Hari masih pagi, ketika saya melewati sebuah pasar di Bangkok. Selayaknya pasar, pagi hari adalah saat tersibuk, penjual sudah siap dengan dagangannya dan pembeli sibuk memilih apa yang diperlukannya. Menu-menu sarapan yang dijual biasanya mampu membuat saya untuk mencoba dan akhirnya membeli.Â
Walaupun mata selalu tertuju ke makanan, namun ada hal lain yang juga menarik perhatian saya. Di pasar, ada seorang (kadang juga lebih dari satu) biksu yang duduk. Mereka duduk di atas kursi plastik bersandar, di sebelah kanannya ada karung plastik, dii sebelah kirinya ada meja lipat dan didepannya ada hamparab tikar.Â
Kadang mereka duduk sendiri dan orang berlalu lalang di depannya. Tapi yang sering saya lihat, orang datang berlutut didepannya sambil memberikan sedekah, dan sang Biksu akan mendoakan orang tersebut.
Di Thailand yang mayoritas beragama Buddha, Biksu sangat dihormati. Setiap pagi dari mulai pukul 5.30, para biksu akan keluar dari kuil dan berjalan di sekitar kuilnya. Rapi membentuk satu barisan, sesuai dengan urutan senioritas (senioritas dalam hal masa baktinya di kuil).Â
Dengan berbalut kain berwarna saffron, mereka membawa mangkok besar bertutup. Mereka hanya menghentikan perjalanan mereka apabila ada yang hendak memberikan sedekah. Sedekah ini biasanya berupa nasi beserta lauk pauk, minuman atau bunga lotus. Setelah memberi sedekah, pemberi sedekah akan berlutut dan menerima berkat dari Biksu. Setelah selesai, biksu pun melanjutkan perjalanannya kembali.
Biasanya para pemberi sedekah akan menunggu di depan rumahnya (apabila rumahnya kebetulan dilewati oleh rute jalan Biksu). Atau mereka memberinya kepada Biksu yang ditemuinya di jalan. Ada yang memberikannya setiap hari, ada pula yang memberikannya pada hari-hari khusus, misalnya saat hari-hari suci umat Buddha atau pada saat ulang tahun mereka.Â
Makanan yang diberikan kepada Biksu adalah makanan terbaik yang mereka buat, bukan makanan sisa. Tetapi memang khusus dipersiapkan untuk Biksu. Dalam bahasa Thai, tradisi memberikan sedekah kepada Biksu disebut Tak Bat.
Para Biksu tidak masak ataupun bekerja, mereka mendapatkan segala keperluan mereka dari para pemberi sedekah. Bagi para pemberi sedekah, selain mereka memberikan keperluan Biksu, dengan melakukan ini, mereka membalas kebaikan para biksu yang sudah mendedikasikan hidup mereka untuk mengajar orang lain agar berbuat baik dan berbudi luhur.
Para biksu hanya makan dua kali sehari, pagi hari dan siang hari. Selepas siang hari, mereka hanya boleh minum. Mereka makan dari apa yang diberikan. Mereka akan membawa pulang ke kuil apa yang mereka dapat, dan memakannya bersama dengan seluruh anggota biksu yang ada di kuil.Â
Karena kadang ada biksu yang tidak bisa keluar dari kuil, misalnya karena sakit. Mereka juga membagikan makanan untuk orang-orang kurang mampu di sekeliling kuil.
Lazimnya, saat melakukan ritual pagi hari keluar kuil, mereka melakukannya dengan berjalan. Namun seperti yang saya lihat, ada juga yang memilih untuk duduk di pasar. Dari yang saya perhatikan, biasanya Biksu yang duduk di pasar adalah Biksu yang sudah tua. Bisa dibayangkan beratnya bagi orang tua untuk berjalan kaki, ditambah lagi mereka juga tidak memakai alas kaki.Â