Pariwisata memang selalu terlihat sebagai rangkaian acara yang menyenangkan oleh para wisatawan di destinasi wisata, namun pada kenyataannya pariwisata tidak hanya mengenai layanan perjalanan dan tur atau excursion saja.
Wisatawan akan selalu membutuhkan makan dan minum selama liburan oleh karena itu para pelaku wisata didestinasi wisata akan juga membutuhkan bahan bahan makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan para wistawan.
Bahan pokok makanan dan minuman seperti sayur sayuran, buah buah an dan lainnya bisa diperoleh dengan membeli dari daerah sekitar dan luar daerah bahkan mancanegara (import).
Pembelian dari luar daerah maupun mancanegara akan berbiaya tinggi dengan adanya biaya transportasi dan bila di impor akan terdapat biaya biaya tambahan lainnya seperti pajak impor dan lainnya.
Ketersediaan lahan yang terbatas untuk lahan yang seyogyanya dapat berperan sebagai lahan penghasil bahan pokok makanan dan minuman pada sebuah destinasi wisata menjadi alasan dari pembelian dari luar daerah tersebut, selain itu kecenderungan dari para masyarakat yang menjual lahannya ataupun meng konversikan lahan perkebunan ke fasilitas wisata seperti penginapan, restoran, pertokoan dan lainnya dapat dipahami dalam konteks meningkatkan perekonomian mereka akan tetapi dalam konteks multiplier effect pariwisata menjadi tidak maksimum.
Selain itu penggunaan lahan pada destinasi wisata adakalanya untuk pembangunan jalan dengan tujuan untuk memperpendek waktu tempuh wisatawan dari satu spot wisata dengan lainnya serta dengan fasilitas lainnya, namun pembangunan jalan adakalnya justru dilakukan dengan menghilangkan lahan pertanian dan perkebunan.
Perkebunan dapat menjadi penghasil bahan bahan pokok makanan dan minuman kepada para pelaku usaha wisata dan sekaligus menjadi salah satu tempat wisata melalui kegiatan agrowisata seperti misalnya tea walk dan kegiatan petik sendiri (pick your own), serta mengembangkan farmstay dengan begitu multiplier effect dari perkebunan dapat maksimun.
Dari sisi sustainable tourism terutama dari pada green tourism, kegiatan berkebun merupakan salah satu usaha dalam melestarikan alam selain itu manfaat ekonomi untuk masyarakat sekitar yang dapat terus berlangsung pada generasi selanjutnya.
Pengelolaan tata ruang destinasi wisata perlu memberikan porsi untuk lahan perkebunan dan juga pertanian yang sama dengan fasilitas wisata lainnya sehingga nantinya destinasi wisata tidak hanya berupa deretan fasilitas dasar wisata saja seperti penginapan, restoran, cafe, pertokoan dan lainnya.
Selain dari tata kelola, para investor dan pelaku usaha wisata sebenarnya dapat bekerjasama dengan penduduk sekitar untuk mengelola perkebunan yang hasil  tanamnya dapat berguna dalam menekan biaya transportasi mereka yang biasa dikeluarkan untuk pembelian bahan pokok tersebut.
Disaat yang sama pula perkebunan bisa menjadi salah satu kegiatan para tamunya sehingga bila pelaku usaha tersebut membangun hotel maka dia akan memiliki sebuah resort atau kawasan wisata berupa hotel dan kegiatan agrowisata.
Selain perkebunan, peternakan juga sama pentingnya dalam penyediaan bahan pokok makanan seperti telur dan daging, dimana peternkan dan perkebunan bisa dikembangkan dengan berkonsep farmstay bagi keluarga.
Farmstay akan menambah daya tarik wisatawan karena keberadaannya yang dalam kawasan perkebunan, pengalaman berada di kawasan perkebunan serta dengan terlibat pada proses penanaman baik itu proses awal maupun akhir (panen) menjadi daya tariknya, anak anak akan mendapat kesempatan memetik buah dari pohon, mengambil telur di peternakan ayam serta belajar untuk menghargai kehidupan masyarakat sekitar.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh Investor dan pelaku usaha wisata seperti menyediakan sebagain lahannya atau menyediakan pembiayaan kepada penduduk lokal untuk memaksimumkan penggunaan lahan (land use) penduduk lokal tersebut, dengan demikian para penduduk lokal mendapatkan manfaat ganda yaitu hasil tanam dan kegiatan agrowisata.
Bagi investor yang baru membeli tanah yang luas bisa menyisihkan sebagaian lahannya untuk dikembangkan perkebunan ataupun peternakan baik dalam skala kecil, sedang maupun besar dengan melibatkan penduduk sekitar untuk mengelolanya.
Dari sisi penduduk lokal diperlukan kesadaran dan pemahaman bahwa pariwisata pada dasarnya adalah kegiatan yang berkelanjutan juga karena tamu yang kita layani hari ini bisa datang kembali dikemudian hari serta memberikan rekomendasi kepada banyak orang untuk mengunjungi tempat mereka, sehingga wisatawan tidak hanya sekali berkunjung saja, ada pula yang kembali atau yang kita kenal dengan returning tourist.
Dari sisi pemegang kebijakan dan kelola tata ruang, destinasi wisata bukan hanya sekadar hiburan dan kompleks komersial belaka, tetapi tempat bagi wisatawan untuk mendapatkan pengalaman dalam berbagai hal, tidak hanya pengalaman berbelanja saja tetapi juga pengalaman dalam keterlibatannya pada kehidupan lokal seperti pada kegiatan di perkebunan ini misalnya.
Destinasi wisata pada dasarnya memang merupakan one-stop experience serta juga seharusnya bukan sekadar one-time visit bagi wisatawan sehingga diperlukan ide dan inovasi yang berkelanjutan pula agar proses berkelanjutan dapat terus berlangsung pada semua kegiatan baik kegiatan wisata itu sendiri maupun kegiatan pendukung wisata lainnya yang dalam hal ini dilakukan oleh masyarakat dimana perkebunan adalah salah satunya.
Wisata juga tidak selamanya merupakan rangkaian kegiatan yang menyenangkan saja tetapi juga dapat berupa kegiatan edukasi baik bagi wisatawan maupun para pelaku usaha wisata.
Semoga semakin banyak perkebunan di destinasi wisata di Indonesia yang tidak hanya akan meningkatkan perekonomian masyarakat di destinasi wisata saja tetapi juga memperkaya destinasi wisata dengan tambahan kegiatan wisata yaitu agrowisata