap perempuan.

Organisasi ini juga memberikan pelatihan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan keterampilan agar bisa mandiri secara ekonomi dan juga pelatihan bela diri, untuk melindungi diri dari pelecehan dan kekerasan.

Anggota organisasi ini mengenakan sari warna pink dan membawa tongkat bambu. Pendiri organisai ini, Sampat Pal, memilih warna pink ini juga dikarenakan warna pink identik dengan feminin, selain juga warna ini, warna yang bebas dari asosiasi keagamaan ataupun politik.

Di beberapa kebudayaan, warna pink tidak menunjukkan gender. Di Thailand contohnya, warna pink menjadi warna hari Selasa (setiap hari punya warna yang berbeda, misal senin adalah hari warna kuning atau sabtu sebagai hari ungu). Dimana bila kita menggunakan warna ini pada harinya, dipercaya akan membawa keberuntungan.

Jadi bila hari Selasa, jangan kaget bila melihat banyak laki-laki memakai t-shirt pink. Atau di India, para kaum pria yang beragama Hindu akan mengenakan turban warna pink pada saat pernikahan. Pink dianggap warna keramahan di India.

Sehingga pada tahun 1876 saat kunjungan Ratu Victoria ke India, Maharaja Ram Singh di Jaipur, mewarnai seluruh kota dengan pink sebagai tanda ucapan selamat datang. Di Jepang warna pink menjadi simbol kesedihan atas samurai yang terbunuh dan di Korea, pink menjadi simbol kepercayaan dan rasa aman.

Rasanya tidak ada warna lain yang se-kontroversial warna pink. Pink adalah warna yang diasosiasikan dengan kelembutan, imut, manis dan atribut sejenisnya, tetapi pink juga menjadi warna yang memiliki kekuatan. Ia memegang peranan untuk merepresentasikan sesuatu. Ia dapat digunakan untuk menyatakan suatu statement/pernyataan. Pink tak sekadar warna belaka.

Dan rasanya, pink masih akan terus mengalami perubahan. Kita belum sampai pada titik untuk mengembalikan hakikat sejati pink, yaitu "hanya" sebagai warna. Ataukah memang pink layak mendapat posisi istimewa?.

Catatan: Tulisan tentang pink ini adalah sebagai bentuk dedikasi terhadap breast cancer awareness.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun