Jika kita melihat ke belakang tepatnya Perang Dunia ke 2, negara negara yang terlibat perang khususnya negara negara besar seperti Jerman, Â Inggris, Amerika, Soviet dan lainnya memiliki pesawat tempur andalan masing msing.
Inggris dengan pesawat andalannya yaitu Supetmarine Spitfire, Jerman dengan Focke-Wulf Fw-190 dan Messerschmitt Bf 109, Soviet dengan Yakovlev Yak-3, Amerika dengan The North American Aviation P-51 Mustang, Grumman F6F Hellcat serta Jepang dengan Mitsubishi Zero.
Sehingga dapat dikatakan bahwa negara negara yang terlibat pada PD II ini sama sama memproduksi pesawat tempur dan pesawat perang lainnya.
Akan tetapi saat ini yang kita lihat sangat jauh berbeda dimana hanya sedikit negara yang memproduksi pesawat perang nya dimana dari semua negara tersebut terdapat negara Amerika, Tiongkok dan Rusia dimana tiga negara ini yang kini menjadi negara yang memproduksi pesawat tempur generasi kelima secara mandiri.
Tidak ada negara pendamping Amerika dari blok barat membuat Amerika berada diantara Rusia dan Tiongkok sebagai negara produsen pesawat perang mulai dari pesawat bonber hingga tempur.
Inggris terakhir memproduksi pesawat tempur The Harrier Jump Jet yang masa produksi nya berakhir pada 2003 dan sudah diganti kekuatannya dengan pesawat Lockheed F-35B Ligthning II besutan Lockheed Martin dari Amerika.
Jerman terakhir memproduksi pesawat tempur bersama dengan Inggris, Spanyol dan Itali pada project Eurofighter Typhoon nya pada akhir tahun 1990 an.
Sedangkan Perancis dengan Dassault Rafale nya yang mulai diproduksi pada tahun 2001 hingga kini tanpa ada produk baru.
Mengembangkan pesawat perang (Combat Aircraft) tidak lah murah terlebih pada pesawat tempur (fighter) karena ada aspek teknologi yang terus diperbaharui serta diterapkan pada setiap generasi yang baru pula pada pesawat.
Sehingga hanya beberapa negara yang memiliki kemampuan yang dapat terus mengembangkannya secara mandiri seperti Amerika, Rusia dan Tiongkok.
Dalam konteks warfare hal ini bisa ancaman sekaligus tantangan berat bagi Amerika yang jika terjadi sesuatu maka akan berhadapan dengan Tiongkok dan Rusia, namun dalam konteks sebagai negara produsen peswat perang Amerika sangat diuntungkan.
Ini karena negara negara lain menjadi bergantung pada Amerika, Rusia dan Tiongkok dalam hal penguatan armada udara nya, tidak hanya negara negara sahabatnya  saja tetapi juga yang non sahabat.
Namun ini sepertinya akan berubah dimana beberapa negara sudah mulai mengembangkan pesawat perang terutama pesawat tempur baik secara mandiri maupun dengan melakukan kerjasama dengan negara lain.
India
Negara India memiliki program yang mereka yaitu AMCA (Advanced Medium Combat Aircraft) yang bertujuan untuk mengembankan pesawat tempur siluman, multi peran dan superioritas udara untuk Angkatan Udara.dan Laut mereka.
Program ini dipimpin oleh pabrikan Hindustan Aeronautics Limited yang merupakan Perusahaan negara yang bergerak di bidang kedirgantaraan dan pertahanan berpusat di Bengaluru, India.
Pesawat tempur ini nantinya akan dapat melakukan multi peran seperti serangan darat, Suppression of Enemy Air Defenses (SEAD), pertempuran udara (supremasi udara) dan Electronic Warfare (EW).
Rencananya pesawat yang akan berkursi satu dan merupakan pesawat tempur generasi kelima dengan menyediakan ruang untuk upgrade ke generasi keenam ini akan diperkenalkan pada tahun 2030-2032.
Selain program AMCA, India juga melakukan kerjasama dengan Rusia dalam program HAL Sukhoi PMF/FGFA berupa pengembangan pesawat tempur siluman generasi kelima dengan menggunakan dasar pesawat tempur Sukhoi SU-57.
Turkiye
Turkiye juga memiliki program pengembangan pesawat tempur generasi kelima bernama TAI TFX / F-X yang dipimpin oleh Turkish Aerospace Industries yang merupakan Pusat Pendesainan, Pengembangan dan Produksi dalam bidang teknologi di Turkiye serta BAE Systems dari Inggris sebagai sub kontraktor.
Pengembangan pesawat ini sudah dimulai dari tahun 2010 yang bertujuan untuk menggantikan pesawat F-16 pada inventory mereka dimana diharapkan pesawat akan masuk ke inventory militer mereka pada tahun 2029 Â nanti.
Mock up pesawat TFX (Turkish Fighter) sempat dipamerkan di Paris Airshow pada tahun 2019 yang lalu sehingga pesawat ini nantinya juga akan ditawarkan kepada negara negara lain.
Korea Selatan dan Indonesia
Korea Selatan memiliki program dengan nama KAI KF-X dengan bekerjasama dengan Indonesia dalam pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 (atau 5?), di Indonesia program dikenal dengan nama IF-X.
Progress dari program ini sudah menghasikan prototipe pada April 2021 dan diberi nama Boramae yang berarti Fighting Hawk dan akan mulai proses test flight pada tahun 2022 ini.
Rencananya produksi akan dimulai pada tahun 2026 dan akan siap menyerahkan sebanyak 40 unit pada tahun 2028, kita pastinya menunggu perkembangan selanjutnya program ini.
Jepang
Negara Jepang juga punya program serupa dengan nama ATD-X (Advanced Technology Demonstrator -X),.program yang dipimpin oleh Mitsubishi ini menghasilkan prototipe dengan nama X-2 Shinshin yang sudah terbang pertama kali pada 22.April 2016 dari pangkalan udara Nagoya
Program ini bertujuan sebagai batu loncatan bagi Jepang untuk memproduksi peswat tempur generasi.keenam mereka sendiri yaitu Mitsubishi F-X (Mitsubishi F-3) yang akan digunakan oleh Japan Air Self Defense Force (JASDF) pada tahun 2027.
Program ini sebagai jawaban dari keinginan Jepang untuk memiiki pesawat tempur F-22 Raptor namun ditolak oleh Kongres Amerika karena memang pesawat F-22 Raptor ini hanya dapat dimiliki oleh Amerika saja, tidak boleh ada negara lain termasuk negara sekutunya.
Latarbelakang Jepang memerlukan pesawat tempiur canggih ini karena meningkatnya tekanan ancaman dari Tiongkok khususnya di area Ryukyu dan sekitarnya sehingga Jepang perlu mengamankan wilayah udara nya.
Kesimpulan
Perkembangan jaman membuat teknologi juga berkembang termasuk pada pesawat perang.demikian juga perjalanan waktu yang menciptakan jenis ancaman baru serta pertempuran baru seperti information warfare dan electronic warfare sehingga juga diperlukan sistem kekuatan yang mumpuni pula baik dari sisi pertahanan maupun counter attack.
Ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan kekuatan militer tidak selamanya berjalan mulus pada prosesnya, selain itu tidak selamanya produk tersebut sesuai dengan requirement dari pengguna nya seperti Angkatan Udara atau Angkatan Laut.
Teknologi juga tdaklah murah dan memerlukan waktu yang tidak sebentar pula untuk mewuudkannya dalam sebuah produk.
Setiap negara memiliki kewajiban untuk mengamankan wilayah udara nya sebagai perwijudan dari Kedaulatan Udara pada wilayah udara negara (Air Sovereignty) dengan berbagai potensi ancaman yang kian hari semakin tercipta dalam.bentuk yang berbeda beda serta meningkat pada tingkatannya.
Oleh karena itu dibutuhkan kekuatan udara yang mumpuni dengan pesawat pesawat tempur dengan teknologi terkini serta yang dapat tersedia tanpa adanya tekanan pada pengadaannya, oleh sebab itu lah negara negara di dunia sudah memulai mengembangkan pesawat tempur nya sendiri.
Keadaan ini bisa menggambarkan pada masa Perang Dunia kedua dimana masing masing negara memiliki pesawat andalannya sendiri serta bisa menerjunkan (deploy) pesawatnya kapan saja saat diperlukan dan bahkan bisa langsung dari pabriknya.
Referensi :Â
Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H