Sebagai akhir, mari kita melihat satu destinasi wisata kita yang sudah terkenal dan konon sering dijadikan barometer bagi pengembangan pada destinasi wisata lainnya di Indonesia, apakah itu sudah benar benar diterapkan ?
Tidak ada segmentasi wisatawan disana, yang ada hanya tata ruang untuk mengakomodasii segmen wisatawan yang berbeda tanpa biaya alias gratis.
Jika kita jadikan barometer berarti juga sudah seharusnya kita banyak belajar dari masyarakat dan pelaku usaha disana yang sudah berhasil menjadikan daerah nya sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Kata belajar disini juga bukan berarti meniru persis  karena setiap daerah memiliki keunikan masing masing sebagai pembeda dan branding.
Mudah mudah an salah satu pihak langsung ini lebih bijak lagi dan lebih mendengar juga kedepannya dalam mengelola properti masyarakat Indonesia, juga jangan lagi bertanya lokal atau pusat karena semuanya berdasarkan kesekapatan bersama untuk manfaat bersama serta dengan tidak melupakan manfaat pada 3P yaitu Profit, Planet dan People (baca: ekonomi, lingkungan dan sosial).
Mohon dimaafkan penulis jika ada kata kata yang kurang berkenan.
Salam pariwisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H