Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Biksu di Pasar

29 Maret 2019   08:16 Diperbarui: 29 Maret 2019   09:09 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena sesuai dengan kepercayaan, tanpa alas kaki akan mendekatkan hubungan dengan bumi dan alam. Usia tua dan kondisi fisik tidak menghalangi mereka melakukan apa yang harus dilakukan. Mereka mencari solusi, dengan memilih duduk di pasar.

blaine-harrington-iii-5c888428bde5755c7e3ac126.jpg
blaine-harrington-iii-5c888428bde5755c7e3ac126.jpg
Mengapa pasar? Karena pasar di pagi hari adalah tempat yang ramai dikunjungi orang. Dengan memilih untuk berdiam di pasar, sang Biksu mendekatkan dirinya kepada banyak orang. Para pemberi sedekah pun terbantu, karena mereka bisa memberikan sedekah kepada Biksu dengan lebih mudah dan pasti. Tidak semua orang bisa melakukan sedekah, karena mungkin rumah mereka tidak terlewati oleh rute jalan biksu. 

Atau mungkin karena aktivitas mereka yang menyebabkan mereka tidak bisa ketemu dengan jadwal jalan keluar Biksu. Juga di pasar, penjual menjual barang-barang keperluan biksu, dari makanan vegetarian sampai dupa dan bunga lotus. Para pemberi sedekah tinggal membeli dan memberikannya kepada Biksu. Praktis.

Juga saya mengerti mengapa di samping tempat duduk biksu, mereka menyediakan karung plastik dan meja lipat. Meja lipat untuk menaruh bunga lotus atau dupa (biar tidak tertindih barang lain kalau ditaruh di karung). Bunga lotus ini akan dibawa dan diletakkan di patung Budhha di kuil nantinya. Sedangkan karung plastik untuk menampung makanan dan minuman. Mudah dibayangkan kalau mangkok yang dibawa oleh Biksu tidak akan cukup untuk menampung semua sedekah.

Biksu hanya akan berada di luar pada pagi hari, karena pukul 8 pagi mereka sudah harus berada kembali di kuil. Setelah itu mereka tidak akan keluar lagi sepanjang sisa hari. Sedekah yang didapat akan dibawa pulang oleh mereka. Karena berat, tidak memungkinkan mereka untuk membawanya sambil berjalan kaki. Biasanya mereka naik ojek, yang memang banyak sekali di Thailand.

Keberadaan Biksu di pasar merupakan contoh bahwa hal pragmatis diperlukan, dan bahwa dengan praktek pragmatis tidak berarti kita menghilangkan nilai-nilai yang ada didalamnya. Ibarat rumput yang lentur mengikuti angin, tetapi tetap mengakar dalam tanah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun