Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Opini pada Kasus Merpati Nusantara Airlines

9 Juni 2022   01:16 Diperbarui: 9 Juni 2022   06:59 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun memang krisis ekonomi 1998 menghentikan pengembangannya, tidak hanya sementara tapi permanen hingga prototipe nya di museum kan beberapa tahun yang lalu, padahal pesawat ini bisa memenuhi kebutuhan mobilitas dan kontribusi bahan kebutuhan masyarakat di daerah daerah terpencil dan terluar.

Kemudian ada pesawat Xian MA-60 yang harus head-to-head dengan pesawat ATR  72-600 dahulu ketika Merpati membutuhkan armada baru dimana keduanya adalah jenis pesawat yang sama yaitu pesawat regional.

Pesawat MA-60 merupakan versi strech (lebih panjang) dari pesawat Xian X-7 besutan pabrikan asal Tiongkok yaitu Xi'an Aircraft Industrial Corporation sedangkan ATR 72-600 merupakan pesawat yang di buat di Perancis dan diproduksi oleh dua pabrikan yaitu Arospatiale (sekarang Airbus) asal Perancis dan Aeritalia (sekarang Leonardo S.p.A) asal Itali yang menjadi induk industri kedirgantaraan di Itali yang membawahi beberapa perusahaan kedirgantaraan diantaranya adalah AgustaWestland.

Pada akhirnya dipilih pesawat MA-60 dengan meninggalkan pertanyaan, apakah pesawat ini sudah terbukti dan benar benar bisa membantu Merpati (bukan membebani) dalam penerbangan perintis ?

Jawaban dari mendukung atau membebani sepertinya sudah bisa terjawab dengan apa yang terjadi pada Merpati, walau masih banyak faktor yang menyebabkan Merpati pailit.

Kejadian pertama menggambarkan keadaan dimana ada pesawat hasil ide dan gagasan dari anak bangsa yang memahami betul kebutuhan nasional tanpa melupakan tujuan dari maskapai untuk menghasilkan keuntungan namun tidak dituntaskan pengembangannya meskipun krisis ekonomi telah berlalu.

Sebuah pesawat regional bermesin baling baling yang sangat cocok dioperasikan di bandara bandara di daerah daerah di Indonesia dengan landasan pacu pendek dengan konsumsi bahan bakar yang tidak memerlukan biaya tinggi.

Sedangkan pesawat MA-60 merupakan sebuah  kekeliruan pengelolaan dalam hal proses pengadaan pesawat, kita mungkin sudah mengetahui penjabaran dari hal ini.

Bagi yang belum mengetahuinya, bisa cek di berita Kompas.com pada tanggal 8 Mei 2011 bertajuk 'Pembelian Pesawat MA60 Pernah Ditolak JK'.

Sebagai infornasi sedikit, sertifikasi pengoperasian pesawat memang tidak selamanya hanya dilihat dari kedua badan dunia saja yaitu FAA  (Amerika) dan EASA (Eropa) saja tetapi kedua badan inilah yang selalu menjadi acuan bagi semua pengguna dan operator pesawat utamanya untuk penerbangan komersil.

Pesawat MA-60 belum mendapatkan sertifikasi dari FAA sedangkan ATR 72 telah mendapatkan sertifikasi termasuk untuk varian seri 600 nya yang berkapasitas 78 kursi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun