Satu hal yang menurut saya sangat indah adalah cara hidup mereka yang mengambil secukupnya dari alam dan meninggalkan nyaris tanpa sisa/sampah. Mengambil hanya yang mereka butuhkan. Secukupnya. Tidak serakah menguras sumber daya alam.Â
Dan ketika mereka pindah lokasi, mereka tidak menyisakan apapun. Satu-satunya tanda bahwa mereka pernah ada di sana, hanya berupa lingkaran di tanah tanpa rumput, bekas berdirinya ger mereka.
Walaupun sekarang ini banyak yang mulai mencari tempat tinggal dan kerja di kota, namun ada sebagian yang memang memilih untuk hidup nomaden.
Perasaan bebas, hidup dengan irama perlahan, sehingga setiap saat betul-betul bisa dinikmati, tinggal di tempat dengan latar belakang gunung, depan sungai dan kehijauan padang rumput luas tak terbatas, hidup menyatu dengan alam, adalah segelintir alasan tak terbantahkan atas pilihan mereka untuk hidup nomaden.
Perjalanan kali ini memang sungguh menarik. Menarik, karena saya menemukan banyak nilai-nilai "modern" yang sekarang ini sedang banyak digemakan (hidup minimalis, bersatu dengan alam, kurangi sampah), justru dari kehidupan nomaden yang notabene dianggap lebih "kurang modern" dalam pandangan umum.
Mongolia. Semoga suatu saat saya bisa kembali ke sana....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H