Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Oktober dan Kisah Hidup Si Merah Muda yang Kontroversial

11 Oktober 2019   12:55 Diperbarui: 11 Oktober 2019   20:58 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi ini juga memberikan pelatihan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan keterampilan agar bisa mandiri secara ekonomi dan juga pelatihan bela diri, untuk melindungi diri dari pelecehan dan kekerasan.

Anggota organisasi ini mengenakan sari warna pink dan membawa tongkat bambu. Pendiri organisai ini, Sampat Pal, memilih warna pink ini juga dikarenakan warna pink identik dengan feminin, selain juga warna ini, warna yang bebas dari asosiasi keagamaan ataupun politik.

Di beberapa kebudayaan, warna pink tidak menunjukkan gender. Di Thailand contohnya, warna pink menjadi warna hari Selasa (setiap hari punya warna yang berbeda, misal senin adalah hari warna kuning atau sabtu sebagai hari ungu). Dimana bila kita menggunakan warna ini pada harinya, dipercaya akan membawa keberuntungan.

Jadi bila hari Selasa, jangan kaget bila melihat banyak laki-laki memakai t-shirt pink. Atau di India, para kaum pria yang beragama Hindu akan mengenakan turban warna pink pada saat pernikahan. Pink dianggap warna keramahan di India.

Sehingga pada tahun 1876 saat kunjungan Ratu Victoria ke India, Maharaja Ram Singh di Jaipur, mewarnai seluruh kota dengan pink sebagai tanda ucapan selamat datang. Di Jepang warna pink menjadi simbol kesedihan atas samurai yang terbunuh dan di Korea, pink menjadi simbol kepercayaan dan rasa aman.

Rasanya tidak ada warna lain yang se-kontroversial warna pink. Pink adalah warna yang diasosiasikan dengan kelembutan, imut, manis dan atribut sejenisnya, tetapi pink juga menjadi warna yang memiliki kekuatan. Ia memegang peranan untuk merepresentasikan sesuatu. Ia dapat digunakan untuk menyatakan suatu statement/pernyataan. Pink tak sekadar warna belaka.

Dan rasanya, pink masih akan terus mengalami perubahan. Kita belum sampai pada titik untuk mengembalikan hakikat sejati pink, yaitu "hanya" sebagai warna. Ataukah memang pink layak mendapat posisi istimewa?.

Catatan: Tulisan tentang pink ini adalah sebagai bentuk dedikasi terhadap breast cancer awareness.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun